Presidensi G20, Indonesia Potensi Raup Rp519 Triliun!
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times – Kementerian Luar Negeri membeberkan sejumlah keuntungan yang diterima Indonesia sebagai Presidensi G20. Isu ini menjadi sorotan masyarakat luas karena G20 kerap dianggap sebagai isu elite, yang tidak berdampak pada kehidupan masyarakat.
“Jadi kita berusaha untuk memastikan bahwa G20 memberikan manfaat bagi Indonesia dan dunia melalui berbagai mekanisme. Pembahasan G20 on track dan sudah banyak hasil nyata,” kata Co-Sous Sherpa G20 Indonesia, Hari Prabowo, pada sesi media briefing Kemlu RI di Ritz-Carlton, Jakarta, Senin (12/9/2022).
Secara garis besar, ada tiga klaster untuk menjelaskan keuntungan Indonesia sebagai Presidensi G20. Apa saja itu?
Baca Juga: Menlu: Ada 10 Proyek G20 untuk Kepentingan Negara Kepulauan Kecil
1. Keuntungan yang didapat dari sesama anggota G20
Keuntungan klaster pertama diperoleh dari berbagai working group pada tingkat kementerian. Pada tingkat Sherpa Track, jalur yang membahas isu-isu ekonomi nonkeuangan, ada 11 working groups, 1 initiative group, dan 10 engagement groups.
“Dalam 3 minggu terakhir berlangsung berbagai pertemuan tingkat menteri G20 dan di situ masing-masing menyampaikan deliverables konkret. Di (working group) energi misalnya ada Bali Compact, jadi G20 berhasil menyepakati energi patitransisi,” kata Hari.
“Terus pertemuan menteri pembangunan di Belitung menghasilkan roadmap untuk pemulihan dunia dan menghasilkan prinsip untuk mendorong G20 maupun global untuk semakin menguatkan finance untuk pembangunan,” tambah dia.
Baca Juga: Perusahaan Teknologi Kesehatan-Kartu Prakerja Ramaikan DEWG G20
2. Keuntungan klaster dua dirasakan secara global
Editor’s picks
Klaster kedua datang dari proyek atau program konkret yang hasilnya dapat dirasakan lebih dari satu negara.
“Jadi Presidensi Indonesia memfasilitasi deliverables konkret. Misal si A dan si B membangun proyek yang hasilnya bisa dirasakan oleh banyak negara dan itu mencerminkan komitmen serta kontribusi G20 bagi dunia,” kata Hari.
Hingga 7 September, kata Hari, sedikitnya ada 274 proposal pada klaster ini.
“Misalnya pada mekanisme CEPI (Coalition for Epidemic Preparedness Innovations), itu masing-masing negara menyampaikan berbagai dukungannya. Indonesia berkontribusi, Australia berkontribusi 100 juta dolar AS,” beber Hari, seraya menjelaskan bahwa inisiatif tersebut juga bermanfaat bagi Indonesia dan banyak negara jika pandemik terjadi lagi di masa depan.
3. Keuntungan klaster tiga berpotensi mencapai Rp519 triliun
Adapun klaster terakhir datang dari kerja sama bilateral antara Indonesia dengan berbagai negara anggota G20.
“Misalnya kerja sama bilateral Indonesia-Australia, Indonesia-Jepang, Indonesia-India. Intinya, kita memanfaatkan presidensi kita, di samping untuk memajukan kolaborasi G20, juga untuk menghasilkan investasi nyata,” ungkapnya.
“Untuk ini, per 7 September sudah ada 90 usulan yang berstatus matang dengan nilai 35 miliar dolar AS (sekitar Rp519 triliun). Dan masih ada sejumlah usulan potensial lainnya,” kata Hari.