Di antara gelintir manusia
aku terus disesaki
bukan oleh suara
melainkan bising dalam kepala.
Di antara sorak-sorai penggemar
aku terus dihantui
bukan oleh rupa
melainkan jemariku yang
bergetar menyala gamang.
Di antara segala apresiasi
aku terus dipukuli
bukan oleh jemariku sendiri
melainkan waktu
ketika aku akhirnya
bisa hidup kembali.