Mengapa Tokoh Drakor Selalu Makan Ramyeon Tengah Malam?

Makanan drakor memang punya daya tarik tersendiri. Dari berbagai hidangan lezat yang tampil di layar, ramyeon menjadi salah satu yang paling sering muncul, terutama pada adegan malam hari. Bukan cuma sebagai pengisi waktu, ramyeon dalam drama Korea sering muncul dalam momen yang sangat spesifik yakni larut malam, dapur sepi, satu orang duduk sendirian.
Karakter dalam KDrama bisa saja memilih makanan lain, tapi ramyeon yang dipilih dan ini memberikan penafsiran lain. Berikut lima alasan mengapa makan ramyeon tengah malam begitu dominan dalam banyak adegan drakor.
1. Tokoh di drakor menyantap ramyeon karena praktis dan cepat dihidangkan

Ramyeon dikenal sebagai makanan yang sangat praktis dan cepat dimasak, hanya butuh air mendidih dan waktu kurang dari lima menit. Visualisasi ini cocok dengan situasi yang sering digambarkan di drakor yakni tokoh yang baru pulang kerja, belum makan malam, dan ingin sesuatu yang cepat tapi tetap mengenyangkan. Tidak perlu bahan tambahan rumit satu bungkus ramyeon sudah cukup memberikan cita rasa yang memuaskan.
Karakter dalam drakor seringkali digambarkan tidak punya waktu atau energi untuk masak menu lengkap ala Korea, apalagi di malam hari. Di sinilah ramyeon jadi penyelamat, karena selain mudah dibuat, aromanya juga kuat dan menggugah selera. Adegan memasaknya pun dibuat sedetail mungkin, mulai dari air mendidih, bumbu dimasukkan, hingga mi yang perlahan melunak. Semuanya membentuk narasi kuliner ala Korea yang membumi.
2. Sutradara memanfaatkan tekstur ramyeon untuk menambah daya tarik visual

Salah satu alasan ramyeon sering muncul dalam adegan makanan drakor adalah karena tekstur dan tampilannya sangat menarik di layar. Mi yang kenyal, kuah merah yang kaya, serta topping sederhana seperti telur atau daun bawang memberikan kontras warna yang kuat. Saat kamera menyorot secara close up, visual ini menjadi elemen estetika yang tidak bisa diabaikan.
Banyak adegan makan malam dalam drakor terasa hidup karena penonton seolah bisa ikut mencium aroma dan mendengar bunyi kuah yang menyeruap. Ramyeon menjadi pilihan utama karena tampilannya selalu fotogenik baik di mangkuk keramik maupun panci langsung. Ini membuatnya cocok untuk membangun atmosfer makan malam yang hangat dan intim, sekaligus menyampaikan pesan bahwa makanan sederhana pun bisa tampil menggoda.
3. Ramyeon sering dipadukan dengan bahan tambahan untuk variasi rasa

Meski ramyeon hanya berupa mi dan bumbu instan, tokoh dalam drakor sering menambahkan bahan pelengkap seperti telur, kimchi, sosis, keju, atau bahkan seafood. Tambahan ini mencerminkan kebiasaan masyarakat Korea yang gemar memodifikasi makanan sesuai selera pribadi. Setiap topping bukan hanya memperkaya rasa, tapi juga menunjukkan karakter dan kebiasaan tokohnya.
Kamu bisa lihat bahwa karakter yang cuek mungkin hanya merebus ramyeon begitu saja, sedangkan tokoh yang telaten atau jago masak akan menambahkan telur setengah matang dan irisan daun bawang dengan presisi. Kebiasaan ini juga memberi ide pada penonton bahwa ramyeon bisa disulap jadi makanan yang lebih istimewa, bukan sekadar mi instan biasa.
4. Ramyeon dipilih karena statusnya sebagai makanan populer Korea

Di Korea, ramyeon bukan hanya makanan darurat. Ramyeon bagian dari budaya populer yang disukai semua lapisan masyarakat, dari mahasiswa hingga pekerja kantoran. Karena itu, tidak aneh jika makanan drakor seringkali menyajikan ramyeon sebagai menu yang dekat dengan keseharian. Keberadaannya di rak dapur adalah hal yang wajar dan kemunculannya di malam hari terasa autentik.
Popularitas ramyeon juga menjadikannya semacam identitas kuliner nasional. Dalam drama, ramyeo menjadi jembatan budaya yang mudah dipahami penonton dari negara mana pun. Momen memasak ramyeon tidak memerlukan terjemahan atau penjelasan panjang cukup satu pandangan, dan semua orang tahu bahwa ini makanan yang bisa menghibur saat lapar menyerang di jam-jam genting.
5. Suasana malam hari memperkuat daya pikat makanan hangat

Kombinasi antara dinginnya malam dan hangatnya uap dari semangkuk ramyeon menciptakan pengalaman kuliner yang sangat khas. Drakor memahami betul kekuatan atmosfer ini. Saat tokoh duduk diam, menikmati satu suapan mi hangat di tengah sunyi malam, penonton ikut merasa bahwa makanan itu lebih dari sekadar konsumsi tapi juga pelipur lara.
Tak hanya berhenti di situ, kamera akan menyorot kepulan uap, tekstur mi, dan kuah yang tampak pedas untuk menciptakan sensasi yang memanjakan mata. Penonton tahu, momen itu menenangkan bukan hanya karena ceritanya, tetapi karena makanan yang disajikan benar-benar terlihat nikmat. Ini adalah kekuatan makanan drakor yang bisa menjangkau emosi melalui cita rasa yang divisualkan.
Ramyeon bukan hanya ikon makanan Korea, tapi juga elemen penting dalam narasi visual drama. Melalui makanan yang ada drakor, penonton disuguhi pengalaman makan yang terasa nyata yakni hangat, cepat, dan mengenyangkan. Penyajiannya yang detail membuat siapa pun yang melihat bisa tergoda untuk menyeduh mi tengah malam, persis seperti yang dilakukan tokoh-tokoh favorit di layar.