Akulturasi Kuliner Indonesia dan Eropa, Ini 5 Fakta Menariknya  

Peran penting jongos di zaman penjajahan

Kamu tahu kan kalau Indonesia terkenal dengan kulinernya yang beragam? Namun, tidak semua kuliner tersebut asli buatan orang Indonesia lho. Banyak makanan khas Indonesia yang ternyata hasil akulturasi dari Eropa, tepatnya bangsa Belanda.

Penamaannya pun sering kali diambil dari bahasa Belanda. Salah satu contoh yang sering didengar adalah kue nastar. Faktanya, nama kuliner khas lebaran ini diambil dari bahasa Belanda, yakni ananas dan tart yang berarti tart nanas.

Selain itu, banyak lagi fakta menarik yang kamu harus tahu di balik akulturasi kuliner di Indonesia. Berikut faktanya.

1. Kuliner Eropa pertama kali dibawa Belanda saat menjajah Indonesia

Akulturasi Kuliner Indonesia dan Eropa, Ini 5 Fakta Menariknya  pexels.com/Pixabay

Kamu pernah mencoba bistik? Makanan mirip steak ini merupakan kuliner khas Jawa. Namun, makanan ini ternyata hasil akulturasi Eropa.

Kuliner bernuansa Eropa ini mulai muncul semenjak masa penjajahan Belanda. Para penjajah meninggalkan banyak resep makanan Eropa setelah masa kolonial usai. Resep itu pun mulai menyebar dan berkembang di Indonesia sampai sekarang.

2. Peran wanita pribumi yang dinikahi oleh bangsawan Belanda

Akulturasi Kuliner Indonesia dan Eropa, Ini 5 Fakta Menariknya  pexels.com/Andrea Piacquadio

Dari musuh malah jadi suami, inilah kesan yang dirasakan wanita Indonesia yang dinikahi pria Belanda. Di samping itu, mereka memiliki peran penting dalam proses akulturasi kuliner di Indonesia.

Proses ini dimulai dari penyebaran resep masakan Eropa oleh para wanita ini. Pasalnya, mereka mengetahui berbagai resep masakan Eropa yang biasa dihidangkan untuk suaminya. Sehingga, lambat laun para pribumi lain mengetahui resep tersebut dan menirunya.

Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Kuliner Tradisional Indonesia Wajib Dilestarikan

3. Peran jongos di dapur rumah para bangsawan

Akulturasi Kuliner Indonesia dan Eropa, Ini 5 Fakta Menariknya  pexels.com/Andrea Piacquadio

Selain itu, jongos atau pembantu rumah tangga pun punya andil besar dalam akulturasi kuliner di Indonesia.

Pada zaman penjajahan, banyak pribumi yang menjadi jongos di kediaman para bangsawan Belanda. Mereka bertugas membersihkan rumah hingga menyiapkan makanan untuk majikannya. Tentunya, mereka mengenal betul masakan Eropa yang biasa dihidangkan di meja makan. Karena mereka, banyak resep masakan Eropa yang mulai dikenal masyarakat Indonesia saat itu.

Hingga kini, banyak kuliner khas Indonesia yang diadaptasi dari masakan Eropa.

4. Resep masakan Eropa diubah agar sesuai lidah orang Indonesia

Akulturasi Kuliner Indonesia dan Eropa, Ini 5 Fakta Menariknya  unileverfoodsolutions.co.id

Pada masa penjajahan, tidak semua makanan Eropa bisa dinikmati oleh pribumi. Karena itu, mereka harus memodifikasi lagi masakan tersebut. Beberapa bahan diganti dengan bahan lainnya agar sesuai dengan selera dan budaya orang Indonesia saat itu.

Contohnya perkedel yang sebenarnya dibuat dari daging babi dan sapi. Karena orang Indonesia tidak mengonsumsi daging babi, mereka menggantinya dengan kentang.

5. Konsep rijsttafel dalam penyajian makanan pada zaman kolonial

Akulturasi Kuliner Indonesia dan Eropa, Ini 5 Fakta Menariknya  eatologi.com

Pernah liat cara penyajian makanan di restoran Padang? Konsep penyajian itu sama dengan budaya Rijsttafel yang tercipta pada zaman kolonial di mana nasi dan aneka lauk pauk disajikan secara bersamaan di atas meja.

Awalnya, Rijsttafel diciptakan untuk menjamu dan memperkenalkan kuliner Nusantara kepada tamu bangsawan. Hingga kini, konsep penyajian ini dikenal sebagai akulturasi Indonesia dan Belanda.

Itulah 5 fakta menarik tentang akulturasi kuliner Indonesia dan Eropa. Semoga informasi ini bisa menambah wawasanmu seputar kuliner, ya!

Baca Juga: 5 Kuliner Mancanegara Ini Enak Dijadikan Lauk Liwetan Bareng Keluarga

Audi Marchal Photo Writer Audi Marchal

Seorang pengikut Kultur Pop. Menulis segala hal tentang itu dan penonton film kelas kakap. Dulu, pernah jadi rock star di luar pulau Jawa.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

yummy-banner

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya