Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
pixabay.com/jarmoluk

Malam tak kunjung habis
Hanya aku dan sebingkai wajahmu
Bersama gumpalan tisu yang berserak
Penuh jejak ingus dan air mata
Mengukir relief luka

Tubuh pengisi bingkai itu terus membayangiku
Tubuh tinggi yang setiap hari tak bisa lagi kurengkuh
Kini terhempas sudah di tanah tempatmu berasal
Menyisakan kenangan
Yang baru bertebaran setelah pembuatnya hilang

Pipimu bersinar meski cahaya begitu remang
Parasmu terbingkai tenang
Wajahmu seteduh cahaya kunang-kunang
Tetap indah, meski siang maupun petang

Kau, yang terlukis di dalam bingkai
Bukanlah yang terakhir kusaksikan
Namun sorot matamu menyiratkan kelegaan

Apa yang kau lihat?
Tempat menawan yang dijanjikan Tuhan?
Atau bebanmu luluh lantak,
terlepas sudah dan tak lagi kau pikul dengan berat?

Kalau kau tak keberatan,
Mampirlah sebentar saja
Ketika mataku terpejam

Untuk kurengkuh, sekali saja
Agar luka yang terlanjur menganga ini tak percuma
Aku ingin satu lagi
Kenangan bersamamu
Meski ku tahu, ini tak nyata

 

Di bawah cahaya remang, 19-1-19

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Editor’s Picks

Editorial Team