[PUISI] Harapan Kerinduan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam rintik yang menyampaikan suara
Serta jahatnya rasa bernama kerinduan
Hari itu sebelum malam
Matanya menaruh harapan pada lautan
Hari ini sebelum malam
Seusai seribu satu hari telah terhitung
Tak setetes pun air lautan bicara
Suaranya hanya tentang saling beradu
Malu-malu menghampiri ke tepian
Sesekali lautan diam bungkam
Kemudian anak itu melepas air mata
Terduduk di tepian menjelang malam
Lautan tetap bungkam
Hari esok sebelum malam
Suara lautan saling berbisik
Bertanya satu sama lain
Anak itu tidak di tepian
Esok dan esok lagi
Lautan merindukan
Setiap harinya hanya saling berbisik
Menanti-nanti anak itu kembali
Hingga seribu hari lagi
Lautan kian merindu
Tidak lagi saling berbisik
Lautan saling bertengkar karena rindu
Anak itu tak kunjung datang
Hari sebelum malam lainnya
Lautan menciptakan ombak besar kesekian
Saling hantam dan menyalahkan
Menjelang malam
Lautan terdiam
Gadis jelita tiba di tepian
Menatap lautan
Dengan mata penantian
Lautan kembali berbisik
Saling tanya dan kagum
Tatapannya sama penuh harapan
Menyampaikan isi hati pada lautan
Meminta setetes saja berbicara
Lautan hanya bungkam
Perlahan menggapai tepian
Membiarkan si gadis merasakan kerinduan
Lautan tetap bungkam
Membiarkan langit menjelang malam
Menyerahkan pantulan cahaya bintang
Sesudah malam menguasai angkasa
Si gadis tersenyum pada lautan
Pergi dan hilang
Tidak lagi kembali pada lautan
Baca Juga: [PUISI] Setiap Hari
Editor’s picks
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.