Kenapa Kue Jahe Dikaitkan dengan Natal? Begini Faktanya!

- Kue jahe memiliki sejarah yang rumit, berasal dari Eropa abad ke-11 dan dibawa oleh Tentara Salib atau biarawan Armenia.
- Ratu Elizabeth I menjadi orang pertama yang menyajikan kue berbentuk manusia jahe di Inggris, memulai tradisi hias kue jahe.
- Setiap negara di Eropa punya kue jahe versinya sendiri, seperti gingerbread cookies di Inggris dan lebkucken di Jerman.
Jika merayakan Natal, kamu pasti gak asing lagi dengan kue jahe atau gingerbread cookies. Jangan-jangan, justru kue jahe ini jadi kue kering favorit kamu, ya? Kue jahe memang identik banget dengan perayaan Natal. Rasanya, ada saja yang kurang kalau kue jahe gak ada di meja makan saat Natal tiba.
Awalnya, tradisi menghidangkan kue jahe saat Natal berasal dari Eropa. Lambat-laun, tradisi ini menyebar ke berbagai negara di dunia dan akhirnya bertahan sampai sekarang. Pertanyaannya, kenapa kue jahe identik dikaitkan dengan Natal, ya? Ternyata begini faktanya!
1. Kue jahe memiliki sejarah yang rumit

Terlepas dari rasa dan bentuknya, sekilas kue jahe terlihat sama seperti kue kering pada umumnya. Namun, siapa sangka jika kue kering satu ini punya sejarah yang cukup rumit dan panjang.
Kue jahe sudah ada di Eropa sejak lama, tetapi siapa orang pertama yang membuatnya masih menjadi perdebatan. Dilansir The Spruce Eats, beberapa menyebutkan kalau kue jahe muncul pertama kali di abad ke-11, di mana para Tentara Salib memperkenalkan jahe yang mereka dapatkan di Timur Tengah kepada juru masak bangsawan.Mereka kemudian bereksperimen dan akhirnya terciptalah kue jahe.
Sejarah lain menyebutkan jika kue jahe dibawa ke Eropa oleh seorang biarawan Armenia bernama Gregorius. Pada 992, biarawan tersebut pindah ke Bondaroy di Prancis dan mengajarkan orang-orang Kristen di sana cara membuat kue jahe. Kue ini kemudian menyebar ke Jerman, dan akhirnya sampai ke Swedia melalui para imigran di abad ke-13. Menariknya, pada abad ke-15, biarawati Swedia memanggang kue jahe bukan untuk perayaan Natal, melainkan mengatasi masalah pencernaan.
2. Ratu Elizabeth I menjadi orang pertama yang menyajikan kue berbentuk manusia jahe

Inggris memang bukan negara pertama yang memanggang kue jahe, tetapi mereka yang pertama kali menyajikannya dalam bentuk orang-orangan seperti yang kita kenal sekarang. Dilansir Kathleen Lange Cakes, semua bermula dari istana Ratu Elizabeth I di Inggris. Konon, sang ratu menjadi orang pertama yang menyajikan kue berbentuk manusia jahe pada tamu dan pejabat yang berkunjung ke istananya.
Gak hanya menyajikannya kepada tamu, Ratu Elizabeth I bahkan berbaik hari menghias setiap kue itu menyerupai wajah tamunya, dan menghadiahkan kue-kue itu kepada mereka. Lambat-laun, kue berbentuk manusia jahe ini menyebar hingga ke luar tembok istana. Hari ini, kita bukan hanya menemukan kue jahe berbentuk manusia, tetapi juga pohon Natal, bahkan rumah-rumahan.
3. Setiap negara di Eropa punya kue jahe versinya sendiri

Mengingat sejarahnya yang lumayan menarik, gak heran kalau akhirnya setiap negara di Eropa memiliki kue jahe versi mereka sendiri. Dilansir Yummy Bazzar, di Inggris, kue kering ini dikenal dengan nama gingerbread cookies. Sedangkan di Jerman, orang-orang mengenalnya dengan nama lebkucken.
Konon, resep lebkucken merupakan resep kue jahe tertua di antara resep lainnya. Lebkucken memiliki tekstur keras dengan rasa madu serta rempah-rempah, dan bisa ditemukan di berbagai Christmas market yang buka menjelang Natal.
Lain Jerman, lain lagi kue jahe di Swedia. Di negara ini, papperkakor adalah nama yang umum digunakan untuk menyebut kue jahe. Papperkakor teksturnya renyah, rapuh, dan tipis. Biasanya, papperkakor disajikan selama bulan Desember.
Terakhir, ada pernik yang merupakan kue jahe khas Ceko. Pernik ini mirip banget sama gingerbread cookies versi Inggris, bedanya mereka membentuk adonannya dengan cetakan bintang, hewan, dan rumah jahe.
4. Kenapa kue jahe dikaitkan dengan Natal?

Berbeda dengan kue kering lain yang punya rasa manis dominan, setiap gigitan kue jahe memberikan sensasi sedikit rasa pedas di mulut. Sebab, kue jahe menggunakan berbagai rempah seperti kayu manis bubuk, jahe bubuk, nutmeg, bahkan kapulaga.
Namun, siapa sangka jika rempah-rempah inilah yang kemudian jadi alasan kenapa kue jahe diidentikkan dengan perayaan Natal. Dilansir English Heritage, di masa lalu, rempah-rempah memiliki harga yang sangat mahal di Eropa sana. Saking mahalnya, rempah sampai dijadikan alat untuk menunjukkan kelas sosial. Alih-alih menyajikan rempah mentah, mereka membuat hidangan dengan rasa rempah yang kuat seperti kue jahe sebagai cara untuk pamer.
Di sisi lain, harga rempah yang mahal juga membuat orang Eropa hanya menggunakannya saat momen tertentu aja, termasuk saat perayaan Natal. Momennya semakin pas karena Natal terjadi saat musim dingin di mana suhu jatuh hingga ke titik minus. Di suhu sedingin itu, mengonsumsi makanan dengan cita rasa yang kuat menjadi cara terbaik untuk menghangatkan tubuh.
Bagi kita, kue jahe mungkin gak ada bedanya dengan kue kering lain yang disajikan saat perayaan Natal. Namun di masa lalu, kue jahe jelas memiliki "kasta" yang berbeda dibandingkan dengan kue lainnya. Saat ini, harga rempah-rempah memang jauh lebih terjangkau, tetapi tradisi membuat dan menyajikan kue jahe saat momen Natal gak pernah benar-benar hilang. Sebaliknya, tradisi ini justru menyebar hingga ke negara di luar Eropa, termasuk Indonesia.


















