[PUISI] Ruang Batin

Kala kau menyadari hal-hal yang tak selamanya

Riuh tepuk tangan
Mengelukan sebuah nama
Berseru memenuhi sisi langit
Menghitam
Memutih
Puan itu mendongak
Menengadah
Hanya kilat

Berteriak kalap
Puan ditikam
Menyerah ia berjibaku merintih

Sesak
Retak bagai cangkir yang melanting
Kelut-melut jiwanya
Terbakar
Tersulut api
Membuncah kian waktu

Puan menampik
Berulang kali tersedak
Celaka
Ia mendekam
Tersedu-sedu
Sia-sia

Bagaimana bisa?

Tuan mengelabuinya
Tuan menorehkan luka
Tuan mencampakkannya
Tuan, lelakinya

Lihatlah,
Tuan menari-nari
Terbahak-bahak
Mengibaskan jemarinya
Menggandeng tunangannya

Puan kalut
Getir kehidupan ini
Kandas termakan bualan semata
Terlalu semu
Dungu

Ikrar suci ternoda
Suka duka berontak
Apalah daya
Puan mematung
Terseok-seok
Lekas bertolak

Puan mengaku kalah

Baca Juga: [PUISI] Surat Undangan

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Rievy Putri Photo Writer Rievy Putri

Berbagi sudut pandang dalam memaknai aksara.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya