Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Rinai Pilu

ilustrasi harapan (Unplash.com)

Tetesan curah rindu bersemayam dalam diam

Mengantarkan senja yang telah lama tergenang

Di bawah pamflet wajahmu ku terngiang

Walau hati sudah melegam

 

Sendiri rasa ini ketika namamu disebut

Asmaraloka saat itu pun mengikut

Aksa diri telah habis untuk tangis

Banjir relungku setelah jiwa terkikis

 


Ampun sudah aku, menitih sejuta harap romansa

Biar Tuhan saja yang menentu

Aku sudah hilang asa dibuatnya

Biar saja doa jadi dinding pilu

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us