Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Nidera dalam Kelam

ilustrasi tertidur (pixabay.com)

Kantuk yang tertahan di setiap malam
Bagai menyusuri jalan kumuh tak berpenghujung
Tertahan oleh hati yang teriris
Tertatih, tubuh yang lemah
Diriku bagai batu yang terpecah berkeping-keping
Semua telah memiliki tujuan tak pasti

Hidup terasa hambar, berlari dalam kelam
Teringat lagi saat itu
Aku bagai altruis yang dimanfaatkan
Aku seorang visioner yang terbuang
Semua asaku benar-benar tak berarti

Pikiran yang sudah irasional
Terlalu berbaik hati terhadap rasa sakit
Tubuh yang seakan terpisah dari jiwa
Mati, tertimbun tanah bumi fana

Gersang, neraka di kepalaku
Namun, tangan kakiku telah mencapai nirwana
Mataku dalam kebahagiaan, hati dalam kesedihan
Kini, kantukku tak tertahan lagi
Kubiarkan jiwaku melayang bersama lelapku
Kembali pada mimpi buruk, seperti hari kemarin
Namun, aku berharap akan baik seiring waktu

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us