Jakarta, IDN Times - Mata uang digital atau mata uang kripto (cryptocurrency) telah menjadi teman hidup berbagai lapisan masyarakat di seluruh dunia.
Tak sedikit yang mengira Bitcoin adalah mata uang digital atau kripto pertama yang ditemukan pada 2008 silam. Sebenarnya, mata uang digital telah ditemukan jauh sebelumnya, yakni pada 1983 oleh seorang kriptografer Amerika Serikat (AS), David Chaum.
Dilansir Investopedia, Jumat (9/8/2024), David kala itu mengusulkan uang elektronik dengan konsep token yang dapat ditransfer antarindividu dengan aman dan pribadi. Konsep itu dinilai sangat mirip dengan mata uang kripto modern saat ini.
David pun mendirikan DigiCash, perusahaan uang elektronik pertama di dunia. DigiCash kemudian menciptakan mata uang elektronik kriptografi pertama, yaitu eCash.
Sayangnya, pada 1998, DigiCash bangkrut. Namun, ide-ide yang berasal dari perusahaan itu, rumus, dan juga alat enkripsinya memainkan peran penting dalam pengembangan mata uang digital selanjutnya.
Kemudian pada 1996, lahirlah e-gold, mata uang digital dengan basis harga emas. Dengan mata uang yang ditemukan oleh Dr. Douglas Jackson dan Barry Downey itu, pengguna bisa mentransfer kepemilikan emas di antara pengguna situs web.
Mata uang digital berbasis emas itu menjadi alat bagi para pencuci uang atau alat untuk transaksi ilegal.
Pada 1998, muncullah konsep Bit Gold, percobaan pertama pembuatan mata uang digital terdesentralisasi oleh pionir blockchain, Nick Scabo. Meski proyek itu tak berakhir dengan implementasi, namun Bit Gold dianggap sebagai pendahulu Bitcoin.
Meski bukan yang pertama, Bitcoin tetap mengantongi status sebagai mata uang kripto tertua yang masih ada.
Bitcoin buatan Satoshi Nakamoto dirilis melalui whitepaper pada 2008, dan kini menjadi mata uang kripto termahal di dunia. Harga 1 Bitcoin (BTC) per hari ini bahkan mencapai Rp928 miliar.