3 Fakta Sate Klathak ala Yogyakarta, Sederhana dan Berbumbu Minimalis

Sate kambing yang bikin kalian kangen Yogyakarta

Yogyakarta menjadi kota manis, berbudaya, dan salah satu tujuan wisata yang hits di Indonesia. Tak afdal rasanya berwisata ke Yogyakarta tanpa menikmati kuliner khasnya yang bikin kangen.

Bukan hanya gudeg atau bakpia saja yang perlu dicoba, kuliner sate klathak adalah salah satu makanan yang perlu masuk daftar wisata kuliner Yogyakarta. Sate ini merupakan sate kambing dengan bumbu yang sederhana tapi menciptakan rasa yang istimewa.

Ingin tahu informasi menarik dari sate klathak? Baca artikel ini, yuk!

 

1. Sate klathak terbuat dari kambing muda yang dibumbui garam

3 Fakta Sate Klathak ala Yogyakarta, Sederhana dan Berbumbu Minimalisilustrasi satai klathak (commons.wikimedia.org/Danangtrihartanto)

Sate klathak adalah sate khas Bantul, D.I. Yogyakarta. Sate satu ini berbeda dan istimewa dibandingkan sate yang lain. Daging kambing sate klathak ini relatif berukuran lebih besar dibandingkan sate biasa. Daging kambing yang dipakai pun adalah daging kambing muda. Dalam satu tusukan terdapat 2-4 potongan daging kambing yang besar.

Selain itu, tusukan sate ini terbuat dari jeruji besi alih-alih tusuk bambu. Rasanya pun tak kalah unik. Sate klathak disajikan tanpa bumbu kacang dan bumbu yang digunakan hanya garam saja. Hal itu, membuat rasa sate mengunggulkan rasa daging kambing yang sederhana tapi tetap lezat.

Untuk menambah cita rasa, sate klathak biasanya disajikan dengan kuah santan encer bercita rasa gurih.

 

Baca Juga: 7 Rekomendasi Warung Sate Klathak Enak di Jogja Selain Pak Pong

2. Sate klathak ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1940-an

3 Fakta Sate Klathak ala Yogyakarta, Sederhana dan Berbumbu Minimalisilustrasi orang membakar satai (unsplash.com/Fitria Yusrifa)

Mbak Ambyah adalah pionir dari pembuatan sate klathak. Konon, di 1940-an, warga Desa Jejeran, Bantul, banyak yang memelihara kambing. Dari situ, Mbah Ambyah berkreasi dengan membuat sate berbahan kambing untuk jualannya.

Mbah Ambyah pun mulai merintis usaha sate klathak-nya di tahun 1946 dengan bertempat di bawah pohon melinjo, dan Mbah Ambyah inilah yang menjadi satu-satunya penjual sate klathak kala itu. 

Penamaan sate klathak ini ada berbagai versi. Ada yang menyebutkan bahwa klathak berasal dari kata melinjo, karena Mbah Ambyah dulu berjualan di bawah pohon melinjo, dan melinjo ini disebut dengan klathak. Ada pula yang mengatakan bahwa klathak adalah suara saat sate klathak dibakar.

Versi lain menyebutkan, bahwa dulu nama sate klathak ini adalah sate uyah (satai garam). Namun nama tersebut dirasa namanya kurang menarik oleh cucu Mbah Ambyah. Di tahun 1992, sang cucu yang bernama Pak Bari ini, mengganti nama sate uyah dengan nama sate klathak, yang diambil dari sebutan klathak pada biji melinjo.

 

3. Kelezatan dan kesederhanaan sate klathak ini membuatnya masih eksis hingga sekarang

3 Fakta Sate Klathak ala Yogyakarta, Sederhana dan Berbumbu Minimalisilustrasi satai klathak (commons.wikimedia.org/Khuswatun)

Setelah Mbak Ambyah meninggal, usaha sate klathak-nya masih diteruskan oleh anak cucunya, dan sekarang memasuki generasi ketiga. Lebih lanjut, karena kelezatan dan ketenaran sate klathak, banyak orang yang akhirnya berdagang sate klatak.

Di Jalan Imogiri Timur, Bantul banyak sekali pedagang sate utamanya sate klathak yang beroperasi mulai pukul delapan pagi hingga dini hari. Jalan Imogiri Timur ini dapat dikatakan sebagai sentra warung sate di Kabupaten Bantul. Uniknya, banyak pedagang sate klathak ini yang masih kerabat dari Mbak Ambyah, tetapi ada juga yang bukan dari kerabat sang pionir.

Banyak tempat wisata dan kuliner yang bisa kalian temukan dan rasakan pengalamannya jika berlibur ke Yogyakarta. Sate klathak salah satu kuliner yang wajib dicicipi ketika berkunjung ke Yogyakarta, di samping gudegnya yang ikonik.

Siapa nih yang kalau ke Yogyakarta mampir ke warung sate klathak?

 

Baca Juga: [QUIZ] Jangan Ngaku Pencinta Sate kalau Gak Tahu Nama Sate Ini!

Wanudya A Photo Verified Writer Wanudya A

You'll never walk alone.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

yummy-banner

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya