[PUISI] Maut Menjemput

Akankah Malaikat Maut tertawa tatkala menjemputku?

Malaikat Maut tertawa melihat keduanya
Dua sejoli yang sibuk menyusun rencana
Rumah megah, mobil mewah, harta yang berlimpah
Hendak meraihnya, tapi ajal lebih dulu tiba
Di situlah batas jejak-jejak insan yang dimabukkan dunia

Malaikat Maut tak berkutik, menatap kosong
Menanti perempuan yang tengah mengantar bayinya menuju dunia
Tiada seorang pun yang tahu, pun mampu menolong
Terus terisak hingga tercekat napas dalam dada
Di situlah berlinang air mata sang pencabut nyawa

Akankah Malaikat Maut tertawa tatkala menjemputku?
Seorang dungu yang tak punya malu
Sembahyang sewaktu-waktu, maksiat nomor satu
Jejak-jejak keimananku telah lapuk ditutup abu
Mungkin, Malaikat Maut memang menertawai tingkahku
Namun, tak ‘kan kubiarkan ia tergelak sampai akhir hayatku

Baca Juga: [PUISI] Rutinitas Malam Hari

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

E N C E K U B I N A Photo Verified Writer E N C E K U B I N A

Mau cari kerja yang bisa rebahan terus~

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya