Luka sering mengikis asa
Menyulam kenangan pahit yang tak terperi
Meninggalkan bekas yang tiada pudar meski sakitnya tlah berkurang
Dan di antara ketidakpercayaan diri
Suarnya berteriak soal ketidakberdayaan
Membekukan harap dalam satu sergahan
Luka sering membangkitkan ego
Bukan air mata yang menjungkar, melainkan amarah
Membunuh tiap-tiap keraguan serta ketakutan yang sempat bersemayam
Dan di antara kerentanan pun kelemahan
Suarnya berseru perihal kecewa dan menang
Melenyapkan simpati yang tak pernah kembali melantang
Luka, semenyesakkan itu, membuat ngilu lagi pilu
Luka, semelegakan itu, membuat teguh lagi tangguh
Luka, seberliku itu