TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

[Puisi] Harmoni Hari Tua

Menantang mati kala hidup menjadi kelu...

Pixabay/jarmoluk

Keringat yang menetes menjadi saksi bisu
Air mata yang mengalir adalah candu
Bergeloranya hati akan cinta sang Bayu
Telah diujung waktu menempuh sendu

Jiwa yang merayu
Raga yang membeku
Dibekukan emosi merajuk pilu
Bisiknya membekas dalam kalbu

Amarahnya pekat menghias kelambu
Menghalau embun yang pekat menguap
Tidak ada senyum lagi
Tak ada canda lagi

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Tersisa pipi menggembung, dihempaskan duka
Wajah kaku ditinggalkan jiwa
Hanya tulang berbalut kulit yang menemani hari tua
Ia yang diabaikan dunia

Merintih dalam sakit yang merajam asa
Demi sisa hidup berkalang tanah, berkubang lumpur nestapa
Mati segan, hidup pun nelangsa 

Baca Juga: [PUISI] Akankan Rabu Berdebu?

Writer

Nesi Jumaida

Smile as always

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya