[CERPEN] Teruntuk Kamu, Bintangku

Tak bisakah kita bertemu lagi?

Mungkin kamu tak pernah menyadari bagaimana perasaanku padamu. Bukan karena aku tak mau mengungkapkannya, tetapi pengecut yang satu ini terlalu takut untuk menghadapi kenyataan nantinya.

Mungkin kamu tak pernah menyadari bagaimana kericuhan yang terjadi di pikiran dan hatiku setiap ada hal yang menyangkut tentangmu. Tapi, apa daya, aku tidak bisa melakukan apa-apa. Aku bukan siapa-siapamu, hanya sekadar teman biasa. 

Dan mungkin kamu tak pernah menyadari bagaimana keseharian yang ku jalani ini terasa hampa karena tak ada sosokmu lagi. Bukan karena salahmu, tetapi hati ini yang terlalu merindu.

Ya, rindu ini terlalu berat hingga rasanya aku ingin berteriak kepada semesta dan mengungkapkan betapa inginnya aku menemuimu sekarang juga.

Selalu kupanjatkan doa dan berharap kalau suatu saat nanti kita 'kan bertemu lagi. Tapi, sepertinya harapanku ini tak bisa terwujud. Enam tahun telah berlalu dan aku masih saja merindukanmu. Sangat.

Dan selama enam tahun itu pula, tak pernah sekali pun kita bertemu meski aku dan kamu berada di satu kota yang sama, di bawah langit yang sama. Rasa penasaran pun selalu menghantui pikiranku. Apakah kamu juga merindukanku? Apakah kamu pernah berpikir apa yang sedang aku lakukan sekarang? Bagaimana keadaanku saat ini?

Atau, hanya aku saja yang melakukan ini?

Tapi, tidak apa-apa. Kita pun belum pernah memulai suatu hubungan yang serius sebelumnya. Aku hanya ingin tahu bagaimana kabarmu selama ini. Rasanya, semesta tidak mentakdirkan aku dan kamu untuk bertemu, ya?

Salahkah kalau aku ingin bertemu denganmu, meski hanya sekali saja? 

Aku ingin tahu apa alasanmu mengacuhkanku sejak hari itu. Hingga hari di mana aku pergi pun, kita sudah tak lagi berkomunikasi. Aku sendiri pun terlalu pengecut untuk menghubungimu duluan.

Aku berusaha untuk melupakanmu, tetapi hati ini kembali lagi tertuju padamu. Kamulah yang pertama bagiku. Kamulah yang mengajariku apa arti dari mencintai seseorang. Sosokmu yang begitu memesona dan baik hati sangat membekas di diriku. Berbeda dari yang lainnya.

Apakah aku salah karena mencintai seseorang yang bukan umat-Nya?

Aku hanya bisa menghela napas panjang dan tersenyum lirih sembari mengingat kenangan kita dulu. Kuharap kau tak akan lupa kenangan kita selama ini.

Aku di sini, mendoakan yang terbaik untukmu. Selalu.

Baca Juga: [CERPEN] Hadiah Gundu dari Bapak

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Alycia Tracy Nabila Photo Writer Alycia Tracy Nabila

believe in yourself

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya