Yield: Pengertian, Jenis-Jenis dan Faktor yang Mempengaruhinya

- Yield adalah tingkat bunga dari investasi, disesuaikan pasar dan dinyatakan dalam persentase.
- Jenis-jenis yield meliputi Current Yield, Yield to Call, Dividend Yield, Yield to Maturity, dan Yield to Worst.
Pernahkah kamu mendengar istilah yield? Yield atau imbal hasil sering disebut dalam dunia investasi. Istilah ini sendiri merujuk pada keuntungan yang didapatkan dari melakukan investasi untuk jangka waktu tertentu.
Yield sendiri memiliki beberapa jenis. Mengetahui jenis-jenis yield ini tentunya akan membantu kamu dalam melakukan investasi. Penasaran dengan pengertian yield dan jenis-jenisnya? Simak selengkapnya di sini, ya!
1. Pengertian yield

Menurut Otoritas Jasa Keuangan atau OJK, yield adalah tingkat bunga yang dihasilkan dari kegiatan investasi. Besaran bunga yang didapat ini disesuaikan oleh pasar dan berdasarkan harga pasar investasi yang sedang berlaku.
Yield sendiri dinyatakan dengan menggunakan besaran persentase dan tidak menunjukkan nominal rupiahnya. Dalam praktiknya, jika nilai yield suatu perusahaan rendah, maka kamu bisa mempertimbangkan untuk tidak berinvestasi pada perusahaan tersebut.
2. Jenis-jenis yield

Ada lima jenis yield yang bisa kamu ketahui. Kelimanya dibedakan berdasarkan perhitungan yang diambil. Berikut penjelasan mengenai kelimanya.
1. Current Yield
Seperti namanya, yield ini merupakan nilai obligasi suatu instrumen investasi per harga sahamnya secara on-time. Perhitungan current yield ini juga bisa digunakan untuk melihat nilai valuasi saham suatu perusahaan saat ini.
Berikut rumus perhitungannya:
Current yield = (Nilai obligasi x persentase pertumbuhan tahunan) / Harga saham saat ini x 100 persen)
2. Yield to Call
Yield to Call merupakan tingkat yield yang terjadi saat penerbit menarik kembali surat obligasi dari semua pemilik sahamnya. Hal ini dapat terjadi hanya pada perusahaan dengan saham callable atau bisa ditarik kembali dari investor.
Rumus Yield to Call:
Yield to Call = [Return + (Nilai obligasi sekarang - Nilai obligasi terakhir) / Tenor sampai calling saham] / [(Nilai obligasi terkahir + Nilai obligasi sekarang) / 2] x 100 persen
3. Dividend Yield
Yield jenis ini merupakan nilai obligasi dari sebuah instrumen investasi yang dihitung dari setiap jumlah keuntungan per lembar sahamnya. Dikatakan bahwa perhitungan ini merupakan perhitungan yang paling sederhana untuk kamu yang ingin membandingkan yield dari suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
Rumus Dividend Yield adalah sebagai berikut:
Dividend Yield = (Nilai 0bligasi / Keuntungan per lembar saham) x 100 persen
4. Yield to Maturity
Perhitungan Yield to Maturity ini memang mirip dengan perhitungan Current Yield. Namun, perhitungan Yield to Maturity akan menghasilkan tingkat yield dalam jangka waktu yang lebih panjang, yaitu saat para investor akan menukarkan obligasinya.
Dengan kata lain, perhitungan ini bisa kamu lakukan jika ingin mengetahui tingkat yield ideal dari suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Berikut rumusnya:
Yield to Maturity = [Return + (Nilai obligasi sekarang - Nilai obligasi terakhir) / Tenor obligasi] / [(Nilai obligasi terakhir + Nilai obligasi sekarang) / 2] x 100 persen
5. Yield to Worst
Melalui perhitungan ini, kamu bisa mengetahui tingkat yield terendah yang diambil oleh sebuah perusahaan untuk dijadikan dasar pengembalian dana kepada investor. Dana tersebut diberikan kepada investor jika terjadi callback saham sebelum tenor jatuh tempo.
Biasanya kamu bisa menggunakan perhitungan Yield to Worst ini untuk perusahaan yang menyediakan saham dalam jangka waktu di atas 10 tahun. Rumusnya sendiri sangat mudah, yaitu dengan mengambil nilai terendah dari perhitungan Yield to Maturity dan Yield to Call.
3. Faktor yang mempengaruhi

1. Suku Bunga Pasar
Suku bunga pasar sangat mempengaruhi yield investasi. Ketika suku bunga pasar naik, yield pada instrumen pendapatan tetap seperti obligasi juga akan naik, karena harga obligasi yang ada akan turun. Sebaliknya, jika suku bunga turun, harga obligasi naik dan yield cenderung turun.
2. Risiko Kredit (Credit Risk)
Semakin tinggi risiko kredit suatu penerbit (misalnya perusahaan atau negara), semakin tinggi yield yang ditawarkan untuk mengkompensasi investor atas potensi kerugian yang mungkin terjadi jika penerbit gagal membayar kewajibannya. Obligasi dengan rating kredit rendah umumnya menawarkan yield yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi dari negara atau perusahaan dengan rating kredit tinggi.
3. Inflasi
Inflasi mengurangi nilai riil dari pengembalian investasi. Jika inflasi diperkirakan tinggi, investor akan meminta yield yang lebih tinggi agar pengembalian yang mereka terima tetap menguntungkan setelah mempertimbangkan pengaruh inflasi terhadap daya beli.
4. Kondisi Ekonomi dan Politik
Kondisi ekonomi dan politik yang tidak stabil (misalnya resesi, ketidakpastian politik, atau krisis) dapat meningkatkan premi risiko yang harus dibayar oleh investor. Hal ini menyebabkan yield meningkat sebagai kompensasi atas risiko yang lebih tinggi. Sebaliknya, kondisi yang stabil dan optimis dapat menurunkan yield.
5. Masa Jatuh Tempo (Tenor)
Instrumen dengan tenor yang lebih panjang (jangka waktu lebih lama) cenderung menawarkan yield lebih tinggi karena risiko jangka panjang yang lebih besar. Namun, dalam beberapa kondisi pasar yang tidak biasa, seperti ketika ada ekspektasi resesi, yield untuk obligasi jangka pendek bisa lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi jangka panjang, yang disebut inverted yield curve.
6. Likuiditas
Likuiditas mengacu pada kemudahan dalam membeli atau menjual instrumen investasi. Instrumen yang lebih likuid (seperti obligasi pemerintah) biasanya menawarkan yield yang lebih rendah karena investor lebih mudah untuk menjualnya tanpa menurunkan harga secara signifikan. Sebaliknya, instrumen yang kurang likuid (seperti obligasi perusahaan kecil) menawarkan yield yang lebih tinggi sebagai kompensasi atas risiko kesulitan dalam penjualan.
7. Permintaan dan Penawaran di Pasar
Permintaan dan penawaran terhadap suatu instrumen investasi mempengaruhi harganya dan pada akhirnya mempengaruhi yield. Jika permintaan untuk suatu instrumen investasi tinggi, harganya cenderung naik dan yield akan turun. Sebaliknya, jika penawaran lebih banyak daripada permintaan, harga akan turun dan yield akan meningkat.
Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan dapat berubah tergantung pada kondisi pasar dan faktor eksternal, seperti perubahan kebijakan moneter atau kondisi ekonomi global. Itulah penjelasan mengenai yield atau imbal hasil yang sering ditemui dalam dunia investasi. Sekarang kamu tidak perlu bingung lagi dalam menghitung yield ini, ya!