Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Aku, di Antara Langit dan Luka

ilustrasi seorang pria melihat langit di malam hari (unsplash.com/Mindaugas Vitkus)
ilustrasi seorang pria melihat langit di malam hari (unsplash.com/Mindaugas Vitkus)

Tak kutahu harus marah atau pasrah
Saat dunia memberi badai tanpa pelangi
Langit tak runtuh, tapi dadaku retak perlahan
Bagaikan kaca yang menunggu hujan terakhir

Aku berjalan di jalanan sepi
Menyimpan sunyi di balik senyum yang tipis
Orang bilang, "waktu akan sembuhkan"
Tapi bagaimana jika waktu sendiri adalah luka yang terus berulang?

Langit penuh bintang di malam itu
Tenang, seperti tak pernah tahu
Tentang air mata yang jatuh tanpa suara
Ia saksi diam segala perih yang tak memberi jawaban, hanya keabadian

Dan aku, masih di sini
Bukan karena kuat
Tapi karena tak ada pilihan lain
Selain melangkah dengan kaki yang gemetar

Ada hari-hari
Di mana aku tak ingin menjadi apa-apa
Hanya ingin diam
Menyatu dengan angin dan dilupakan waktu

Namun detik terus bergerak
Dan entah bagaimana, aku tetap hidup
Dengan dada yang sesak, dengan hati yang robek,
Aku masih menatap langit dan berharap ia 'kan segera membalas tatapanku

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us