Kisah Sukses Sambal Bu Rudy Surabaya yang Belum Banyak Orang Tahu 

Penjualannya hingga ke pasar mancanegara

Sebagai orang Indonesia, rasanya kurang lengkap jika makan tanpa sambal. Benar, gak? Indonesia memiliki produk sambal yang sudah populer, lho.

Gak heran kalau akhirnya banyak toko oleh-oleh yang menjual sambal kemasan. Salah satu yang paling terkenal yakni  Sambal Bu Rudy asal Surabaya.

Depot oleh-oleh yang terkenal di Surabaya tersebut berdiri sejak 1995. Selain sambal khasnya, Bu Rudy juga menawarkan oleh-oleh lain yang menarik. Karena sudah populer dan memiliki ciri khas tersendiri, distribusinya pun telah menjangkau hingga ke luar negeri.

Nah, kali ini IDN Times berkesempatan ngobrol langsung dengan pemilik Sambal Bu Rudy, Ie Lanny Siswadi, melalui Instagram Live @idntimes bertema Oleh-oleh Khas Surabaya ala Bu Rudy, Rabu, 2 Juni 2021.

Dalam rangka peringatan hari ulang tahun Surabaya ke-728 pada (31/5), Bu Rudy berbagi kisah dan pengalaman mengenai perjalanan depot oleh-oleh miliknya. Yuk, simak cerita lengkapnya berikut ini!

1. Awal mula terciptanya Sambal Bu Rudy

Kisah Sukses Sambal Bu Rudy Surabaya yang Belum Banyak Orang Tahu Sambal Bu Rudy, Surabaya (IDN Times/Prila Sherly)

Sambal Bu Rudy sudah gak asing bagi wisatawan yang berkunjung ke Surabaya. Bahkan, Sambal Bu Rudy menjadi salah satu ikon Surabaya, lho. Ternyata, terciptanya sambal tersebut hanya berawal dari iseng. 

"Awal mulanya hanya iseng, Pak Rudy (suaminya) suka memancing, kalau dapat ikan untuk dibakar, digoreng, atau dimasak sayur lodeh. Setelah itu, kita panggil teman-teman untuk mencicipi, ternyata cocok dengan selera mereka, apalagi sambalnya," kata Ie Lanny yang akrab disapa Bu Rudy tersebut.

Setelah mencicipi sambal tersebut, mereka menyarankan dan mendukung untuk menjual sambal. Pada akhirnya Bu Rudy menanggapi saran tersebut dan menjualnya, sampai hari ini.

Padahal Bu Rudy mengaku bahwa dirinya gak suka memasak. "Dibilang suka masak, aku gak suka, jadi cuma pakai feeling saja," ujarnya dalam Instagram Live bersama IDN Times, Rabu, 2 Juni 2021.

Hingga kini, ada tiga varian sambal Bu Rudy yang paling laris manis, antara lain sambal udang, sambal bajak, dan sambal ijo. Dari ketiga varian sambal tersebut, sambal udang atau sambal kuning yang menjadi favorit banyak orang. 

"Yang menjadi favorit itu yang kuning, sambal udang. Jadi, misalnya orang beli sambal udang lima, sambal bajak satu, sambal ijo satu, begitu."

Menurut Bu Rudy, sambal kuning cocok untuk dicampur dengan masakan apa pun. "Sambal kuning itu luar biasa enak," katanya. 

2. Kualitas menjadi nomor satu

Kisah Sukses Sambal Bu Rudy Surabaya yang Belum Banyak Orang Tahu Owner depot oleh-oleh Bu Rudy, Ie Lanny Siswadi (IDN Times/Prila Sherly)

Sambal Bu Rudy menjadi primadona warga lokal hingga wisatawan luar Surabaya. Rasanya yang khas membuat Bu Rudy gak pernah kehilangan para pelanggannya. Sebab, Bu Rudy selalu mengutamakan kualitas pada semua produk, terutama sambalnya.

Produksi sambal dibuat setiap hari. Hal tersebut yang membuat sambal Bu Rudy selalu segar dan enak.

"Paling lama stok satu hari, gak sampai berbulan-bulan baru stok. Sambal gak bisa di-stok terlalu lama, gak bisa pakai cabai yang disimpan. Jadi harus selalu segar cabainya."

Jadi, Bu Rudy selalu mengutamakan kualitas supaya sambalnya terjual habis. Stok sambal pun gak diproduksi terlalu banyak supaya gak melebihi stok penjualan. Hal itu dilakukannya untuk menjaga sambal tetap segar dan gak tersisa.

Harga cabai pun gak mempengaruhi kualitas Sambal Bu Rudy. "Harga cabai mahal dijalani, cabai murah pun tetap dijalani." Dalam satu hari, biasanya Sambal Bu Rudy bisa terjual sebanyak 1.500 botol. 

Meskipun sambal kekinian identik dengan tingkat kepedasan. Namun, Bu Rudy tidak tertarik mengikuti tren tersebut demi menjaga kualitas dan rasa.

"Gak ada level kepedasan, satu macam saja. Karena resep sudah dari awal sampai sekarang, rasanya sudah sangat pedas. Kami gak akan mengubah kualitas," tuturnya.

Menurut dia jika menambah tingkat kepedasan pada Sambal Bu Rudy, dikhawatirkan akan mengubah rasa sambal lainnya. Jadi, rasanya harus sesuai standar yang sudah ditetapkannya bertahun-tahun. 

3. Tantangan memproduksi Sambal Bu Rudy

Kisah Sukses Sambal Bu Rudy Surabaya yang Belum Banyak Orang Tahu Suasana di depot oleh-oleh Bu Rudy, Surabaya (IDN Times/Prila Sherly)

Di balik kepopuleran Sambal Bu Rudy, selalu ada tantangan yang harus dihadapi, terutama saat pandemik seperti sekarang. "Tantangannya kalau cuaca kurang bagus, maka bisa rusak, soalnya aku gak bikin sambal yang bisa bertahan satu sampai dua tahun," jelasnya.

Selama pandemik ini, tingkat penjualan hanya mencapai 20-30 persen dari hari-hari normal. Sebab, kebanyakan orang gak bisa keluar rumah, begitu pun dengan orang luar kota gak bisa masuk ke Surabaya.

Namun, kini kondisinya sudah berangsur-angsur membaik. Orang luar kota sudah kembali masuk dan membeli oleh-oleh Bu Rudy. 

Sedangkan, untuk distribusi di kota-kota lain, Bu Rudy menggunakan sistem khusus. "Kalau ada toko-toko yang mau beli, sistemnya dilepas, sudah bukan tanggung jawab aku lagi. Seperti di Jakarta, Bandung, dan Semarang yang beli disarankan jangan sampai produknya rusak di tempat mereka."

Hal tersebut dilakukan untuk menjaga rasa dan kualitas rasa sambalnya. Sebab, ada pelanggan yang pernah menyatakan bahwa rasa sambalnya berbeda dari yang di pusat. Maka dari itu, Bu Rudy gak bisa menjamin rasa yang sama jika membeli di kota lain. 

Selain di toko, pelanggan juga bisa membelinya secara online. Penjualan pun sudah menjangkau hingga ke luar negeri, seperti Malaysia dan Singapura. Meskipun tingkat daya beli yang tinggi terhadap produk-produknya, Bu Rudy enggan menambah cabang lagi di kota-kota lain. 

"Enggak terpikirkan ingin buka cabang, sudah cukup di Gresik, karena dekat dari pusat," tuturnya. Dapurnya pun hanya ada satu, ia sendiri yang memantau dan mengontrol. Itu mengapa kualitasnya benar-benar terjaga. 

Jika harga cabai sedang naik, terpaksa harga juga ikut dinaikkan. Namun, gak akan mengubah kualitas. Selama ini para pelanggannya tetap mau dan tidak keberatan, bahkan mereka menyadarinya. 

"Botolnya dikurangi sedikit gitu, karena harga cabai mahal gak akan seterusnya, nanti juga sudah stabil kembali. Sebab, kualitas gak bisa diganti, gak bisa diubah dengan bahan lain."

Memiliki pelanggan yang berada di luar negeri membuat Sambal Bu Rudy berpotensi mendunia. "Sudah berlabel halal dan BPOM, gak perlu ragu lagi. Kalau ingin tahu, datang saja ke pusat," ujar pengusaha sambal legendaris Surabaya ini. 

Meski sudah banyak penjual sambal serupa, dia menyatakan tidak takut tersaingi. Ia percaya diri dengan produk-produknya. Banyaknya pelanggan setia yang tersebar di berbagai daerah dan luar negeri membuatnya merasa sangat bersyukur. "Aku percaya diri, sambalku gak pakai bahan macam-macam, kualitasnya bagus," katanya.

4. Variasi oleh-oleh favorit wisatawan

Kisah Sukses Sambal Bu Rudy Surabaya yang Belum Banyak Orang Tahu Depot oleh-oleh Bu Rudy, Surabaya (IDN Times/Prila Sherly)

Selain Sambal Bu Rudy, wisatawan menyukai aneka menu yang disajikan di depotnya. Ada udang kering, pisang madu, dan produksi kerja sama dengan UMKM lokal. 

Selalu menyajikan variasi menu baru juga dilakukan supaya pelanggannya gak pernah  bosan. Seperti beberapa jenis sate yang baru-baru ini sedang diproduksi. "Ini sudah seminggu bikin menu sate jamur, sate bebek, dan sate kikil. Setiap hari itu ada menu baru."

Sate-sate tersebut dijual dengan harga terjangkau, mulai dari Rp3.000 per tusuk. Menariknya, sate jamur buatan Bu Rudy merupakan hasil dari jamur yang ditanam oleh UMKM. Jadi, ia turut membantu UMKM mengembangkan usaha mereka. Salut banget, ya! 

Baca Juga: 5 Rekomendasi Kuliner Nasi Krawu di Surabaya, Bikin Kenyang Seharian

5. Tips menyimpan Sambal Bu Rudy

Kisah Sukses Sambal Bu Rudy Surabaya yang Belum Banyak Orang Tahu Sambal Bu Rudy, Surabaya (IDN Times/Prila Sherly)

Buat kamu pencinta Sambal Bu Rudy, ada tips menyimpan sambal yang benar, langsung dari pemiliknya. Ie Lanny menjelaskan sambalnya paling lama bisa bertahan hingga satu bulan. Namun, ada pelanggannya yang menyatakan bahwa sambalnya bisa tahan lama hingga empat bulan. 

Namun, ia gak menyarankan untuk menyimpan sambal selama itu. Disarankan disimpan paling lama satu bulan. Jika ada bintik-bintik atau terlihat kerusakan, sebaiknya dibuang saja. Bu Rudy gak pernah menjamin bisa bertahan lebih dari satu bulan. 

Jika ingin lebih tahan lama, sebaiknya simpan di kulkas. Bahkan, pelanggannya di luar negeri menyatakan Sambal Bu Rudy bisa tahan lama hingga berbulan-bulan. 

"Kalau ingin lebih awet, sebaiknya simpan di kulkas. Temanku di luar negeri menyimpan sambal selama enam sampai delapan bulan gak rusak. Sambal ini sudah sampai Brunei dan Inggris."

6. Harapan untuk usaha kuliner dan Kota Surabaya

Kisah Sukses Sambal Bu Rudy Surabaya yang Belum Banyak Orang Tahu Suasana di depot oleh-oleh Bu Rudy, Surabaya (IDN Times/Prila Sherly)

Sebagai pengusaha kuliner, tentunya Bu Rudy memiliki harapan baik untuk perkembangan bisnis ke depannya. Ia berharap bisnisnya bisa dilanjutkan anak dan menantu, serta terus membesarkan usaha kulinernya itu. 

Bu Rudy pun tetap mengutamakan dan mendukung UMKM yang ingin diajak kerja sama. Jadi, gak perlu mengambil barang secara impor, karena milik UMKM pun sudah unggulan rasanya. 

Selain mengutarakan harapan untuk usaha kulinernya, Bu Rudy menyimpan harapan baik untuk Surabaya. "Semoga seluruh Kota Surabaya bebas virus corona, biar mulai ramai lagi. Aku sendiri juga bangga dengan Surabaya karena sangat maju, ke depannya tetap berdoa supaya virus ini hilang dari Surabaya," kata Ie Lanny alias Bu Rudy.

Itulah keseruan ngobrol seru mengenai oleh-oleh khas Surabaya ala Bu Rudy bersama pemiliknya langsung. Semoga bisa menginspirasi kita dalam berbisnis dan turut mendukung oleh-oleh dan kuliner dalam negeri ya! Nah, kalau kamu sendiri, paling suka oleh-oleh Bu Rudy yang mana, nih? 

Baca Juga: 10 Bar di Surabaya yang Seru untuk Hangout, Anti Mati Gaya 

yummy-banner

Topik:

  • Dewi Suci Rahayu

Berita Terkini Lainnya