Sudono Salim, Konglomerat Salim Group yang Runtuh saat Krismon

Membangun BCA hingga Bogasari

Sudono Salim adalah pengusaha sukses pendiri Salim Group yang menjadi induk bagi perusahaan-perusahaan besar di Indonesia. Mulai dari Indocement, Indomobil, Indosiar, Bogasari, Indofood, hingga Indomaret.

Sejumlah perusahaan tersebut didirikan, dibeli, atau ada juga yang dibangun melalui keturunan yang melanjutkan warisan bisnisnya. Seperti apa perjalanan hidup Sudono Salim? Simak selengkapnya di bawah ini.

1. Profil Sudono Salim

Sudono Salim, Konglomerat Salim Group yang Runtuh saat KrismonSudono Salim, pengusaha kaya raya pendiri Salim Group (alchetron.com)

Sudono Salim atau Liem Sioe Liong adalah pengusaha kelahiran Fujian, Republik Tiongkok pada 19 Juli 1916. Pria yang akrab disapa Om Liem ini bermigrasi ke Indonesia pada 1939 saat Indonesia masih dijajah Belanda.

Ia menyusul kakaknya, Liem Sioe Hie yang lebih dulu pindah ke Hindia Belanda. Mulanya, Om Liem menetap bersama pamannya di Kudus, Jawa Tengah dan bekerja sebagai karyawan pabrik kerupuk.

Sudono Salim dikenal sebagai orang yang dekat dengan Presiden RI ke-2, Soeharto. Bahkan, nama 'Soedono' merupakan pilihan Soeharto yang diberikan untuk Om Liem. Sedangkan 'Salim' adalah nama keluarga yang ia pilih.

2. Awal mula menjadi pebisnis

Sudono Salim, Konglomerat Salim Group yang Runtuh saat KrismonSoeharto dan Sudono Salim dalam sampul buku "Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia" (bookshop.iseas.edu.sg)

Perjalanan karier Sudono Salim terbilang cukup panjang. Setibanya di Kudus, Jawa Tengah, ia lebih dulu bekerja di pabrik kerupuk.

Pemasok cengkeh

Beberapa tahun setelah bekerja di pabrik kerupuk, Sudono Salim sudah mengenali potensi bisnis dari wilayah yang ditinggalinya. Kudus sejak lama dikenal sebagai pusat pabrik rokok kretek yang membutuhkan bahan baku tembakau dan cengkeh.

Sudono Salim saat itu sukses menjadi suplier cengkeh dengan menyelundupkan dari Sumatra, Sulawesi Utara, dan Maluku. Tak heran kalau hingga saat ini Kudus menjadi kota yang mengandalkan rokok sebagai lini bisnis utamanya.

Terjun ke bisnis tekstil dan bertemu istrinya

Selain cengkeh, Sudono Salim juga terjun ke dunia tekstil. Ia mengimpor tekstil murah dari Shanghai. Selama menggeluti bisnis tekstil, ia pun dipertemukan dengan Lilani atau Lie Kim Nio, perempuan asal Lasem, Rembang, Jawa Tengah yang kelak menjadi istrinya.

Lilani sempat mengenyam bangku sekolah di sekolah Belanda Tionghoa. Pernikahan Sudono dan Lilani dikaruniai empat anak, yaitu Albert Salim, Andree Salim, Anthony Salim, dan Mira Salim.

Bisnis Sudono Salim sempat terkendala saat Perang Dunia II dan penjajahan Jepang ke Indonesia. Syukurnya setelah kemerdekaan Indonesia, Sudono kembali menemukan jati dirinya sebagai pebisnis dengan menjadi pemasok logistik militer. Ia dikenalkan dengan Sulardi, perwira militer logistik dan Sudwikatmono, seorang pengusaha.

Dekat dengan Soeharto

Sulardi dan Sudwikatmono adalah sepupu Soeharto. Dari sana, Sudono Salim dikenalkan dengan Soeharto. Saat itu, Soeharto masih menjadi letnan kolonel dan panglima Kodam Diponegoro, Jawa Tengah.

Sejak saat itu, Sudono Salim menjadi salah satu orang kepercayaan Soeharto. Termasuk saat Presiden Soeharto mencanangkan program Rapelita untuk pembenahan sektor ekonomi. Sudono langsung dipercaya oleh Bulog untuk mengimpor beras sebanyak 35 ton.

3. Mendirikan CV dan PT

Sudono Salim, Konglomerat Salim Group yang Runtuh saat KrismonPabrik Bogasari (bogasari.com)

Sudono Salim pelan-pelan mulai merambah berbagai sektor bisnis di Indonesia. Bisnisnya makin menggeliat sejalan dengan pembangunan masa orde baru.

Mendirikan Bogasari

Pada 1969, Sudono Salim bersama Sudwikatmono, Ibrahim Risjad, dan Djuhar Sutanto yang kemudian disebut The Gang of Four mendirikan CV Waringin Kentjana. Setahun berikutnya atau pada 1970, mereka mendirikan pabrik tepung terigu, PT Bogasari.

Saat itu, Bogasari didirikan dengan modal sekitar Rp100 juta dan pinjaman dari pemerintah senilai Rp2,8 miliar.

Bogasari pun menguasai pasar tepung terigu di Indonesia bagian Barat. Sedangkan bagian Timur lebih dikuasai oleh PT Prima.

Membangun Indocement dan perusahaan real estate

Pada 1975, Sudono Salim bersama The Gang of Four kemudian mendirikan perusahaan semen, PT Indocement Tunggal Perkasa. Saat itu, Indocement langsung mendominasi bahkan hampir memonopoli pasar semen di Indonesia.

Tak lama setelah itu, mereka mendirikan perusahaan real estate bernama PT Metropolitan Development. Perusahaan ini membangun perumahan mewah di Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Permai.

Menjajal dunia otomotif

Di samping itu, Sudono Salim juga mendirikan perusahaan di bidang otomotif bernama PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) dan anak perusahaannya, PT Indomobil Multi Jasa Tbk (IMJS).

Mendirikan BCA

Belum puas dengan bisnis yang dimilikinya, Sudono Salim merambah ke dunia perbankan dengan membeli Bank Central Asia (BCA) yang saat itu dimiliki Gunardi. Sudono membangun BCA bersama Mochtar Riyadi pada tahun 1970-an.

Saat itu, BCA sukses tumbuh menjadi bank swasta terbesar kedua di Indonesia dengan aset sebesar 99 juta dolar AS. Meski begitu, BCA kemudian berpindah tangan karena dibeli oleh keluarga Hartono.

Selain itu, Sudono Salim juga sempat menjadi pemilik Indosiar, stasiun televisi di Indonesia. Meski kemudian Indosiar dijual ke PT Emtek.

Mendirikan Salim Group

Pada 1972, Sudono Salim mendirikan Salim Group yang menjadi induk bagi perusahaan-perusahaan yang dimilikinya. Saat itu, beberapa perusahaan di bawah Salim Group di antaranya:

  • Indofood
  • Bogasari
  • BCA
  • Indomaret
  • Indocement
  • Indomobil
  • Hak waralaba KFC Indonesia

Salim Group bisa dibilang hampir menjajal semua sektor bisnis. Tidak heran kalau Sudono Salim pernah menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia dan Asia. Bahkan, Sudono Salim pernah masuk daftar 100 orang terkaya di dunia.

Baca Juga: 9 Sumber Kekayaan Hartono Bersaudara, Orang Terkaya di Indonesia

4. Pindah dan wafat di Singapura

Sudono Salim, Konglomerat Salim Group yang Runtuh saat KrismonSudono Salim wafat di Singapura pada 10 Juni 2012 (alchetron.com)

Kesuksesan konglomerat yang berawal dari pabrik kerupuk ini terpaksa menurun karena krisis moneter tahun 1998 di Indonesia. Saat krisis ekonomi dan reformasi politik pada 1998, kekayaan Sudono Salim mulai menurun.

Rumahnya di Gunung Sahari, Jakarta dijarah oleh massa. Sejak saat itu, Sudono memutuskan meninggalkan Indonesia dan menetap di Singapura.

Sudono seakan trauma untuk tinggal di Indonesia. Bisnis Salim Group mulai runtuh karena ia harus memberikan sekitar 108 perusahaannya kepada pemerintah untuk membayar utang senilai Rp52,7 triliun.

Bahkan hingga hari kematiannya pada 10 Juni 2012, Sudono Salim belum sempat kembali ke Indonesia. Ia meninggal dunia di usia 95 tahun karena sakit usia tua. Ia pun dimakamkan di Singapura.

Meski telah wafat, geliat bisnis Salim Group masih tersisa dengan dilanjutkan oleh anaknya, Anthony Salim dan menantunya, Franciscus Welirang.

Demikianlah profil Sudono Salim, konglomerat sukses pendiri Salim Group yang bergerak di berbagai lini bisnis di Indonesia.

Baca Juga: 5 Fakta Bos Indomie Anthony Salim yang Jarang Orang Tahu

Topik:

  • Yogama W
  • Yunisda D

Berita Terkini Lainnya