Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Kuku Panjang Bisa Jadi Sumber Cacingan?

ilustrasi kuku panjang (unsplash.com/DESIGNECOLOGIST)
ilustrasi kuku panjang (unsplash.com/DESIGNECOLOGIST)
Intinya sih...
  • Kuku panjang bisa jadi sumber cacingan karena tempat berkembang biaknya kotoran, bakteri, dan telur cacing.
  • Perlu menjaga kebersihan kuku asli maupun palsu dengan memotong dan membersihkannya secara teratur untuk menghindari penyebaran infeksi.
  • Cacingan dapat menimbulkan gejala seperti pembengkakan kulit, nyeri, penebalan kuku, gatal di bokong, dan keluarnya cacing yang tampak seperti benang putih pendek bersama feses.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kuku panjang kini bukan sekadar bagian tubuh, tetapi sudah menjelma menjadi tren kecantikan. Dari selebriti hingga masyarakat umum, banyak yang menampilkan kuku panjang yang rapi dan menawan. Tidak sedikit pula yang rela menghabiskan waktu berjam-jam di salon dan merogoh kocek cukup dalam demi mendapatkan kuku panjang.

Namun, di balik itu, kuku panjang menyimpan risiko. Bagian bawah kuku bisa menjadi tempat berkumpulnya kotoran, bakteri, hingga telur cacing. Jika kebersihannya tidak dijaga dengan baik, kuku panjang bisa berubah dari aksesori kecantikan menjadi pintu masuk beragam penyakit, termasuk cacingan. Dengan kata lain, kuku panjang memang menambah daya tarik visual, tetapi juga menuntut perhatian ekstra pada aspek kebersihannya.

1. Kenapa kuku panjang bisa jadi sumber cacingan

Kuku panjang dikaitkan dengan cacing terutama karena dapat menjadi tempat berkembang biaknya kotoran dan telur cacing, yang sulit dibersihkan dengan benar.

Infeksi cacing, terutama helminthiasis, sering ditularkan melalui tangan yang tidak bersih, dan kuku yang panjang menyediakan tempat yang aman bagi telur cacing untuk menumpuk. Jika tangan tidak dicuci bersih, telur-telur ini dapat tertelan saat makan atau menyentuh mulut, yang menyebabkan infeksi. 

Selain itu, kuku panjang juga menjadi tempat berkembang biaknya bakteri dan jamur, sehingga meningkatkan risiko penyebaran berbagai infeksi. Kebersihan kuku yang tepat, termasuk pemotongan dan pembersihan kuku secara teratur, sangat penting untuk mengurangi risiko ini.

2. Berlaku untuk kuku asli maupun palsu

Makin panjang kuku, semakin luas permukaan tempat mikroorganisme dapat menempel. Studi telah menemukan 32 bakteri berbeda dan 28 jamur berbeda di bawah kuku. Ini berlaku untuk kuku palsu panjang, kuku asli panjang, kuku gel, kuku akrilik, atau cat kuku, karena ada kemungkinan lebih besar membawa mikroorganisme yang membuatnya lebih sulit didekontaminasi dengan mencuci tangan atau menggosok.

3. Tanda dan gejala cacingan

ilustrasi memotong kuku yang panjang (freepik.com/aufa)
ilustrasi memotong kuku yang panjang (freepik.com/aufa)

Infeksi cacingan di kuku tangan dan kaki sering kali menimbulkan gejala berupa pembengkakan kulit di sekitar kuku, nyeri di sekitar kuku, atau penebalan kuku. Selain pada jari tangan dan kaki, gejala cacingan juga bisa muncul di bagian lain tubuh, seperti:

  • Gatal di bokong, yang mungkin menjadi merah dan meradang karena digaruk.

  • Sering merasa tidak enak badan.

  • Sulit tidur nyenyak.

  • Nafsu makan berkurang.

Pada perempuan, mungkin juga ada kemerahan dan gatal di sekitar area vagina. Cacing mungkin juga keluar bersama dengan feses yang tampak seperti benang putih pendek. Kemudian, jika dilihat dengan senter, benang ini tampak bergerak.

4. Kematian bayi terkait dengan kuku panjang

Kuku panjang bisa meningkatkan risiko penularan penyakit. Karena alasan inilah hampir semua tenaga kesehatan diwajibkan untuk menjaga kuku tetap pendek. 

Kasus tragis pernah terjadi di sebuah rumah sakit di Oklahoma City, Amerika Serikat. Dua perawat diduga berkontribusi terhadap kematian 16 bayi pada tahun 1997 dan 1998 karena bakteri yang ditemukan di bawah kuku panjang mereka, seperti dilaporkan The New York Times.

Ahli epidemiologi memang menemukan adanya kaitan antara kematian bayi di unit perawatan neonatal dengan bakteri di bawah kuku, meskipun tidak terbukti sebagai penyebab pasti. Hanya saja, bakteri dan parasit di bawah kuku tidak bisa benar-benar dihilangkan meskipun sudah cuci tangan dengan sabun.

5. Tips menjaga kebersihan kuku sehari-hari

Untuk membantu mencegah penyebaran kuman dan infeksi kuku:

  • Jaga agar kuku tetap pendek dan potonglah sesering mungkin.

  • Gosok bagian bawah kuku dengan sabun, air, dan sikat kuku setiap kali kamu mencuci tangan.

  • Bersihkan alat perawatan kuku (seperti pemotong kuku dan kikir) sebelum digunakan.

  • Di tempat komersial seperti salon kuku di mana peralatan kuku digunakan bersama, sterilkan alat perawatan kuku sebelum digunakan.

  • Jangan menggigit kuku.

  • Jangan memotong kutikula, karena kutikula bertindak sebagai penghalang untuk mencegah infeksi. 

  • Jangan pernah merobek atau menggigit bintil kuku. Sebaliknya, potonglah dengan pemotong kuku yang bersih dan steril.

Kuku panjang memang terlihat keren, tetapi bisa jadi sarang penyakit kalau tidak dirawat dengan baik. Telur cacing, bakteri, hingga jamur bisa bersembunyi di bawah kuku tanpa kita sadari. Jadi, kalau ingin tetap sehat, pastikan kebersihan kuku selalu terjaga, atau lebih aman lagi, potong kuku secara rutin agar risiko cacingan dan infeksi bisa dihindari.

Referensi

"Healthy Habits: Nail Hygiene." CDC. Diakses pada Agustus 2025.
"Study Links Bacteria, Long Nails and Baby Deaths." The New York Times. Diakses pada Agustus 2025.
"Worms." Royal Children’s Hospital Melbourne. Diakses pada Agustus 2025.
"Long Nails Are In, but What Lies Underneath? Bacteria and Fungi, an Expert Says." USA TODAY. Diakses pada Agustus 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Nuruliar F
EditorNuruliar F
Follow Us