[NOVEL] Bad Boy Hijrah-BAB 1

Penulis: Achi TM

Mengenang Mantan

 

Ada yang memilih untuk membuang kenangan dengan mantan

Tapi aku memilih menyimpannya.

Ada yang memilih mencintai lelaki yang lain

Tapi aku memilih tetap menunggumu.

Siapa tahu kamu cuma kepeleset lidah saat bilang... putus.

Iya, kan? Iya, kan?

-Suci Andriani-

 

Kopi 'Mengenang Mantan' yang ia pesan sejak satu jam lalu sudah tandas. Mocca kental yang dinginnya menemani terik siang ini. Suci duduk di luar cafe. Sepanjang jalan itu berdiri cafe-cafe dengan banyak kursi di trotoar depannya. Anak-anak muda banyak memilih duduk di dalam cafe, menikmati udara pendingin ketimbang menerima sengatan matahari seperti Suci. Gadis itu tidak sedang kerasukan apa pun saat memilih berpanas-panas ria di jam 12 siang.

Dia menunggu mantannya datang. Namanya Hijrah.

Harusnya ini hari jadian mereka yang ke-3 kalau saja Hijrah tidak memutuskannya 6 bulan yang lalu. Malam itu, di cafe ini, Hijrah memanggil Suci. Mereka duduk menikmati Latte berdua, diam saja tanpa banyak bicara. Suci pikir pacarnya sedang sakit gigi seperti biasa, tapi setelah kopi tandas. Hijrah berdiri dan membungkuk ala orang-orang Jepang.

"Aku minta maaf atas semua kesalahanku. Kita sekarang putus, ya."

Suci tidak menyemburkan minumannya seperti adegan di sinetron, dia malah terbahak-bahak. Setelah selesai tertawa, ia melihat wajah Hijrah. Berharap menemukan muka tengil cowok kesayangannya di sana, tapi ekspresi lelaki itu datar saja.

"Kamu lagi nge-prank aku?" Suci celingukan, "Hello kamera... where are you?"

"Ngga ada kamera karena ngga ngeprank." Jawab Hijrah datar. Dia langsung mengambil ransel dan jaket kulitnya. "Aku pamit, ya."

"Emang mau kemana, sih?" Suci spontan berdiri dan menggamit lengan pacarnya itu yang telah menjadi mantan pacarnya dalam hitungan detik.

"Mau ninggalin kamu."

Jawaban Hijrah membuat Suci tersadar kalau cowok di hadapannya ngga sedang bercanda. Suci memindai wajah tampan Hijrah. Mata cokelat tuanya penuh keseriusan memandang Suci, anting di telinganya bergerak karena rahang kokoh Hijrah berkedut. Lelaki itu masih memakai celana jeans belel bolong di lutut, memakai kaos bertuliskan BTS hadiah darinya. Suci membatin, tak ada yang berubah dari penampilan Hijrah tapi kenapa dia seperti dirasuki sesuatu?

"Aku lagi ngga bercanda, J." seperti itulah Suci memanggil Hijrah.

Hijrah tidak menanggapi lagi. Dengan dingin dia pergi, meninggalkan punggungnya untuk Suci kenang. Suci mau mengejar tapi hujan mendadak turun dengan deras. Ia berharap Hijrah balik badan dan memilih berteduh, nyatanya lelaki itu hilang bersamaan dengan suara petir yang terus menyambar.

Keesokan harinya, Hijrah dikabarkan pindah sekolah. Suci syok. Mereka baru saja naik ke kelas sebelas dan Hijrah sudah bikin heboh. Suci mencari Hijrah ke rumahnya, tidak ada. Ibunya bilang Hijrah mau ngekos dekat sekolah barunya. Ibunya sendiri tidak tahu Hijrah pindah sekolah ke mana. Sungguh, kadang Suci heran kenapa Hijrah bisa lahir dari Ibu secuek itu? Suci lalu mencari Hijrah ke seluruh rumah teman-temannya juga tidak ada. Lelaki itu seperti pergi begitu saja. Lenyap!

"Errrgh..." Suci bergidik sendiri mengingat hal itu.

6 Bulan mencari sungguh membuatnya stress. Ini harapan terakhirnya, duduk sejak pagi di Cafe Mengenang Mantan. Dulu dia dan Hijrah menertawakan nama Cafe ini. Ngga menjual dan norak menurutnya. Tapi ternyata di cafe inilah Suci harus mengenang Hijrah. Suci haqqul yaqin sekali, kalau mantannya itu pasti akan datang ke sini di hari mereka jadian. Dia duduk sejak pukul 7 pagi, bahkan cafenya belum buka sama sekali. Suci tidak akan menyerah.

Sampai detik ini. Saat ini.

"Hai..."

Suara itu!

Suci mendongak, ia nyaris memekik. Tangisnya sudah duluan meledak. Hijrah! Itu Hijrah ada di depan matanya.

"J!"

"Pssst...." Hijrah menempelkan telunjuk di bibirnya, "Jangan ribut."

"J!" Suci berdiri dan melompat memeluk Hijrah tapi dengan cepat lelaki itu menghindar. Suci memeluk udara, hampa dan panas rasanya. "Kenapa?"

"Karena kita udah ngga jadian," jawab Hijrah ringan.

"Terus kamu ngapain ke sini?" Suci mulai emosi, air matanya melebar ke pipi.

"Aku ke sini untuk 'Mengenang Mantan.'"

Hati Suci menghangat, "mengenang aku, kan?" ia merasa ada harapan.

"Bukan. Latte di sini paling enak. Kebetulan aku lewat terus ketemu kamu, deh."

"Arrrghh..." rasanya Suci mau menjambak rambut panjang lurusnya yang rapih itu. "Terus kenapa negor aku? Kenapa ramah?"

"Jadi maunya musuhan?" Hijrah tertawa ringan. Mengabaikan tangis Suci yang dramatis.

Lanjutkan membaca artikel di bawah

Editor’s picks

"Ya ngga... maksudku," Ya Tuhan... Suci kehilangan kata-kata. "Enam bulan kamu ngilang, HP, medsos semua kamu stop. Kamu kemana? Kenapa? Hikmah adik kamu dan ibu kamu juga dieeeem aja kalau aku ke rumah kamu. Kamu tahu ngga aku kayak orang gila ngarepin kamu datang. Setiap malam aku doain kamu supaya kamu kembali ke aku."

"Doain aku masuk surga, dong."

"Hijrah yang ngga punya nama panjang! I am talking about us!"

"Pssst... jangan ribut. Aku mau ngantre dulu."

Suci menghadang jalan Hijrah yang mau masuk ke dalam cafe. Matanya memerah, meski begitu ia tetap terlihat cantik di mata Hijrah. Pandangan mereka berdua beradu cukup lama. Hijrah istigfar lalu menunduk.

"Kasih tahu aku apa yang bikin kamu mutusin aku tiba-tiba dan menghilang seolah ditelan bumi?" suara Suci terdengar menggeram. "Kasih tahu aku atau ... atau...." Suci terengah-engah.

"Atau apa?" Hijrah kembali mengangkat wajahnya, ia mengendalikan hati.

Rasanya sulit sekali marah terhadap lelaki di hadapannya. Suci tahu, Hijrah memang selalu begitu. Pandai mengatur emosi dan intonasi. Entah apa yang lelaki itu pikirkan saat ini. Perlahan-lahan Suci menyadari, ada yang berubah dari mantannya.

Hijrah memakai baju koko sepinggang dengan celana sirwal cokelat muda dengan model kekinian, sepatu kanvas hitam dan... anting di telinganya menghilang. Menyisakan sedikit lubang di daun kupingnya. Lubang yang sama juga hadir di hati Suci. Dengan santai Hijrah melewati Suci, membuka pintu cafe dan mulai pergi ke kasir untuk memesan Latte. Suci tak mau kehilangan momen, dia membuntutinya. Dia akan cecar dengan segala pertanyaan dan Hijrah harus menjawab itu sekarang.

"Katakan alasan kamu mutusin aku. Aku akan terima kalau alasannya logis." Suci berdiri di sebelah Hijrah, mereka sudah ada di counter, menunggu pesanan datang.

Hijrah diam saja. Suci menarik-narik baju koko Hijrah.

"Jawab... J! Jawab."

Lelaki di sebelahnya menghela napas panjang. Ia menoleh pada Suci tapi tak berkata apa pun. Suci makin terus merepet, beberapa pengunjung merasa terganggu dengan suara Suci yang terus meninggi dan menuntut. Pelayan memberikan Latte pesanan Hijrah, Suci merebutnya dan menahan latte itu.

"Jawab dulu!"

Hijrah mulai jengah. "Oke. Alasannya simpel, karena aku hijrah."

"Konyol! Iya nama kamu Hijrah! Emang apa hubungannya nama Hijrah sama mutusin aku?" Suci nyaris berteriak.

"Bukan karena namaku... tapi karena aku hijrah. Hijrah... berubah berusaha menjadi muslim yang lebih baik. Paham maksudku?"

"Maksudnya jadi cowok-cowok sholeh anti pacaran-pacaran club itu?"

"Exactly."

"Konyol!" Sekarang Suci berteriak nyaring. "Sok alim! Sok sholeh! Ngga pantes!"

"Harusnya tadi aku ngga negor kamu, ya." Hijrah merebut Latte miliknya. "Aku permisi dulu. Assalamualaikum."

"Tadi dateng bilang HAI... pulang ngucap salam! Ketauan kamu sholeh karbitan!" Suci mulai kesal sendiri. Hijrah keluar dari cafe. Suci terus mengejar.

"Terus apa arti kita pacaran 2 tahun 8 bulan, hah? Hilang gitu aja? Cuma gara-gara pengen jadi sholeh? Kita kan bisa mengubah gaya pacaran kita atau sebelum pacaran kita ngucap bismillah?" Suci mengikuti jejak langkah Hijrah yang berjalan ke arah parkiran.

"Ngga lucu, Ci... masa berbuat dosa pakai bismillah." Hijrah meletakkan plastik berisi latte di cantelan motor kemudian mengambil helmnya. "Aku pikir kamu udah lupain aku, makanya tadi aku sapa. Ternyata kamu jadi berubah histeris begini, sih?"

"Ya elo pikir siapa yang bikin gue histeris?"

"Aku minta maaf kalau merepotkan kamu. Aku cuma ngga mau ngerusak kamu."

"Aku baik-baik aja, J. Tapi hatiku yang rusak." Tangis Suci kembali meledak.

Kali ini Hijrah tidak bisa mengabaikannya lagi. Air mata perempuan selalu melemahkan laki-laki. Hati Hijrah luluh, ia ingin mengelus rambut Suci yang dulu sering ada di dadanya. Apakah harus ia lakukan itu kembali setelah hampir 6 bulan menempa hati dan pikirannya untuk melupakan Suci? Apakah sebuah pertemuan bisa meruntuhkan iman yang sedang dia tata sedemikian rupa?

Sial! Seharusnya gue ngga lewat sini! Batin Hijrah bergemuruh.

"Jawab aku J! Kenapa kamu hijrah? Kenapa? Apa alasannya?"

***

Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

www.storial.co
Facebook : Storial
Instagram : storialco
Twitter : StorialCo
Youtube : Storial co

Baca Juga: [NOVEL] Aksioma - BAB 4

Storial Co Photo Verified Writer Storial Co

#CeritainAja - Situs berbagi cerita | Baca ribuan cerita seru dan tuliskan ceritamu sendiri di Storial!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Arifina Budi A.

Berita Terkini Lainnya