Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Jenis Hipertensi pada Kehamilan, Bumil Patut Waspada

ilustrasi ibu hamil (unsplash.com/Daniel Reche)
ilustrasi ibu hamil (unsplash.com/Daniel Reche)

Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab utama kematian di Indonesia. Seseorang dikatakan hipertensi atau sering disebut dengan tekanan darah tinggi ketika memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg pada pemeriksaan berulang. 

Hipertensi seringkali disebut dengan silent killer karena seringkali penyakit ini terjadi tanpa keluhan. Hal itu menyebabkan penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya terkena hipertensi. Hipertensi yang terkendali dapat menyebabkan penderitanya memiliki penyakit penyulit atau penyakit komplikasi yang membahayakan jiwa.

Hipertensi biasanya terjadi pada orang dewasa hingga lanjut usia, namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada siapa saja, termasuk ibu hamil. Hipertensi pada kehamilan adalah kondisi ketika tekanan darah ibu hamil lebih dari sama dengan 140/90 mmHg. Hipertensi pada kehamilan dapat terjadi saat memasuki masa kehamilan 20 minggu atau dapat terjadi lebih awal.

Nah, ingin tahu lebih lanjut mengenai hipertensi pada kehamilan? Simak artikel berikut ya.

1. Hipertensi kronis

ilustrasi ibu hamil (unsplash.com/Juan Encalada)
ilustrasi ibu hamil (unsplash.com/Juan Encalada)

Hipertensi kronis adalah kondisi ketika tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih  saat masa sebelum hamil atau ketika masa sebelum 20 minggu kehamilan. Hipertensi kronis pada ibu hamil ini seringkali tidak bergejala sehingga ibu hamil tidak mengetahui bahwa dirinya terkena hipertensi jika belum periksa ke dokter.

Hipertensi kronis ini jika dibiarkan akan dapat berkembang menjadi preeklamsia. Rajin-rajin memeriksakan kesehatan diri dan kandungan ya, Moms!

2. Hipertensi kronis dengan preeklamsia

ilustrasi orang diperiksa tekanan darahnya (unspalsh.com/Mufid Majnun)
ilustrasi orang diperiksa tekanan darahnya (unspalsh.com/Mufid Majnun)

Hipertensi kronis yang tidak terkontrol dengan baik dapat mengarah terjadinya tanda dan gejala preeklamsia atau eklamsia. Hipertensi kronis dengan preeklamsia menjadi penyakit komplikasi pada 20 persen ibu hamil dengan hipertensi kronis. 

Hipertensi ini terjadi setelah masa 20 minggu kehamilan. Hipertensi kronis dengan preeklampsia ditandai dengan tekanan darah yang tinggi dan adanya protein dalam jumlah yang besar di urin atau biasa disebut dengan proteinuria.

3. Preeklamsia

ilustrasi dokter dan pasien (unsplash.com/National Cancer Institute)
ilustrasi dokter dan pasien (unsplash.com/National Cancer Institute)

Preeklamsia adalah tekanan darah tinggi yang terjadi setelah 20 minggu kehamilan, biasanya terjadi saat trimester akhir. Preeklamsia ditandai dengan tekanan darah tinggi dan adanya protein di dalam urin dalam jumlah yang banyak. Tanda lain dari preeklamsia adalah adanya kerusakan pada organ-organ lain seperti hati, ginjal, atau komplikasi lain yang berkaitan dengan darah.

Gejala dari preeklamsia selain tekanan darah tinggi dan adanya protein dalam jumlah besar di dalam urin atau yang biasa disebut proteinuria, adalah wajah dan tangan bengkak, sakit kepala yang tidak usai, terjadi permasalahan padah penglihatan seperti penglihatan kabur, sakit pada perut bagian kanan atas, dan adanya masalah pada pernapasan.

4. Eklamsia

ilustrasi dokter dan ibu hamil (pixabay.com/raman bhardwaj)
ilustrasi dokter dan ibu hamil (pixabay.com/raman bhardwaj)

Preeklamsia yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan terjadinya eklampsia. Kondisi eklamsia jarang terjadi, namun eklamsia adalah kondisi kesehatan yang serius. Tanda dan gejala eklamsia sama dengan preeklamsia, namun pada eklamsia tekanan darah yang tinggi dapat berpengaruh pada otak sehingga dapat menyebabkan kejang bahkan koma pada kehamilan. Selain itu, eklampsia dapat menyebabkan mual, muntah, dan sedikit urin yang keluar. Eklamsia perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan masalah serius dan fatal bagi ibu dan janinnya.

5. Hipertensi gestasional

ilustrasi alat tensi (pixabay.com/soc7)
ilustrasi alat tensi (pixabay.com/soc7)

Hipertensi gestasional adalah hipertensi pada kehamilan yang dapat terjadi saat masa kehamilan setelah 20 minggu kehamilan, dan dapat kembali normal setelah kehamilan. Hipertensi ini biasanya terjadi tanpa gejala.

Pada banyak kasus, hipertensi gestasional tidak membahayakan untuk ibu dan janinnya dan akan hilang pada 12 minggu setelah bayi dilahirkan. Namun, hipertensi gestasional dapat menaikkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi di kemudian hari. Jadi tetap harus waspada ya, Moms!

Hipertensi dapat menjadi penyakit yang membahayakan untuk ibu hamil dan janinnya. Untuk itulah ibu hamil wajib memeriksakan kondisi tubuh sebelum dan selama kehamilan dengan dokter kandungan. Untuk ibu-ibu hamil di luar sana, sehat selalu, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Agsa Tian
EditorAgsa Tian
Follow Us