5 Olahan Ikan Fermentasi dari Berbagai Negara, Berani Coba?

Fermentasi adalah sebuah proses perubahan kimia yang melibatkan mikroorganisme untuk mengubah karbohidrat menjadi alkohol dan asam amino. Dalam dunia kuliner, fermentasi lebih dikenal sebagai teknik pengolahan makanan dan minuman dengan menggunakan mikroorganisme, seperti ragi atau bakteri. Selain berfungsi mengawetkan, proses fermentasi pada makanan juga berfungsi untuk memecah nutrisi sehingga makanan menjadi lebih mudah untuk dicerna.
Sama halnya seperti buah-buahan, sayuran, dan susu, kamu juga dapat melakukan fermentasi pada ikan, lho. Bagi beberapa orang, hal ini mungkin terdengar aneh. Namun, di beberapa negara, termasuk Indonesia, olahan fermentasi ikan sudah dianggap sebagai suatu kelezatan tersendiri. Dari bekasam hingga funazushi, inilah lima olahan fermentasi ikan dari berbagai negara.
1. Bekasam (Indonesia)
Bekasam adalah sebuah olahan ikan fermentasi khas Indonesia dari daerah Sumatera dan Kalimantan. Dinamakan bekasam karena olahan satu ini melewati proses pengasaman atau pengasinan. Jenis ikan yang umumnya diolah untuk menjadi bekasam adalah ikan air tawar, seperti ikan mujair, ikan lele, ikan nila, dan masih banyak lagi.
Konon, awal mula terciptanya bekasam adalah karena pada zaman dahulu kala para nelayan tak mampu menjual habis ikan tangkapan mereka akibat transportasi yang terbatas. Akibatnya, banyak ikan yang membusuk dan terbuang. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibuatlah bekasam. Adapun fungsi garam dalam bekasam adalah untuk mempercepat proses fermentasi.
Untuk menikmati bekasam, cukup tumis ikan yang sudah difermentasi dengan bumbu-bumbu sesuai selera. Lalu, supaya lebih nikmat, kamu dapat menikmatinya dengan sepiring nasi hangat.
2. Sikhae (Korea)

Di Korea, metode fermentasi untuk mengawetkan makanan sudah menjadi hal yang sangat umum. Salah satu contoh olahannya adalah sikhae. Olahan fermentasi ikan khas Korea Utara dan kawasan timur Korea Selatan yang umumnya menggunakan ikan flounder atau ikan layur sebagai bahan utamanya.
Untuk membuat sikhae, ikan terlebih dahulu dibersihkan, dipotong-potong, lalu didiamkan dengan baluran garam selama kurang lebih empat jam. Hal yang sama juga berlaku untuk lobak yang telah diiris. Setelahnya, barulah potongan ikan akan dicampurkan dengan irisan lobak untuk kemudian dibumbui dan dicampurkan dengan jawawut yang telah dimasak untuk memulai proses fermentasi.
Adapun bumbu-bumbu yang digunakan dalam proses fermentasi adalah bubuk cabai, bawang putih, gula, jahe, kecap ikan, dan penyedap rasa.
3. Surstromming (Swedia)

Surströmming adalah makanan khas Swedia yang terbuat dari ikan herring yang difermentasi dan dikemas dalam kaleng. Olahan ini sudah ada sejak abad ke-16. Di Swedia, surströmming menjadi keistimewaan tersendiri yang umumnya dinikmati dalam festival-festival musim panas, bersama dengan sepotong flatbread atau tunnbrod.
Untuk membuat surströmming, dibutuhkan waktu sekurang-kurangnya enam bulan untuk menyelesaikan proses fermentasi. Selama proses fermentasi tersebut, ikan herring akan diasinkan dan diletakkan dalam penyimpanan terbuka dengan suhu 15-20° C.
Surströmming memiliki aroma yang sangat menusuk, sehingga kemungkinan akan membuat orang yang baru pertama kali mencobanya sulit untuk menemukan letak kenikmatannya.
4. Rakfisk (Norwegia)

Masih dari Eropa, hidangan keempat ini adalah rakfisk. Makanan khas Norwegia berupa ikan trout yang diasinkan dan difermentasi. Sama seperti surströmming, proses fermentasi rakfisk juga memakan waktu berbulan-bulan, bahkan dapat memakan waktu hingga setahun. Dari segi aroma, makanan satu ini memiliki aroma yang menusuk.
Di Norwegia, rakfisk biasanya menjadi sajian yang dikonsumsi selama perayaan Natal. Rakfisk dapat dinikmati langsung tanpa harus dimasak terlebih dahulu. Supaya lebih nikmat, rakfisk umumnya disantap bersama makanan pelengkap lain, seperti flatbread, sour cream, mustard, atau bawang mentah yang dicincang.
5. Funazushi (Jepang)

Funazushi adalah olahan ikan fermentasi yang termasuk dalam kategori narezushi atau sushi tertua di Jepang. Funazushi menjadi hidangan tradisional khas Perfektur Shiga. Berbeda dengan sushi modern yang biasanya kamu nikmati, funazushi memiliki aroma yang menusuk. Ikan mas umumnya digunakan sebagai bahan utama untuk olahan ini.
Selain itu, dibutuhkan proses yang sangat lama untuk membuat funazushi hingga menjadi sebuah hidangan yang siap disantap. Proses pengasinannya sendiri bisa memakan waktu hingga satu tahun. Lalu, dilanjutkan dengan proses fermentasi yang dapat memakan waktu selama empat tahun.
Melihat tampilan kelima makanan di atas, kamu mungkin akan berpikir dua kali untuk mencobanya. Namun, terlepas dari rasanya, mencicipi kelima makanan di atas tentu akan menjadi pengalaman unik tersendiri bagi kamu. Untuk mengathui apakah kelima-limanya layak untuk dicoba atau tidak, you judge.