[CERPEN] Hadiah Gundu dari Bapak

Ini gundu dari bapak, simpan baik-baik, ya

Malam merayap perlahan, mengantarkan tidur untuk semua insan. Di sudut perkampungan, masih nampak menyala lampu minyak tanah. Nampak dari luar sorot cahaya menembus dinding dari anyaman bambu.

Di situlah tinggal seorang ibu dan anak lelaki. Keduanya tinggal berdua saja, sang bapak ke kota menarik becak untuk nafkah keluarga. Jarang pulang, hanya dua kali seminggu menjenguk dan membawa sedikit rupiah.

Malam itu tak seperti biasanya. Bocah gundul tersebut masih belum tidur. Dia menerawang melihat ke atap rumah yang penuh lubang. Sementara ibunya berbaring di sampingnya dan mengusap kepala bocah itu dengan lembut kasih sayang.

“Le, kenapa belum tidur?," tanya perempuan itu lembut.

Yang ditanya tidak segera menjawab, jemari mungil bocah gundul itu memainkan kebaya emaknya.

“Mak, janji, ya. Besok belikan gundu," si bocah gundul berkata sembari menghapus air mata.

“Ya, besok nunggu bapakmu pulang, emak akan membelikan gundu buatmu. Sekarang tidurlah," emak menjawab dengan hati penuh pilu.

Gundu memang tidak semahal smartphone mainan anak kekinian. Namun bagi emak, uang untuk membeli gundu jauh lebih penting untuk membeli beras. Mereka hidup dalam kekurangan. Emak sebagai buruh cuci baju hanya menopang sedikit kebutuhan keluarga. Yang bisa dilakukan hanya menunggu uang hasil suaminya mengayuh becak di kota. Mirisnya itu pun tak seberapa.

Malam berlayar dalam keheningan, bocah gundul terlelap dalam tidurnya, saking inginnya memiliki gundu seperti teman mainnya, hal itu sampai terbawa ke alam mimpi. Setiap dia meminta dibelikan gundu, jawaban dari emak dan bapaknya hampir sama, menunggu kalau punya uang. Begitu yang selalu didengar bocah lugu itu.

Kokok ayam jantan pun berkumandang bersahutan. Seriuh suara perut bocah gundul karena sejak semalam tak terisi makanan ataupun sekadar kudapan ringan. Bocah itu berjalan ke dapur, diraihnya sebuah teko usang. Air rebusan emaknya menjadi pengisi perut yang keroncongan.

Hari ini emaknya tidak bekerja mencuci, melainkan akan menjual biji lamtoro hasil minta dari tetangga. Biji lamtoro biasa dijual ke pasar dengan harga sangat murah tentunya.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Diam-diam bocah gundul mendekati emaknya yang sudah menyunggi wadah berisi biji lamtoro. Pelan-pelan dia mengulang pertanyaan semalam.

“Mak, kapan beli gundunya?”

Emak tidak menjawab. Dengan perlahan direngkuhnya tubuh bocah gundul mungil itu. Air mata meleleh di pipi perempuan itu.

Tak lama berselang, tetangga riuh datang ke rumah. Memberi kabar yang tidak diduga. Bapak bocah gundul telah meninggal, akibat kecelakaan di jalan saat hendak pulang. Ketika becak dikayuh, beberapa remaja yang ugal-ugalan membawa motor menabrak becak hingga bapak bocah gundul meninggal di tempat. Isak tangis begitu memilukan, hingga berakhir di pemakaman.

Hari ini terasa berjalan sangat lama, meski demikian senja tetap tiba menyapa, langit kelam dan semakin kelam. Bocah gundul mungil masih menatap langit merah yang mulai berganti gelap. Tiba-tiba seseorang datang sambil membawa bungkusan. Mata bocah itu samar-samar mengenali orang itu. Sambil terbata dia berteriak, “Mak, bapak pulang!”

Tersentak si emak menoleh dan mendekat ke anaknya, mereka berdua memandang dengan ragu sosok itu. Lantas orang itu pun berkata dengan nada agak serak.

“Ini gundu dari bapak, Le, simpan baik-baik, ya”

Sedetik berlalu dan sosok itu pun menghilang dalam temaram.

“Bapak!” teriak bocah gundul.

"Aku tidak mau gundu, aku mau Bapak pulang. Pulanglah, Pak." Teriak bocah gundul mungil sembari melambaikan tangan ke arah temaram senja"

Ibu dan anak itu berpelukan, tangis terdengar pilu di penghujung senja. Mendiang bapak bocah itu, masih sempat hadir memenuhi janjinya, memberikan gundu untuk anaknya.

Baca Juga: [CERPEN] Akseptasi

Riza AA Photo Verified Writer Riza AA

Pria yang ingin berkarya. Ig: @faruqrizaal

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Debby Utomo

Berita Terkini Lainnya