10 Mitos Alergi Ini Perlu Diperhatikan, Cek Dulu Faktanya!

Percaya mitos alergi yang salah akan menyesatkan

Alergi merupakan kondisi kesehatan yang tergolong umum. World Allergy Organization (WAO) memperkirakan prevalensi alergi seluruh populasi menurut negara berkisar antara 10-40 persen (Pawankar R, et al., 2013), sementara Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 20 persen populasi dunia memiliki kondisi alergi.

Alergi adalah reaksi sistem imun yang tidak biasa terhadap suatu zat asing yang masuk dalam tubuh. Jenis alergi beragam, mulai dari musiman hingga makanan, yang efek reaksinya bisa melemahkan. Ada banyak sekali mitos dan miskonsepsi seputar alergi yang beredar di masyarakat.

Untuk memastikan apa yang kamu tahu tentang alergi berupa fakta, yuk, kenali berbagai mitos seputar alergi yang banyak beredar agar tak ada lagi kesalahpahaman!

1. Alergi hanya dimiliki anak-anak

10 Mitos Alergi Ini Perlu Diperhatikan, Cek Dulu Faktanya!ilustrasi alergi pada anak (parenting.firstcry.com)

Ini tidak benar, karena orang dewasa pun bisa memiliki alergi!

Sebuah penelitian di Amerika Serikat (AS) yang diterbitkan dalam jurnal JAMA Network Open tahun 2019 mengamati prevalensi alergi makanan pada 40.443 partisipan dewasa di negara tersebut.

Dalam studi berbasis populasi tersebut, diperkirakan 10,8 persen partisipan punya alergi makanan saat survei berlangsung, sedangkan hampir 19 persen partisipan percaya bahwa mereka memiliki alergi makanan.

Hampir setengah dari partisipan yang punya alergi makanan mengalami setidaknya satu kali kemunculan gejala awal alergi saat dewasa, dan 38 persen melaporkan kunjungan gawat darurat terkait reaksi alergi terhadap makanan setidaknya satu kali dalam hidup mereka.

2. Tidak ada perawatan untuk alergi

10 Mitos Alergi Ini Perlu Diperhatikan, Cek Dulu Faktanya!ilustrasi alergi (everydayhealth.com)

Sejauh ini memang tidak ada obat untuk menyembuhkan alergi. Cara terbaik untuk meminimalkan reaksi alergi adalah dengan mencegah pemicunya, entah itu makanan, hewan, debu, dan sebagainya.

Meski begitu, ada beberapa perawatan yang bisa dapat efektif mengurangi gejala reaksi alergi. Misalnya dekongestan untuk meredakan gejala pada hidung, sementara antihistamin dan semprotan steroid hidung juga dikatakan efektif, dilansir Medical News Today.

Selain itu, imunoterapi alergi juga dapat membantu. Menurut American College of Allergy, Asthma, and Immunology, perawatan ini melibatkan pemberian dosis yang meningkat secara bertahap dari zat, atau alergi, pemicu reaksi alergi. Peningkatan paparan alergen secara bertahap ini bisa membuat sistem kekebalan menjadi kurang sensitif terhadap zat tersebut, sehingga dapat mengurangi gejala alergi bila terpapar zat tersebut di masa depan.

Baca Juga: Urtikaria Aquagenik, Alergi Air yang Bikin Penderitanya Sulit Mandi

3. Alergi makanan dan intoleransi makanan adalah kondisi yang sama

10 Mitos Alergi Ini Perlu Diperhatikan, Cek Dulu Faktanya!ilustrasi alergi kacang (nutrition.org)

Ini juga salah! Faktanya, alergi makanan dan intolerasi makanan adalah dua hal yang berbeda. Saat mengalami reaksi alergi terhadap makanan, reaksi tersebut didorong oleh sistem kekebalan, biasanya terkait dengan aksi immunoglobulin E (IgE), menurut laporan dalam jurnal Pediatric Clinics of North America tahun 2019.

Sementara itu, intoleransi makanan tidak melibatkan sistem imun, dan gejala yang terjadi biasanya butuh waktu lebih lama untuk muncul. Intoleransi makanan tidak mengancam nyawa, tetapi beberapa alergi makanan bisa berpotensi fatal.

4. Alergi akan dialami seumur hidup

10 Mitos Alergi Ini Perlu Diperhatikan, Cek Dulu Faktanya!ilustrasi orang tua bersin (health.clevelandclinic.org)

Walaupun beberapa alergi bisa bertahan seumur hidup, tetapi beberapa lainnya mungkin bisa menghilang seiring bertambahnya usia. Akan tetapi, ini bergantung pada alergen.

Dilansir Medical News Today, sebagai contoh, walaupun kebanyakan anak bisa mengatasi alergi terhadap telur, susu, kedelai, dan gandum seiring beranjak dewasa, tetapi alergi terhadap kacang tanah, kacang pohon, ikan, dan kerang-kerangan sering kali dimiliki seumur hidup.

Menurut Mayo Clinic, sekitar 60 hingga 80 persen anak kecil berhasil mengatasi alergi terhadap susu atau telur saat usianya 16 tahun.

5. Alergi kacang adalah yang paling bahaya

10 Mitos Alergi Ini Perlu Diperhatikan, Cek Dulu Faktanya!ilustrasi alergi kacang (sg.theasianparent.com)

Memang ada beberapa kasus kematian yang berhubungan dengan alergi kacang. Menurut data dari American Academy of Allergy Asthma & Immunology (AAAAI), diperkirakan bahwa alergi makanan menyebabkan sekitar 150 hingga 200 kematian per tahun, berdasarkan studi lima tahun tentang anafilaksis dari Mayo Clinic. Anafilaksis akibat alergi makanan paling sering disebabkan oleh kacang tanah (62 persen) dan kacang pohon (15-30 persen).

Meski demikian, pada dasarnya hampir semua makanan dapat memicu reaksi. Tingkat keparahan dari reaksinya bisa berbeda-beda, tergantung sistem imun individu yang mengalami reaksi alergi.

Baca Juga: 5 Jenis Alergi yang Paling Langka di Dunia, Kamu Sudah Tahu Belum?

6. Gejala pilek dan alergi tidak bisa dibedakan

10 Mitos Alergi Ini Perlu Diperhatikan, Cek Dulu Faktanya!ilustrasi flu (everydayhealth.com)

Pilek dan alergi adalah dua kondisi yang berbeda. Pilek disebabkan oleh virus, sedangkan alergi disebabkan karena reaksi sistem imun yang berlebihan terhadap alergi. Akan tetapi, keduanya memang punya kemiripan gejala, seperti hidung meler, bersin-bersin, dan hidung tersumbat.

Dilansir Everyday Health, gejala pilek lainnya, seperti nyeri tubuh dan demam, tidak berhubungan dengan alergi, dan mata gatal yang umum terjadi akibat reaksi alergi jarang terjadi pada pilek.

Selain itu, ada pula perbedaan berapa lama gejala bisa bertahan. Gejala pilek biasanya berlangsung selama 7 sampai 10 hari, sedangkan gejala alergi sedikit lebih persisten.

Bila kamu tak bisa membedakan gejala-gejala pilek dan alergi atau kemungkinan kondisi lainnya, sebaiknya periksakan diri ke dokter.

7. Hewan berbulu pendek tidak memicu alergi

10 Mitos Alergi Ini Perlu Diperhatikan, Cek Dulu Faktanya!ilustrasi anjing peliharaan (pexels.com/Nicole Law)

Ini juga tidak benar. Untuk beberapa orang, hewan berbulu pendek ras tertentu mungkin lebih kecil kemungkinannya untuk memicu reaksi alergi. Akan tetapi, perlu diingat kalau reaksi alergi tidak dipicu oleh bulu hewan, melainkan sel kulit mati (dander atau serpihan kulit di bulu atau rambut hewan), air liur, dan urine.

Selain itu, menurut AAAAI, serbuk sari, spora jamur, dan alergen luar ruangan lainnya juga bisa terkumpul atau menempel di rambut hewan, sehingga inilah kenapa banyak orang yang menganggap bulu hewan dapat memicu reaksi alergi.

8. Keturunan hewan tertentu tidak memicu alergi

10 Mitos Alergi Ini Perlu Diperhatikan, Cek Dulu Faktanya!anjing basenji (petfinder.com)

Tak sedikit orang yang menganggap beberapa ras kucing atau anjing tertentu bersifat "hypoallergenic" alias tidak memicu alergi. Sayangnya, ini cuma mitos.

Menurut keterangan dari Asthma and Allergy Foundation of America, kamu mungkin kurang sensitif terhadap ras hewan tertentu, tetapi tidak ada hewan peliharaan yang benar-benar hypoallergenic. Alergi kucing dua kali lebih umum dibanding alergi anjing, dan paparan kucing dapat memicu serangan asma yang parah.

9. Terpapar zat pemicu alergi terus menerus akan mengurangi efek alergi

10 Mitos Alergi Ini Perlu Diperhatikan, Cek Dulu Faktanya!ilustrasi terapi alergi (scarymommy.com)

Ada teori umum yang menganggap bahwa paparan terus-menerus dengan pemicu alergi, misalnya hewan tertentu, akan memicu perbaikan pada alergi. Akan tetapi, faktanya beberapa pemilik hewan peliharaan secara bertahap dapat mengembangkan alergi terhadap hewan peliharaannya seiring waktu.

Omid Mehdizadeh, ahli otorinolaringologi dan laringologi dari Providence Saint John’s Health Center, AS, mengatakan kepada Medical News Today bahwa ketika sistem kekebalan tubuh prima atau sensitif terhadap alergi, misalnya hewan peliharaan, seseorang akan tetap alergi jika ia terpapar alergen dalam jumlah tinggi. Ini beda dengan konsep imunoterapi alergi, yang mana dilakukan oleh ahli alergi dengan paparan alergi dalam jumlah kecil dan meningkat secara bertahap.

Poin terkait lainnya, studi dalam jurnal Allergy, Asthma & Immunology Research tahun 2018 menyebutkan bahwa pengenalan awal hewan peliharaan di rumah sejak dini dapat mengurangi kemungkinan mengembangkan alergi. Dengan kata lain, jika ada hewan peliharaan di rumah saat usia anak masih sangat kecil, lebih kecil kemungkinan anak mengembangkan alergi terhadap hewan tersebut seiring usianya bertambah.

10. Alergi bukan masalah serius

10 Mitos Alergi Ini Perlu Diperhatikan, Cek Dulu Faktanya!ilustrasi gatal akibat reaksi alergi (c2cfirstaidaquatics.com)

Pada kebanyakan kasus, gejala reaksi alergi tidak berbahaya. Akan tetapi, pada beberapa orang reaksi alergi bisa berujung pada anafilaksis. Anafilaksis adalah reaksi alergi parah dan bisa mengancam nyawa. Saat anafilaksis terjadi, sejumlah besar histamin dilepaskan dari tubuh, memicu respons inflamasi.

Gejala yang perlu diwaspadai antara lain: sulit bernapas, mengi, nyeri dan kram perut, diare, kecemasan, pembengkakan di kaki, tangan, bibir, mata, dan kadang area genital, serta hilang kesadaran.

Selain itu, bahkan alergi yang dikategorikan ringan pun, misalnya rinitis alergi, bisa menyebabkan masalah kesehatan. Sebagai contoh, rinitis alergi bisa menurunkan kualitas tidur pada malam hari, membuat penderitanya merasakan kantuk keesokan harinya. Ini bisa menyebabkan gangguan fokus saat ia bekerja atau belajar.

Bahkan, menurut laporan dalam jurnal Allergy and Asthma Proceedings tahun 2009, rinitis alergi (hay fever) dilaporkan memiliki dampak negatif yang signifikan pada fungsi seksual dan dapat menyebabkan gangguan tidur dan kelelahan.

Itulah beberapa mitos alergi dan faktanya. Jadi, jangan lagi percaya hal-hal yang tidak didukung fakta, ya. Bila kamu curiga memiliki alergi, baiknya konsultasikan ke dokter spesialis alergi agar bisa dilakukan pemeriksaan dan mendapat penanganan yang tepat. Dan, bila kamu punya alergi mengalami reaksi alergi parah yang mengarah ke anafilaksis, segera cari pertolongan medis.

Baca Juga: 7 Kasus Alergi yang Jarang Diketahui, Alergi Tato hingga Cat Rambut

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya