Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Waspada! Ini 3 Modus Penipuan yang Bisa Menguras Uangmu

ilustrasi penipuan (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Penipuan via aplikasi obrolan seperti WhatsApp kini sedang marak terjadi. Setelah viral modus penipuan berkedok pengiriman paket, baru-baru ini terjadi lagi modus penipuan berkedok memberi undangan pernikahan.

Nomor tak dikenal tiba-tiba mengirimkan pesan dan sebuah link untuk dibuka. Mereka akan mencoba meyakinkan korban bahwa korban diundang ke sebuah pesta pernikahan tanpa menyebutkan siapa yang menikah.

Lantas, korban diminta untuk segera membuka link yang telah dibagikan tersebut. Jika link itu dibuka, otomatis link ini akan terhubung dengan rekening bank korban via mobile banking. Alhasil, tabungan korban terkuras habis.

Apa saja modus penipuan yang perlu kita waspadai?

1. Penipuan berkedok pengiriman paket dari luar negeri

Ilustrasi Parsel. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dilansir dari Forbes, Jumat (27/1/2023), penipuan paket dari luar negeri ini sudah sering menimpa warga negara Indonesia. Mereka seolah-olah mendapat pesan di surel atau nomor ponsel yang tampak seperti dikirim dari UPS, FedEx atau kantor pos Amerika Serikat.

Korban akan diminta untuk membayar biaya pengiriman. Jika korban membuka link dalam pesan tersebut, link itu akan meminta data dan informasi kartu debit atau kredit korban.

2. Penipuan berkedok anggota keluarga sedang kesusahan

Ilustrasi gawai/ponsel. (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Lalu, ada penipuan berkedok anggota keluarga yang sedang kesusahan, apakah itu kecelakaan, di rumah sakit atau di kantor polisi.

Pelaku akan berpura-pura menjadi anggota keluarga korban dan mengaku menghubungi lewat nomor ponsel baru dan akan meminta sejumlah uang dengan alasan sedang kesulitan.

Modus yang satu ini, sering sekali ditemui. Jadi kamu harus berhati-hati kalau menemukan hal seperti ini.

3. Modus badan amal

ilustrasi penipuan (IDN Times/Aditya Pratama)

Tak disangka, ada juga penipuan yang berkedok badan amal. Biasanya mereka akan menceritakan kisah-kisah haru anak yang terlantar atau kondisi perang di sebuah negara.

Mereka juga biasanya mengirim email secara acak ke para korban yang nantinya akan meminta informasi dari kartu debit atau kredit sang korban.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us