Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi peduli apa aku
ilustrasi peduli apa aku (unsplash.com/David Hinkle)

Peduli apa aku untuk merasakan perasaan orang lain,
menghargai luka yang tersembunyi, menghormatinya.
Peduli apa aku jika tutur dan perbuatanku melukai,
peduli apa aku untuk merasa marah pada mereka.

Ketika mereka sama sekali tidak peduli padaku,
ketika nama perasaanku lupa disebut,
ketika hormatku diabaikan begitu saja,
ketika kata-kata mereka menyalakan amarahku.

Saat ada dorongan untuk berteriak dan melukai,
mereka tak pernah tahu apa yang ingin kulakukan,
mereka tak tahu seberapa dalam benci ini tumbuh,
mereka tak tahu betapa jengkelnya aku pada mereka.

Nyatanya selama ini semua kupendam dalam kepala dan dada,
kukendalikan dengki dan emosi yang hendak meledak,
kutahan perbuatan jahat yang sebetulnya mampu kulancarkan,
karena aku masih punya hati nurani, hati yang mungil dan baik.

Hati itu masih memilih untuk berbuat baik, tetap kepala dingin,
dan tak lelah menaruh maaf di ambang setiap luka.
Meski ingin sekali melukai, ada yang lebih besar menahan.
Rasa cinta pada Tuhan dan kepercayaan pada nurani yang tersisa.

Setidaknya keburukan itu tidak kubalas pada mereka, walau kurasakan,
seperti tertampar pipi kanan lalu kubentangkan pipi kiri.
Semoga lapang dada ini, yang menelan semua sakit,
kelak dibalas dengan baik yang lebih besar daripada dugaanku.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team