Thailand Siap Jadi Tuan Rumah Fi Asia & Vitafoods Asia 2025

Menjadi tuan rumah Fi Asia dan Vitafoods Asia 2025, Thailand siap menjadi pusat perhatian dunia. Ajang pameran internasional bergengsi ini menggabungkan dua kekuatan industri besar, makanan, dan kesehatan.
Selain akan mempertemukan lebih dari 1.000 exhibitor dan 30.000 pengunjung dari 80 negara, acara ini juga mempertegas komitmen Thailand dalam mengembangkan industri makanan masa depan. Fi Asia Thailand 2025 dan Vitafoods Asia 2025 akan digelar pada 17–19 September 2025 di Queen Sirikit National Convention Center (QSNCC), Bangkok, Thailand.
Thailand Convention and Exhibition Bureau (TCEB) dan Informa Markets pun mendukung penuh pameran tersebut. TCEB memfasilitasi koneksi pemangku kepentingan, pelaku industri, serta inovator dalam bidang inovasi pangan dan kesehatan.
TCEB juga tampil sebagai kolaborator yang terus memberdayakan ekosistem MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions--Pertemuan, Insentif, Konferensi, dan Pameran) dalam skala internasional.
Dengan latar belakang industri ekspor makanan yang kuat dan fokus besar pada inovasi pangan masa depan, Fi Asia dan Vitafoods Asia 2025 akan menjadi panggung penting untuk membentuk arah baru dunia makanan dan kesehatan global. Fi Asia dan Vitafoods Asia 2025 bukan sekadar pameran, melainkan wadah strategis untuk berbagi wawasan dan memperluas jaringan bisnis. Thailand bukan hanya menjadi tuan rumah, tetapi juga pemain utama dalam transformasi ini.
"Harga ikut pameran ini memang mahal, tapi return yang akan kita dapatkan jauh lebih besar dari harga yang sudah kita bayarkan," ujar Regional Portfolio Director – ASEAN, Informa Markets, Ms. Rungphech Chitanuwat, di Hotel Marriot Chiang Mai, Thailand, 23 April 2025. Dia melanjutkan, koneksi internasional yang didapatkan selama pameran akan menjadi babak baru dalam masa depan industri pangan dan kesehatan.
Thailand sebagai pemain utama dalam industri ekspor makanan

Sebagai salah satu eksportir makanan terbesar di Asia, Thailand mencatat nilai ekspor tinggi untuk produk makanan pokok. Di antaranya seperti ayam olahan, buah-buahan, beras, tapioka, makanan laut, hingga makanan hewan.
Selain berfokus pada pangan konvensional, Thailand juga mulai memperluas cakupan ekspornya ke inovasi pangan masa depan. Sektor ini menyumbang sekitar 9 persen dari total ekspor makanan nasional pada awal 2025.
Inovasi pangan masa depan mencakup beberapa produk, seperti:
- makanan berbasis tanaman (plant-based),
- makanan fungsional,
- produk dengan label jejak karbon (carbon footprint label), dan
- makanan sehat yang mendukung gaya hidup berkelanjutan.
Pemerintah Thailand dan pelaku industri pun aktif mempromosikan produk-produk ini melalui berbagai kegiatan, termasuk inisiatif TFA (Thailand Future Food Activities), serta sistem pelabelan berorientasi lingkungan dan kesehatan.
Satu destinasi, dua kekuatan besar industri

Fi Asia dan Vitafoods Asia 2025 menghadirkan sinergi antara inovasi pangan, nutrisi, dan suplemen kesehatan dalam satu kunjungan. Pengunjung dapat mengikuti seminar, tur inovasi, zona interaktif, hingga kompetisi startup yang mendorong inovasi dari generasi muda.
Topik utama yang akan dibahas dalam konferensi, antara lain:
- tren konsumen makanan sehat,
- terobosan ilmiah di bidang nutrisi,
- peraturan baru di kawasan ASEAN,
- peluang bisnis di pasar Asia Tenggara, dan
- inovasi berkelanjutan dan teknologi pangan
Peran akademisi dan insitusi pendidikan

Di tengah perubahan iklim hingga kebutuhan konsumen akan produk sehat dan berkelanjutan, peran akademisi menjadi salah satu kunci keberhasilan. Associate Professor Dr. Yuthana Phimolsiripol dari Chiang Mai University menegaskan institusi akademik berperan penting mendorong inovasi, membentuk kebijakan, dan menyiapkan tenaga ahli yang siap menjawab tantangan masa depan, terutama dalam hal inovasi pangan.
Dari laboratorium hingga dapur, dari ruang kelas ke pasar, kolaborasi antara universitas, industri, dan masyarakat menjadi katalis bagi teknologi pangan baru. Termasuk di antaranya pengembangan bio-packaging, pertanian cerdas, hingga inkubator startup berbasis teknologi makanan.
Universitas juga turut menjawab persoalan besar dunia, seperti kelaparan, limbah pangan, dan keamanan makanan lewat riset aplikatif dan kolaboratif. "Ini bukan sekadar urusan akademik. Ini tentang masa depan makanan yang kita konsumsi setiap hari," kata Associate Professor Dr. Yuthana Phimolsiripol dari Fakultas of Agro-Industry, Chiang Mai University.