[CERPEN] Metamorfosis

Perubahan tak terduga mengubah hidup selamanya 

Saat itu, Fahri duduk sendirian di pinggir pantai. Ia menghela nafas panjang sambil memandangi laut yang tenang di depannya. Rasanya seperti ada beban besar di dalam hatinya yang tidak bisa ia sebutkan. Selama ini, ia berusaha menyembunyikan perasaannya dan menyimpannya sendiri. Namun, kali ini ia tidak bisa lagi menahannya.

Fahri memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar pantai. Ia berjalan tanpa tujuan; hanya ingin meredakan rasa gelisah di hatinya. Namun, ketika ia berjalan melewati sebuah toko buku, mata Fahri tertuju pada sebuah buku self-help berjudul Perubahan Diri.

Fahri membuka buku itu dan menemukan beberapa kata yang menarik perhatiannya. Ia memutuskan untuk membeli buku itu dan membacanya di pantai.

Saat membaca buku itu, Fahri merasa seolah-olah buku itu ditujukan khusus untuknya. Banyak hal yang ia temukan dalam buku itu sesuai dengan apa yang ia rasakan dan butuhkan saat ini. Ia mulai mempraktikkan apa yang ia pelajari dari buku itu dan mengubah cara pandangnya tentang hidup.

Setelah membaca buku itu, Fahri merasa lebih percaya diri dan optimis. Ia tidak lagi merasa takut untuk berbicara dengan orang lain dan memulai hubungan baru. Ia bahkan berhasil mendapatkan teman baru di kampus dan merasa senang karena bisa berbicara dengan mereka.

Namun, rasa gembira Fahri tidak bertahan lama. Ketika ia mulai merenungkan tentang hidupnya sebelum ini, ia merasa sedih. Ia merasa bersalah karena sudah membiarkan perasaannya mempengaruhi hidupnya selama ini.

"Kenapa aku tidak membaca buku itu sejak lama?" gumam Fahri dalam hati.

"Tapi yang terpenting sekarang adalah kamu sudah menyadarinya dan berusaha untuk berubah, Fahri," ujar seseorang dari belakangnya.

Fahri terkejut dan menoleh ke belakang. Ternyata, itu adalah seorang perempuan yang duduk di sebelahnya.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu kamu. Namun, aku melihat kamu sedih dan aku ingin membantu," kata perempuan itu.

Fahri merasa terharu dengan kebaikan hati perempuan itu. Mereka pun mulai berbicara dan saling berbagi cerita tentang hidup masing-masing.

"Saat kamu merasa sedih atau khawatir, cobalah untuk memikirkan hal-hal positif dalam hidupmu. Jangan lupa untuk berterima kasih kepada diri sendiri karena sudah berusaha berubah," kata perempuan itu.

Fahri merasa terinspirasi dengan perkataan sang perempuan. Ia mulai memikirkan hal-hal positif dalam hidupnya dan berterima kasih kepada dirinya sendiri karena sudah berusaha untuk berubah.

Malam itu, Fahri pulang dengan hati ringan. Ia merasa lebih tenang dan optimis tentang masa depannya. Ia bahkan berencana untuk menuliskan pengalaman dan perubahan yang telah dialaminya dalam sebuah jurnal.

Hari-hari berikutnya, Fahri terus mengaplikasikan apa yang telah ia pelajari dari buku Perubahan Diri dan pengalaman yang ia alami. Ia semakin percaya diri dan bahagia dengan hidupnya. Ia bahkan merencanakan untuk mengikuti beberapa kegiatan yang pernah ia impikan sejak dulu.

Ketika Fahri bertemu dengan teman-temannya di kampus, mereka merasa heran dengan perubahan yang terjadi pada diri Fahri. Ia menjadi lebih ceria dan berbicara lebih banyak. Teman-temannya pun menanyakan apa yang terjadi pada Fahri.

"Aku membaca buku Perubahan Diri dan memulai proses perubahan diri. Aku merasa lebih baik sekarang," jawab Fahri dengan senyum di bibirnya.

Teman-temannya merasa kagum dengan Fahri. Bahkan, mereka meminta rekomendasi tentang buku tersebut. Fahri merasa senang bisa membagikan pengalaman dan membantu orang lain untuk berubah.

Saat ini, Fahri merasa bahagia dengan hidupnya. Ia belajar untuk menerima dirinya apa adanya, tetapi juga berusaha untuk terus memperbaiki diri. Ia menyadari bahwa perubahan bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi perlahan-lahan dan dengan tekad yang kuat semua bisa berubah.

"Mungkin, kebahagiaan sejati bukanlah tentang mencari kesempurnaan, tetapi tentang menerima kekurangan dan terus berusaha menjadi lebih baik," gumam Fahri dalam hatinya.

Malam itu, Fahri kembali duduk sendirian di pinggir pantai. Namun, kali ini ia tidak merasa sedih atau gelisah. Ia merenung tentang hidupnya dan merasa bersyukur atas semua pengalaman yang ia alami. Ia tersenyum dan menghela nafas dalam-dalam. Kini, ia siap menghadapi hidup dengan lebih optimis dan percaya diri.

Baca Juga: [CERPEN] Lukisan Mawar Merah

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

FIQRAH RISAR Photo Verified Writer FIQRAH RISAR

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya