Sejarah Toko Buku Gunung Agung, Awalnya Kios Rokok era Kemerdekaan

Toko buku Gunung Agung gulung tikar dan tutup seluruh gerai

Jakarta, IDN Times - Toko Buku Gunung Agung dikabarkan akan menutup seluruh sisa gerai toko atau outlet pada 2023. Sontak kabar itu menjadi topik perbincangan warganet di jejaring media sosial (medsos).

Sejarah Gunung Agung pun menjadi sorotan publik yang beromantika dengan kenangan mereka dengan toko buku ini. Bukan perjalanan bisnis semata, kisah Toko Buku Gunung Agung juga kaya akan nilai perjuangan karena sudah berdiri sejak awal masa kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

Seperti apa sejarah Toko Buku Gunung Agung?

Baca Juga: Bye-bye Toko Buku Gunung Agung, Ini 5 Gerai yang Bakal Tutup Tahun Ini

1. Sejarah toko buku Gunung Agung berawal dari toko rokok

Sejarah Toko Buku Gunung Agung, Awalnya Kios Rokok era KemerdekaanGerai Toko Buku Gunung Agung di mal Margo City, Depok, Jawa Barat. (Instagram/@gunungagung)

Mengutip dari situs milik toko buku Gunung Agung, toko ini didirikan oleh Tjio Wie Tay yang juga dikenal sebagai Haji Masagung pada 1953. Awalnya, Tjio Wie Tay membentuk kongsi dagang dengan Lie Tay San dan The Kie Hoat bernama Thay San Kongsie pada 1945. Namun pada saat itu, barang yang diperdagangkannya berupa rokok.

Kemudian pascakemerdekaan Indonesia pada 1945, permintaan buku sangat tinggi. Di sisi lain, hengkangnya penerbit Belanda dari Indonesia semakin membuat bisnis itu strategis. Saat itu, mereka harus bersaing dengan penerbit toko buku Belanda seperti Van Dorp dan Kolff.

Melihat peluang itu, otak bisnis kongsi dagang Thay San Kongsie berputar. Dia kemudian mencoba untuk membuka toko buku impor dan majalah. Kios pertama yang mereka bangun masih terbilang cukup sederhana dan berlokasi di Jakarta. Namun, toko buku Tay San Kongsie lebih baik dibandingkan toko buku asing.

Awalnya Tay San Kongsie mengandalkan penjualan rokok dan bir. Tapi setelah mempertimbangkan keuntungan buku lebih besar, kongsi ini pun menutup usaha rokok dan bir lalu beralih fokus ke toko buku.

Lalu pada 1951, Tjio Wie Tay membeli rumah sitaan Kejaksaan di Jalan Kwitang Nomor 13, Jakarta Pusat. Rumah itu ditata dan dibuat percetakan kecil pada bagian belakang.

Baca Juga: Tak Berhenti Merugi, Toko Buku Gunung Agung Bakal Tutup Seluruh Gerai

2. Toko buku Gunung Agung gelar pameran besar di awal kemerdekaan

Sejarah Toko Buku Gunung Agung, Awalnya Kios Rokok era KemerdekaanGerai Toko Buku Gunung Agung. (Instagram @gunungagung)

Berkembang pesatnya toko Gunung Agung membuat Tjio Wie Tay ingin mendirikan sebuah perusahaan. Tjio Wie Tay ingin membuat sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan dan impor buku. Kala itu, perusahaannya diberi nama Firma Gunung Agung pada 1953.

Lalu, berdirilah Firma Gunung Agung. Momen itu juga diprakarsai dengan digelarnya semacam pameran buku di Jakarta pada 8 September 1953. Saat itu, Gunung Agung mampu memamerkan puluhan ribu buku.

Pertumbuhan Gunung Agung semakin pesat, pihaknya kembali memprakarsasi pameran buku lebih megah bernama Pekan Buku Indonesia 1954. Namun, yang berbeda dari pameran buku sebelum, Gunung Agung memulai tradisi penyusunan bibliografi (daftar buku lengkap) dalam bentuk katalog.

Baca Juga: Viral Kapal Api Tutup dan Bangkrut, Cek 4 Fakta Berikut 

3. Gedung toko buku Gunung Agung diresmikan langsung ole Soekarno

Sejarah Toko Buku Gunung Agung, Awalnya Kios Rokok era KemerdekaanIlustrasi Sukarno (IDN Times/Arief Rahmat)

Dalam pameran itu, Tjoe Wie Tay berkesempatan untuk berkenalan dengan pemimpin Indonesia saat itu, yakni Sukarno dan Hatta. Kemudian Gunung Agung dipercaya untuk menggelar pameran buku di Medan dalam rangka Kongres Bahasa tahun 1954.

Sayap bisnis toko buku Gunung Agung semakin besar. Gunung Agung kemudian mendirikan gedung berlantai tiga di Jalan Kwitang Nomor 6. Bahkan gedung ini diresmikan secara langsung langsung oleh Soekarno pada 1963. Pada tahun yang sama, Tjoe Wie Tay ubah nama menjadi Masagung.

Toko buku Gunung Agung pun menjadi toko buku ternama di Indonesia. Tak hanya buku, mereka juga menyediakan alat tulis, kebutuhan sekolah, barang olah raga, alat music, peralatan kantor, dan lainnya.

Topik:

  • Anata Siregar
  • Stella Azasya
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya