[CERPEN] Boneka Hidup di Pinggir Kota 

Kesehariannya membawa kehangatan orang-orang di sekitarnya

Di sebuah kota kecil, terdapat seorang individu unik bernama Porcelain. Dia bukanlah orang biasa, namun, dia adalah boneka hidup. Keberadaan Porcelain awalnya merupakan misteri bagi warga kota. Namun, kini masyarakat telah menerimanya sebagai salah satu dari mereka.

Kulit porselennya, pipi merah mudanya, dan matanya yang besar dan berkilau memberikannya pesona yang luar biasa. Pesonanya sangat menarik perhatian orang-orang yang ingin tahu dan memikat para jiwa seniman di kota.

Pada pagi yang cerah dan bersinar, penduduk kota bangun dengan suara burung berkicau disertai aroma kue yang baru dipanggang menyelimuti udara. Hari ini merupakan pagi yang sempurna bagi Porcelain untuk menyambut hari-harinya.

Dia tinggal di sebuah rumah kecil yang nyaman berwarna pastel di pinggiran kota yang dikelilingi oleh taman penuh dengan bunga-bunga yang indah. Porcelain memiliki rutinitas harian yang tidak pernah berubah. Setelah berpakaian dengan pakaian vintage, dia akan membuka pintu rumahnya dan keluar. Dia akan duduk di beranda rumahnya sehingga kulit porselennya memantulkan sinar matahari yang emas.

Saat Porcelain duduk di sana, dia pun sambil mengamati dunia di sekelilingnya dengan rasa ingin tahu. Dia melihat anak-anak yang bermain petak umpet, pasangan yang berjalan berpegangan tangan, dan para penjual yang mendirikan lapak mereka. Dia melihat pria tua yang selalu menyapanya di setiap pagi, Mr. Wilkins.

Pria itu selalu mencopot topinya sambil menyapa. Di sana, juga ada seorang seniman muda bernama Abel yang tengah menggambar di seberang jalan.

Porcelain dikenal karena kebaikan dan kemurahan hatinya. Setiap pagi, dia akan memanggang adonan kue segar yang kemudian dia tawarkan kepada siapa pun yang lewat. Penduduk kota sangat menyukai camilan manisnya. Percakapan yang lebih manis pun diterima Porcelain.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

Pada hari ini, Abel, sang seniman muda, mendekati Porcelain dengan buku sketsa di tangan. "Porcelain, bolehkah saya melukismu hari ini?" dia bertanya. Matanya berkilau dengan antusiasme.

Porcelain pun setuju dengan anggukan yang lemah dan duduk diam di tempat. Abel pun mengabadikan setiap detailnya yang lembut. Berjam-jam berlalu, penduduk kota berkumpul untuk menonton sang seniman bekerja. Keberadaan Porcelain seperti magnet yang menarik orang-orang.

Tiba waktunya makan siang. Para penduduk kota membentangkan selimut piknik di taman. Porcelain pun bergabung dengan mereka. Gaun porselennya dirapikan dengan indah. Di sana, ia berbagi kisah-kisah tentang pengalamannya sendiri yang terasa seperti cerita dari dongeng.

Tawanya seperti bunyi lonceng indah yang bergema di taman. Hal tersebut membawa kebahagiaan kepada semua orang yang hadir.

Hari berlalu. Saat matahari mulai terbenam, Porcelain mengucap selamat tinggal kepada teman-temannya. Ia berjanji untuk memanggang lebih banyak kue untuk besok. Dia kembali ke rumahnya yang cantik dengan interior yang dihiasi dengan barang-barang antik.

Dia menempelkan lukisan Abel yang terlukis dirinya di dinding; sebuah tambahan berharga untuk koleksinya. Saat dia berbaring untuk beristirahat, Porcelain mengenang hari indah yang telah dia lalui. Meskipun dia terbuat dari porselen, hatinya penuh dengan cinta dan kehidupan. Di sudut kecil dunia, dia akhirnya menemukan tempat untuk berbagi kebaikan, kehangatan, dan kebahagiaan sederhana dengan orang-orang di sekitarnya.

Penduduk kota tahu bahwa setiap hari bersama Porcelain adalah hari yang penuh dengan sihir dan keajaiban, mengingatkan mereka bahwa momen-momen sederhana bisa menjadi yang paling luar biasa. Ia pun tidak sabar untuk menyambut hari esok dengan suka cita.

Baca Juga: [CERPEN] Ia dan Ingatannya tentang Suatu Sore

Porcelain Photo Verified Writer Porcelain

꒰ঌ ig: nndf_prcl ໒꒱

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Kidung Swara Mardika

Berita Terkini Lainnya