Upaya Berhenti Merokok, Tidak Mudah namun Bukan Hal Mustahil

Upaya berhenti merokok juga bisa didampingi oleh dokter, lo!

Merokok adalah kebiasaan buruk yang sayangnya dilakukan banyak orang. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan setidaknya 23,21 persen penduduk Indonesia merokok pada tahun 2020. Data tersebut didukung laporan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJCB) yang menunjukkan pada tahun 2020, sekitar 322 miliar batang rokok yang dikonsumsi.

Walaupun sudah banyak program sosialisasi mengenai bahaya merokok, tetapi banyak orang yang melanjutkan kebiasaan buruk tersebut. Maka dari itu, lewat Health Talk yang secara langsung disiarkan di akun Instagram, IDN Times berbincang langsung dengan dr. Paulus Arka Triyoga, SpP dari Eka Hospital Cibubur mengenai berbagai manfaat yang didapat dari berhenti merokok dan apa saja upaya yang bisa dilakukan.

Terutama buat kamu yang sedang berjuang untuk melepaskan diri dari jerat rokok, yuk, simak pembahasannya di bawah ini!

1. Merokok itu "menular"

Upaya Berhenti Merokok, Tidak Mudah namun Bukan Hal Mustahililustrasi puntung rokok (pexels.com/Basil MK)

Seperti yang sudah banyak diketahui, rokok mampu menyebabkan berbagai penyakit kronis. Dilansir Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), merokok menyebabkan kanker, penyakit jantung, stroke, serta gangguan pernapasan lainnya. Akan tetapi, dr. Arka mengatakan bahaya merokok bisa lebih dari itu.

Lebih dari fisiologis, dr. Arka menyebut bahwa merokok juga bisa berdampak negatif kepada faktor psikis dan sosial. Orang-orang di sekitar perokok yang tidak paham bisa melihat merokok sebagai sesuatu yang keren dan pantas ditiru.

“Kalau orang tuanya merokok di rumah dan dilihat anaknya, anaknya bisa menirukan kegiatan tersebut dan berakhir menjadi perokok juga,” ujarnya.

2. Nikotin membuat seseorang kecanduan dan susah berhenti

Upaya Berhenti Merokok, Tidak Mudah namun Bukan Hal Mustahililustrasi merokok (IDN Times/Arief Rahmat)

Siklus kegiatan merokok yang terus ditiru oleh orang-orang di sekitar menjadi salah satu alasan mengapa kebiasaan merokok orang Indonesia sangat susah dihentikan. Lebih dari itu, sebenarnya komponen di dalam rokok itu sendiri menjadi penyebab seorang perokok susah berhenti.

Bernama nikotin, senyawa ini memberikan sensasi mengenakkan pada tubuh, meningkatkan produksi hormon dopamin di otak, dan membuat seseorang ketagihan. Mereka yang mencoba berhenti akan merasakan sensasi yang tidak nyaman pada tubuh mereka.

“Ada yang menjadi cemas hingga susah berkonsentrasi. Ada juga yang nafsu makannya meningkat. Tiap orang punya efek yang berbeda, tetapi pada intinya mereka merasakan sensasi tidak enak,” terang dokter spesialis paru tersebut.

3. Mengalihkan diri dengan kegiatan lain adalah upaya yang bagus untuk berhenti

Upaya Berhenti Merokok, Tidak Mudah namun Bukan Hal Mustahililustrasi olahraga (pexels.com/Tirachard Kumtanom)

Umumnya perokok memiliki kebiasaan tertentu dalam menggunakan rokok. Sebagai contoh, mereka terbiasa untuk merokok setelah makan atau merasa stres. Kebiasaan-kebiasaan ini sebenarnya dapat dialihkan dengan cara menggantinya lewat kebiasaan baru, seperti berolahraga atau ngemil makanan sehat.

“Ketika berolahraga, perokok bisa jadi lupa untuk mengisap batangannya. Jika ini dilakukan terus-menerus dan berulang kali, maka kebiasaan merokok itu perlahan-lahan akan hilang. Toh, karena olahraga, badannya juga makin bugar dan sehat,” komentar dr. Arka.

Baca Juga: Merokok Bisa Menyebabkan Gigi Goyang, Apa Penyebabnya?

4. Upaya berhenti merokok juga dibantu oleh tenaga profesional

Upaya Berhenti Merokok, Tidak Mudah namun Bukan Hal Mustahililustrasi koyo (allencarr.com.au)

Ada kalanya sekuat apa pun seorang perokok berusaha, ia tetap kesulitan dalam menghilangkan kebiasaan tersebut. Bila ini yang kamu alami, cobalah minta bantuan dari tenaga profesional.

Dijelaskan oleh dr. Arka, bantuan dari tenaga profesional ini memiliki banyak bentuk, tetapi umumnya terbagi menjadi dua jenis, yaitu farmakologis atau terapi menggunakan obat-obatan dan non-farmakologis. 

Bentuk terapi non-farmakologis bisa seperti hipnoterapi hingga pengubahan gaya hidup. Untuk terapi farmakologis, perokok akan diberikan obat sesuai dengan resep dokter. Obat ini umumnya berbentuk semacam koyo atau patch yang ditempelkan pada satu bagian tubuh, lalu pada waktu tertentu akan dilepas. Ada pula yang berbentuk seperti permen.

“Obat ini juga punya kandungan nikotin, tetapi tidak sebanyak rokok. Maka dari itu, penggunaannya tetap perlu sesuai resep dan anjuran dokter,” terang dr. Arka.

Untuk yang hasilnya lebih efektif, kombinasi terapi farmakologis dan non-farmakologis adalah yang paling baik karena punya angka keberhasilan yang lebih tinggi.

5. Seseorang bisa berhenti merokok bila memiliki motivasi yang kuat

Upaya Berhenti Merokok, Tidak Mudah namun Bukan Hal Mustahililustrasi rokok (pixabay.com/Tumisu)

Dalam urusan berhenti merokok, dr. Arka menyebutkan bahwa upaya paling efektif bagi seorang perokok adalah memiliki motivasi kuat untuk berhenti. Tanpa kekuatan mental tersebut, upaya-upaya medis yang sudah dilakukan tadi akan gagal.

Motivasi ini bisa didapat dari dukungan lingkungan serta orang-orang di sekitar.

“Kalau sekitarnya masih memicu seseorang untuk merokok dan perokok itu pun tak punya kemauan yang kuat untuk berhenti, maka terapi-terapi itu tidak akan berhasil walaupun sudah beberapa kali dilakukan,” dr. Arka memperingatkan.

6. Rokok elektrik bukanlah solusi untuk berhenti merokok

Upaya Berhenti Merokok, Tidak Mudah namun Bukan Hal Mustahililustrasi vape (unsplash.com/VapeClubMY)

Banyak orang yang mengira bahwa rokok elektrik atau biasa disebut vape adalah salah satu upaya untuk berhenti merokok. Dokter Arka menjelaskan, cairan dari rokok elektrik masih tetap mengandung nikotin yang membuat seseorang kecanduan.

Hal itu membuat kegiatan mengisap rokok elektronik kurang lebih akan sama saja dengan rokok konvensional atau malah bisa membuatnya lebih parah.

"Nikotin dalam cairan lebih susah untuk diukur. Bisa jadi kadar nikotinnya lebih banyak."

7. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membersihkan diri dari pengaruh nikotin rokok

Upaya Berhenti Merokok, Tidak Mudah namun Bukan Hal Mustahililustrasi berhenti merokok (IDN Times/Nurulia R. Fitri)

Berhenti merokok adalah sebuah proses. Tidak semua orang mampu mengubah kebiasaan tersebut dalam waktu selama. Beberapa orang mungkin butuh waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun lamanya.

Efek berhenti merokok pun tidak langsung dirasakan, butuh waktu untuk tubuh membersihkan dirinya dari paparan rokok apalagi dalam jangka waktu lama. Akan tetapi, percayalah bahwa manfaat berhenti merokok jauh lebih besar.

“Untuk benar-benar mengurangi risiko penyakit kronis dari merokok, setidaknya butuh waktu lebih dari 10 tahun setelah berhenti merokok. Risikonya kurang lebih sudah berkurang hingga setara dengan orang yang tidak merokok,” kata dr. Arka.

Berhenti merokok memang tidak mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Selama kamu punya tekad kuat untuk berhenti dan didukung upaya nyata, kamu bisa, kok, terlepas dari jeratnya!

Kalau kamu merasa butuh bantuan profesional untuk berhenti merokok, jangan ragu untuk konsultasi ke dokter, misalnya ke dokter spesialis paru-paru. Mereka akan mendampingi dan memberi nasihat medis serta perawatan yang tepat agar kamu bisa secepatnya berhenti merokok.

Baca Juga: 7 Masalah pada Mata yang Disebabkan oleh Kebiasaan Merokok

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya