ilustrasi bermain air hujan (pexels.com/Janntul Hasan)
Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap infeksi cacing karena mereka sering bermain di tanah, lupa mencuci tangan, atau memasukkan benda ke dalam mulut. Banyak dari mereka tinggal atau bersekolah di lingkungan yang tidak higienis, seperti tanah yang becek, genangan air, atau halaman sekolah yang tidak bersih. Dalam kondisi seperti ini, risiko paparan terhadap telur cacing menjadi sangat tinggi.
Selain itu, tidak semua sekolah memiliki fasilitas kebersihan yang memadai. Kurangnya tempat cuci tangan, air bersih, atau sabun di sekolah membuat anak-anak sulit menjaga kebersihan diri. Jika infeksi terjadi terus-menerus, cacing bisa menyerap nutrisi dari tubuh anak sehingga menyebabkan kekurangan gizi, lemas, bahkan penurunan konsentrasi saat belajar. Masalah ini kemudian berdampak lebih luas pada kualitas pendidikan dan tumbuh kembang anak.
Cacingan tetap menjadi masalah kesehatan yang mengakar di Indonesia karena kombinasi antara lingkungan yang tidak mendukung kebersihan, rendahnya edukasi, dan kurangnya keberlanjutan program pengobatan. Meski tergolong penyakit yang bisa dicegah dan diobati, pengendalian cacingan memerlukan kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan tenaga kesehatan. Tanpa intervensi yang menyeluruh dan berkelanjutan, infeksi cacing akan terus menjadi hambatan bagi peningkatan kualitas hidup, terutama pada kelompok rentan seperti anak-anak.