Apa itu Stablecoin? Ini Pengertian, Cara Kerja, Jenis dan Manfaatnya

Jakarta, IDN Times – Stablecoin adalah jenis mata uang kripto yang dirancang untuk memiliki nilai yang stabil dengan cara dipatok pada aset tertentu, seperti mata uang fiat (contohnya dolar AS), komoditas (seperti emas), atau bahkan aset digital lainnya.
Tujuan utama dari stablecoin adalah mengurangi volatilitas harga yang sering terjadi pada mata uang kripto tradisional seperti Bitcoin atau Ethereum, sehingga lebih cocok untuk transaksi sehari-hari dan penyimpanan nilai. Berikut adalah hal-hal yang perlu diketahui terkait stablecoin.
1. Apa itu stablecoin?

Stablecoin adalah cryptocurrency yang dirancang untuk terhindar dari volatilitas liar yang mempersulit penggunaan aset digital untuk pembayaran atau sebagai penyimpan nilai.
Nilai stablecoin berusaha untuk dijaga tetap stabil dan konstan dengan dipatok ke mata uang fiat, misalnya ke dolar AS. Itu berarti kemanapun arah nilai cryptocurrency bergerak, harga stablecoin akan tetap tidak kurang dari 1 dolar AS.
2. Seberapa pentingkah stablecoin?

Menurut data CoinMarketCap, stablecoin memiliki kapitalisasi pasar sekitar 170 miliar dolar AS, menjadikannya bagian yang relatif kecil dari keseluruhan pasar cryptocurrency, yang saat ini bernilai sekitar 1,2 triliun dolar AS. Akan tetapi, popularitasnya telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir.
Stablecoin terbesar, Tether, memiliki kapitalisasi pasar sekitar 80 miliar dolar AS, melonjak dari hanya 4,1 miliar dolar AS pada awal 2020. Stablecoin terbesar kedua, USD Coin, memiliki kapitalisasi pasar sebesar 49 miliar dolar AS, menurut data CoinMarketCap.
Meski data tentang penggunaan spesifik stablecoin sulit didapat, mereka memainkan peran penting bagi pedagang cryptocurrency. Ini karena stable koin biasanya menjadi tempat lindung nilai terhadap lonjakan harga Bitcoin atau untuk menyimpan uang tunai tanpa mentransfernya kembali ke mata uang fiat.
Dalam laporan stabilitas keuangan dua tahunan pada pekan lalu, Federal Reserve AS memperingatkan stablecoin semakin banyak digunakan untuk memfasilitasi perdagangan leverage dalam cryptocurrency lainnya.
Sejak 2018, stablecoin telah semakin banyak digunakan dalam perdagangan internasional dan sebagai cara untuk menghindari kontrol modal, kata Joseph Edwards, kepala strategi keuangan di perusahaan kripto Solrise. Ia menjelaskan bahwa stablecoin Tether khususnya digunakan untuk perdagangan di dalam dan sekitar China dan Amerika Selatan.
3. Cara kerja stablecoin

Stablecoin berfungsi untuk menjaga kestabilan nilai dengan cara dipatok pada aset tertentu, seperti mata uang fiat atau komoditas. Berikut adalah cara kerja stablecoin berdasarkan jenisnya:
1. Stablecoin dengan Jaminan Fiat
Stablecoin ini didukung oleh cadangan mata uang fiat yang setara. Misalnya, untuk setiap stablecoin yang diterbitkan, penerbit menyimpan sejumlah uang di bank. Contoh:
- Tether (USDT) dan USD Coin (USDC), di mana setiap token dijamin oleh satu dolar AS yang disimpan dalam cadangan.
Prosesnya melibatkan:
- Pencadangan Aset: Penerbit menyimpan aset yang setara dengan nilai stablecoin yang beredar.
- Audit Berkala: Cadangan diaudit secara rutin oleh pihak ketiga untuk memastikan transparansi dan kepercayaan.
2. Stablecoin dengan Jaminan Kripto
Stablecoin ini menggunakan aset kripto sebagai jaminan. Karena volatilitas harga kripto, biasanya ada lebih banyak cadangan daripada nilai stablecoin yang diterbitkan. Contoh:
- Dai (DAI) yang dijamin oleh Ethereum dan aset kripto lainnya dengan rasio jaminan lebih tinggi (misalnya 150%).
Cara kerjanya meliputi:
- Over-Collateralization: Untuk setiap DAI yang diterbitkan, lebih banyak nilai dalam bentuk kripto disimpan sebagai jaminan.
- Kontrak Pintar: Mengelola dan menyesuaikan cadangan sesuai fluktuasi harga.
3. Stablecoin Algoritmik
Stablecoin ini tidak memiliki jaminan fisik tetapi menggunakan algoritma untuk mengatur pasokan koin berdasarkan permintaan pasar. Contoh:
- Token akan dibakar atau dicetak sesuai kebutuhan untuk menjaga harga tetap stabil.
Mekanisme kerja algoritmik mencakup:
- Pengaturan Pasokan: Ketika harga turun di bawah target (misalnya $1), algoritma akan membakar sejumlah koin untuk mengurangi pasokan dan meningkatkan harga.
- Rebasing: Jumlah koin di dompet pengguna dapat berubah secara otomatis berdasarkan harga pasar untuk menjaga proporsi kepemilikan tetap stabil.
Meskipun stablecoin menawarkan keuntungan dalam hal stabilitas, mereka juga memiliki risiko, terutama dalam kasus stablecoin algoritmik yang dapat mengalami depresiasi jika tidak dikelola dengan baik
4. Jenis-Jenis

Stablecoin dapat dikategorikan berdasarkan jenis aset yang mendukungnya:
- Fiat-Backed Stablecoin: Didukung oleh mata uang fiat seperti dolar AS. Contoh: Tether (USDT), USD Coin (USDC), dan Rupiah Token (IDRT).
- Commodity-Backed Stablecoin: Dijamin oleh komoditas seperti emas. Contoh: Pax Gold (PAXG).
- Crypto-Backed Stablecoin: Didukung oleh aset kripto lain sebagai jaminan. Contoh: Dai (DAI).
- Algorithmic Stablecoin: Tidak memiliki jaminan fisik, tetapi menggunakan algoritma untuk menjaga stabilitas harga melalui mekanisme penawaran dan permintaan
5. Manfaat stablecoin

Stablecoin menawarkan berbagai manfaat, di antaranya:
- Volatilitas Rendah: Nilainya lebih stabil dibandingkan kripto lainnya, sehingga cocok untuk transaksi atau tabungan.
- Transaksi Cepat dan Biaya Rendah: Memanfaatkan teknologi blockchain untuk pembayaran waktu nyata dengan biaya lebih rendah dibandingkan sistem perbankan tradisional.
- Jembatan Antara Fiat dan Kripto: Mempermudah konversi antara mata uang fiat dan aset digital dalam ekosistem kripto.
Stablecoin memainkan peran penting dalam ekosistem keuangan digital, baik sebagai alat pembayaran, media penyimpanan nilai, maupun instrumen perdagangan di pasar kripto.