[PUISI] Hibernasi Dewi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Antara sumbangnya jeritan kereta kuda dan makhluk fana
berjejalan di celah spasi antar raga
Tak ubahnya tepukan fajar di bahu pertiwi tiba
Sejenak purnama melenyap pelita
Jalanan telah didesak sejuta umat tuk sambung usia
Sedang trotoar telah disapu rata barisan berseragam pun asongan yang tak sekedar cari hawa
Hiruk pikuk dunia; saling menelan dari roda ke roda, kaki ke kaki, frasa ke frasa
Destinasi tunggal ditempuh dari pintu mana-mana
Egoisme di atas egoisme
Acu pada sayap-sayap rusak yang dikepak percuma
Sementara hati mendengkur dari sudut selimut masa
Pada zaman di mana asap adalah napas,
dan tembakau adalah nadi-nadi berdetak
Secercah realita, realita hati, hati kumuh, kumuh saja tak mampu dilenyap
Memang manusia; selalu manusia
Sudah seperti toksin menggelantung pada
aerosol-aerosol di tiap lekukan wajah sang Bunda
Penjara
Sebuah penjara air mata disusun dari pernik-pernik api penuh kontradiksi
Sebuah penjara duka lara diretas antar bola mata penuh isyarat benci
Dan terus saja kita rela disentuh oleh fatamorgana nista
Dan terus saja kita rela dijerat oleh tali dari jurang sukma
Maka berhentilah; jika kau tahu eksistensi larik-larik umpatan yang diekspos sama dengan rentangan aib diri
Seperti tak lazimnya meneliti cermin ketika berandal tak dewasa ditemu pada lensa kwarsanya berdiri
Maka berhentilah; mengapa tidak bangunkan saja ketulusan itu dari dasar hati yang tertidur?
Sudah waktunya kita menggali jiwa-jiwa luhur, yang telah lama terkubur.
Baca Juga: [CERPEN] Sebuah Rahasia
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.