Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
[PUISI] Menatap ke Arahmu

pexels/Oleksandr Pidvalnyi
pundak itu
pernah menjadi tempatku bersandar
atas riuh tawa juga sedu
tangan itu
pernah ingin selalu mengenggamku
menguatkan setiap getar pilu kesunyian
bahkan kaki itu
pernah hendak menemani langkahku
di setiap terjal aral kehidupan
lalu, mata itu
pernah hanya tertuju padaku
memberiku pandangan teduh penuh kemesraan
maka jagalah selalu
setiap bagian yang pernah hanya untukku
meski...
pundakmu tak lagi boleh kujadikan sandaran
tanganmu tak lagi mampu kugenggam
kakimu tak lagi bisa menemani dalam langkah
namun...
mata itu masih ingin kutemui dalam tatap
juga dalam mimpi berselimut rindu
terima kasih..
untuk setiap kenangan yang terukir
dan maaf..
sebab mata dan hati ini
masih menatap ke arahmu
This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks
Editorial Team
EditorPaulus Risang
Follow Us