Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi investasi (pexels.com/Photo By: Burak The Weekender)

Intinya sih...

  • Strategi investasi jangka panjang masih relevan dan efektif di tengah ketidakpastian global.

  • Konsistensi, disiplin, dan pemahaman atas fundamental emiten menjadi kunci kesuksesan investor jangka panjang.

  • Volatilitas pasar membuka peluang membeli saham berkualitas dengan valuasi menarik bagi investor jangka panjang.

Jakarta, IDN Times - Gejolak ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari pandemi COVID-19, konflik geopolitik, disrupsi rantai pasok, hingga kepastian suku bunga The Fed dan perang dagang telah memengaruhi pasar keuangan, termasuk di Indonesia. Di tengah ketidakpastian ini, muncul pertanyaan penting apakah strategi investasi jangka panjang masih relevan dan efektif?

PT BNI Sekuritas (BNI Sekuritas) menilai, strategi jangka panjang tetap menjadi pilihan yang relevan dan efektif. Pendekatan ini menekankan konsistensi, disiplin, dan pemahaman atas fundamental emiten. Strategi ini sangat sesuai bagi investor ritel yang ingin menumbuhkan portofolio secara berkelanjutan.

Walaupun ada sebagian nasabah juga yang mungkin lebih tertarik menjadi trader dibandingkan investor. Tidak ada yang salah dengan pilihan tersebut, karena pada dasarnya mereka ingin mencari cuan.

“Dalam kondisi pasar yang bergejolak, wajar jika muncul keraguan seperti ‘Apakah saya berinvestasi di waktu yang tepat?’ atau ‘Haruskah saya keluar sebelum koreksi memburuk?’ Namun, jika dilihat kilas baliknya, sejarah menunjukkan bahwa meskipun koreksi pasar kerap terjadi saat krisis, pasar cenderung pulih seiring waktu,” jelas Head of Retail Research BNI Sekuritas, Fanny Suherman, dikutip Kamis (10/7/2025).

Sebagai contoh, pada krisis keuangan 2008, IHSG sempat anjlok 58 persen dari peak-nya dan kembali naik 77 persen dalam enam bulan dan 113 persen dalam 12 bulan setelah mencapai bottom.

Kemudian saat taper tantrum 2013, indeks terkoreksi 24 persen dari peak-nya dan pulih 16 persen dalam enam bulan dan 31 persen dalam 12 bulan setelah mencapai bottom-nya. Lalu saat pandemik COVID-19 melanda pada 2020, IHSG turun 33 persen dari peak-nya, tapi recover 24 persen dalam enam bulan dan 59 persen dalam 12 bulan sejak mencapai bottom.

"Yang terpenting jika berminat menjadi investor jangka panjang adalah tetap konsisten dalam berinvestasi, memahami kondisi fundamental perusahaan, dan tidak terbawa arus fluktuasi jangka pendek,” kata Fanny.

Berikut ini beberapa alasan mengapa strategi investasi jangka panjang masih layak dipertahankan:

1. Fundamental adalah fondasi, sentimen tetap perlu dicermati

ilustrasi investasi (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Harga saham dalam jangka pendek memang sangat dipengaruhi oleh sentimen pasar, baik dari sisi makroekonomi global, suku bunga, maupun berita geopolitik.

Namun untuk jangka panjang, faktor utama yang menentukan arah kinerja saham adalah kualitas bisnis perusahaan itu sendiri. Investor perlu memahami kinerja fundamental seperti pertumbuhan laba, efisiensi operasional, potensi pertumbuhan core bisnis ke depan, serta daya saingnya dibandingkan dengan perusahaan di industry sejenis.

2. Konsistensi dan diversifikasi bantu kendalikan risiko

ilustrasi investasi saham (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Salah satu cara untuk tetap konsisten di pasar adalah dengan menerapkan strategi investasi berkala, atau dikenal sebagai dollar-cost averaging. Pendekatan ini membantu investor menghindari membeli di harga tertinggi dan menjaga akumulasi tetap berjalan, meskipun pasar sedang turun.

Di sisi lain, diversifikasi portofolio ke berbagai sektor atau instrumen juga penting. Menggabungkan saham dari sektor defensif seperti konsumer dengan sektor cyclical seperti energi atau komoditas dapat membantu mengurangi dampak volatilitas saat terjadi perubahan global yang signifikan.

3. Ketidakpastian menciptakan peluang

ilustrasi investasi saham (pexels.com/Rômulo Queiroz)

Volatilitas seringkali membuka kesempatan membeli saham berkualitas dengan valuasi menarik. Investor yang memiliki visi jangka panjang bisa memanfaatkan periode ini sebagai titik awal pertumbuhan portofolio.

“Di tengah dinamika global yang tidak menentu, investasi jangka panjang bisa menjadi strategi andal. Dengan memahami fundamental, disiplin dalam eksekusi, dan bijak membaca kondisi pasar, investor dapat membangun portofolio yang tumbuh secara berkelanjutan," kata Fanny.

"Dalam investasi, kunci keberhasilan bukan terletak pada satu waktu terbaik, tetapi pada seberapa lama dan konsisten seorang investor bertahan di pasar,” sambung dia.

Editorial Team