Gak Melulu Enak, Ternyata Ini Derita Jadi Foodies ala Vicky Yuwono

Harus kuat iman dan sabar ya

Berawal dari hobinya suka ngafe dan foto-foto makanan, Vicky Yuwono sukses menjadi foodies yang cukup berpengaruh di Surabaya. Keisengannya itu membuatnya semakin ketagihan, hingga banyak brand meliriknya untuk dipromosikan.

Banyak orang yang memimpikan ingin berada di posisinya. Makan enak ke mana-mana, dibayarin, dapat honor pula. Siapa yang gak pengin coba? Tapi, ternyata jadi foodies itu gak melulu enak lho. Ada gak enaknya juga, kata pria kelahiran Kediri, 19 Februari 1991 itu. Kira-kira lebih banyak enak atau gak enaknya ya?

1. Gak cuma bosan, tapi juga masalah harga

Gak Melulu Enak, Ternyata Ini Derita Jadi Foodies ala Vicky YuwonoIDN Times/Reza Iqbal

Q: Apa saja sih enaknya jadi foodies selama yang kamu rasakan?

A: Pernah nongol di Majalah Kanekin, kayak Kinfolk, yang full bahasa Inggris gitu. Itu kayak benar-benar super happy. Gak lama, aku ada undangan talkshow di Widya Mandala, yang mengadakan teman-teman Fikom. Kalau gak salah mereka di-provide sama Kompas. Pas mau pulang, mereka bilang, "Koh, minggu depan atau kapan nanti kita email ya. Soalnya aku mau masukin ke Harian Kompas." Wow, oke boleh! Jadi kayak gitu, kadang apa yang aku benar-benar pengin banget, ternyata bisa kesampaian.

Satu lagi, ini lucu. Waktu aku masih di bank, ada chat masuk dari reporter NET TV. Dia lagi bikin tugas segmen one day di kota mana, nah waktu itu di Surabaya. Dia bilang terserah mau ajak siapa. Jadi aku bela-belain cuti. Untungnya atasanku tahu kerjaanku ini, jadi dia kasih izin. Padahal harusnya H-7 hari untuk ngajuin cuti.

Nah, pas ketemu, aku nanya kok bisa tahu aku dari mana. Dia ceritanya gak sengaja. Sebelum ditelepon dia, aku sempat posting beberapa foto di Surabaya North Quay, berbanyak waktu itu. Ada Merlianny Effendi (Merly Sansan), Enog, sama Amanda Kohar. Kebetulan, si reporter ini lagi ditugasin ke North Quay, pas dia klik locationnya, muncullah fotoku.

Sebenarnya kalau langsung bikin "boom" gitu gak juga sih, tapi lumayan lah buat portofolio kan. Itu diputar berulang-ulang. Kayak gitu-gitu lah yang mengesankan dan aku ingat.

Q: Berarti gak menutup kemungkinan kalau nantinya diminta membawakan program kuliner sendiri?

A: Boleh banget.

Q: Selain kuliner, tren traveling juga tinggi, bakal ke arah sana juga gak?

A: Sebenarnya aku gak terlalu suka traveling. Misal kayak kemarin ke Bandung atau Bali, yang dicari ya kafe lagi. Kalau mereka yang suka traveling, mereka bakal mikir ini ada tempat alam apa, ke pantai, ke mana.

Q: Kalau pengalaman paling gak enak selama ini apa saja?

A: Apa ya? kayaknya banyak enaknya deh, aku jadi lupa, hehehe.

Q: Kalau dipersentase, masing-masing suka dan dukanya berapa persen nih?

A: Ehm, yang pasti lebih banyak sukanya. Sukanya ya 95 persen lah, gak sukanya 5 persen hahaha. Lima persennya ini yang suka nawar, gak bayar, tapi tetap nyuruh datang. Kalau fee lama aku sih gak masalah. Yang penting dia bayar aja.

Oh ya, sama ini, gak enaknya aku jadi gak bisa kontrol makanan ya. Tapi gak tahu itu enak apa gak enak.

Q: Kontrol makanan maksudnya lebih ke berat badan?

A: Iya, lebih ke berat badan. Kalau dulu kan masih bisa ngontrol mau makannya ini atau ini lagi. Tapi kalau sekarang agak susah, apalagi misal kayak aku pergi ke luar kota, ya kan kita kadang pengin dapat banyak tapi timing-nya harus cepet ya. Jadi ya, pesan, foto-foto, icip-icip, lanjut lagi ke sebelah kayak gitu. Jadi kadang kita gak bisa menikmati. Kadang juga (karena kebiasaan ini) malam-malam jadi makan nasi, martabak. Kan ini udah gak wajar ya.

Q: Ada sih yang gak disukai sebagai seorang foodies, kecuali yang bosan tadi?

A: Ada sih, customer suka nawar harga, hahaha. Tapi jujur ya, kayaknya memang trade marknya orang Surabaya, udah nawar, minta dibonusin ini itu lagi. Kadang kalau masih baik, ya sudahlah kita bantu stories saja. Tapi mereka protes, "Lho kok cuma stories aja, kan bisa hilang." Lha lu gak bayar, minta ini itu, kita bantuin stories tetap gak mau. Ya sudah akhirnya enggak.

Kalau orang Jakarta, kita bilang berapa pun iya. Kalau gak ada budget, mereka bilang di depan. Misal kayak barter aja barang ini itu. Kalau masih make sense, aku masih oke. Terus mereka juga biasanya bebasin kita mau posting berapa. Ada lagi yang nanya, "Rate kamu berapa? Kita cuma ada segini nih." Nah, gitu kan lebih enak.

Tapi kalau Surabaya itu gak, tanya rate-nya berapa, terus waktu dikasih tahu jawabnya "Lho kok mahal banget! Di blogger sebelah cuma Rp 100 ribu."

Dan yang seperti itu gak cuma 1-2 orang, tapi banyak banget. Makanya aku lebih senang dapat job dari Jakarta.

Baca Juga: Awalnya Iseng, Ini Kisah Vicky Yuwono Jadi Foodies Terkenal

2. Survive di tengah gempuran kompetisi

Gak Melulu Enak, Ternyata Ini Derita Jadi Foodies ala Vicky Yuwonoinstagram.com/vickyyuwono

Q: Nah, kan sekarang banyak banget foodies, anak-anak kuliah aja sekarang sudah mulai merambah ke sana. Gimana caranya supaya bisa tetap survive di tengah gempuran kompetisi?

A: Kalau merhatiin feed-ku, dari dulu aku jarang banget nge-post street food. Karena aku pribadi memang gak suka makan street food. Aku lebih suka makan bakery, pastry, sama yang fancy gitu. Kadang kalau makanan resto fancy, gak nyari makanannya, cuma moto interiornya aja gitu, kan.

Terus ada yang ngomong, "Kamu mau gak sih, coba deh foto-foto street food, banyak banget yang request. Daripada kamu foto makanan mahal, like-nya makin turun gitu kan."

Masak sih, akhirnya aku coba foto pentol (baso). Eh beneran banyak yang nge-like. Cuma kalau disuruh lagi, gak tahu ya kayak gak kepingin gitu, gak ada hasrat. Jadi ya sudahlah aku kembali ke on track aja. Jadi, menurutku ya tetaplah jadi diri sendiri.

Q: Misalnya kalau lagi ada kuliner hits banget, pasti bakal ngikutin juga, kan? Kayak donat mie atau es kepal Milo?

A: Tetap harus ikutin sih, karena pasti banyak yang nanya, kamu udah pernah cobain belum? Kalau jawab belum pernah, gak mungkin ya. Tetap ikutin, tapi cuma kalau kayak kemarin kayak donat Indomie, es kepal Milo, aku gak begitu suka, palingan cuma share stories aja. Kecuali kalau aku benar-benar suka, baru aku posting.

3. Mending jadi foodies atau artis ya?

Gak Melulu Enak, Ternyata Ini Derita Jadi Foodies ala Vicky Yuwonoinstagram.com/vickyyuwono

Q: Kalau gak ada undangan atau paid promote, kegiatan kamu apa aja sih?

A: Nah, itu kayaknya pertanyaan semua orang ya, hahaha. Jadi di luar itu, aku punya usaha sendiri punya mama, Over and Out, aku juga jual itu. Kedua, aku, Amanda, Merly, sama Enog itu lagi ada kontrak dengan salah satu media sejak tahun lalu. Kita running per bulan dapat slot review per resto, tapi modelnya semacam iklan ala culinary review. Selain itu, aku juga bantu si Merly, kan dia ada usaha sendiri semacam IDN Creative gitu, aku bantu fotonya dia.

Q: Ada rencana pindah ke Jakarta, kan lebih banyak kuliner di sana?

A: Kalau pindah kayaknya masih belum, kecuali nanti ada kerjaan atau apa baru pindah, tapi untuk sekarang belum deh.

Q: Tapi kalau ada undangan ke Jakarta dibelain datang, ya?

A: Mostly. Aku pernah dapat undangan itu banyak banget, tapi mereka gak berbayar. Jadi menurutku kayak ngapain ya cuma untuk ngejar eksis aja.

Q: Karena akomodasi ditanggung sendiri ya?

A: Iya, makanya aku dulu bilang "enggak deh."

Q: Ada niatan untuk buka kafe atau restoran sendiri?

A: Kayaknya gak deh, lebih enak gini-gini aja, hahaha.

Q: Apa rencana kamu dalam lima tahun ke depan?

A: Sempat mikir sih, masak dari tahun ke tahun cuma gini-gini aja, ya kan? Kok gak ada perubahan, ya? Walaupun kerjaan masih ada dan jalan. Aku penginnya kayak punya usaha sendiri, tapi mungkin ke bidang-bidang yang masih ada hubungannya sama aku. Kayak di bidang media sosial gitu.

Q: Kepikiran untuk buka workshop kayak Inijie gak sih?

A: Kalau workshop aku sudah ada, cuma apa ya, kayak bukan naluri ngajar sih. Tapi pernah, aku bikin workshop. Itu teman bikin acara gereja soalnya, anggotanya cuma dari lingkungan mereka aja. Jadi oke lah. Kalau kayak Inijie, kan harus bikin tim yang memang untuk workshop. Nah, aku kayaknya gak deh, soalnya gak sabaran. Inijie itu sabar banget.

Q: Kalau ditawarin jadi artis, mau gak?

A: Mau jadi artis ya pengin, pokoknya yang dapat duit aku pengin lah, hahaha. Kan sebelum aku jadi kayak gini, aku kerja di bank swasta, terus temenku tanya, "Vick gimana, enak? Gak pengin balik (ke bank) lagi?" Ya enak lah. Terus aku jawab, ya kan ke depan kita gak tahu mau jalan sendiri atau sama orang lain. Bisa jadi aku kerja lagi sama orang lain. Tapi kalau kerja lagi sama orang lain, aku gak mau balik ke bank. Aku mau kerja lagi sama orang lain, tapi yang berbau dunia sosmed, digital, atau kuliner sendiri.

Q: Banyak orang penasaran, aku pengin nih jadi food influencer atau foodies, tapi aku gak tahu risikonya. Diundang ke sini, makan gratis, apa emang iya selalu enak?

A: Jujur, waktu awal-awal, aku benar-benar kayak happy banget. Kayak semua undangan aku datangin. Sekarang aku mulai pilih-pilih, ini kayaknya gak worth it deh. Kadang ada yang gak enak banget, mau ngepost itu jadi beban, karena sebenarnya kita sudah tahu kan, brand ini dipandang orang kayak gimana. Nah, sementara misal kita dapat undangan ini, even kita dibayar pun, rasanya kayak, "Ini kalau kita post bakal dihujat netizen gak ya?"

Kalau dulu kita posting, mereka pada nanya ini di mana. Sekarang gak ada yang nanya, mereka dapat infonya sudah banyak.

Terus, kadang bosan sih. Kok kayaknya tiap hari, aku bangun pagi, keliling ngafe, makan, pulang, gitu aja terus. Kadang bosan. Makanya dulu aku sempat bikin blog, rencana juga mau bikin channel Youtube. Sekarang ini kan orang-orang lebih lihat ke konten ya. Kalau dulu kita ngebagusin foto, sekarang orang udah gak peduli. Mereka lebih suka ke info-info.

Q: Kalau mau bikin konten di Youtube, itu konsepnya tetap review atau gimana?

A: Kayaknya aku bakal bagi beberapa segmen sih.

Q: Apakah nantinya bakal merambah jadi content creator juga?

A: Kalau content creator kayaknya belum sih, karena itu susah-susah gampang. Bikin blog pun itu bisa dibilang content creator, karena aku bikin semua sendiri. Tapi kalau disuruh lucu-lucu gitu kayaknya bukan aku banget. Gak bisa deh!

Kayak misal ada Abibayu (content creator Surabaya), dia kan bikin kontennya sendiri, bahkan semacam nge-direct sendiri dan super komedi pol! Kalau aku disuruh kayak gitu, kayaknya gak bisa deh. Dulu pernah sih diajak kolaborasi sama Abi, tapi tetap gak bisa selucu dia dan gak bisa sebocor dia. Gitu!

Baca Juga: Foodies Rawan Penyakitan, Vicky Yuwono Bagi Tips Jaga Badan

yummy-banner

Topik:

  • Dewi Suci Rahayu

Berita Terkini Lainnya