[PROSA] Giliranku Menepi

Jika jalan kita begitu rumit, izinkan aku pamit

Hari ini langit tak bersahabat dengan suasana hatiku. Bagaimana ia begitu tega tampil dengan cerah ceria, sedang hatiku bak diterjang badai paling sempurna. Meski aku tak sanggup terlelap sepanjang malam, pagi tetap memaksaku bangun dengan teganya. Aku sudah sekian kali melewati luka yang sama, seharusnya kali ini aku sudah terbiasa.

"Kita pasti bisa, percayalah padaku," begitu katamu tiap kusiratkan keluh, tentang gelap, tentang aral terjal jalanan. Kita harus membuat keputusan, setidaknya untuk berhenti mengabaikan luka, karena perlahan mereka meradang pada hatiku, juga hatimu.

Sudah kubilang berkali-kali, jangan terlalu percaya diri! Kita bukan tak saling menyakiti, kita hanya gagal mengenali perih. Kita takut saling melepaskan yang akhirnya kembali saling menyerang.

"Akui saja, kau pasti juga lelah!"

Akhirnya kau sampai pada batasmu. Kau ragu untuk menyerah bukan karena masih cinta, kau hanya malu pada janji-janji manis yang kau buat. Aku sudah cukup dengan cerita bersamamu.

Kamu adalah buku yang telah selesai kubaca. Akan kututup tanpa kubuka kembali karena aku sudah tahu akhirnya. Sekarang, izinkan aku menepi, karena kita selamanya hanyalah sebuah mimpi. Sudahi tanpa benci, aku akan menghilang, tolong kali ini jangan mencari!

Baca Juga: [PROSA] Aku Terkadang Ingin Mati

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Laila Alhaffatah Photo Verified Writer Laila Alhaffatah

Full time wife, mom, and writer

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya