Olahraga saat Kualitas Udara Buruk Picu Penyakit Kardiovaskular

Cek dulu kualitas udara sebelum olahraga di luar ruangan

Penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke adalah salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Selain usia, pola hidup sedenter bisa meningkatkan risiko terkena penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, salah satu kiat untuk mencegah penyakit kardiovaskular adalah dengan berolahraga.

Meski begitu, ternyata ada beberapa pertimbangan sebelum olahraga di luar. Salah satunya adalah kualitas udara. Jika kualitas udara sedang buruk, baiknya olahraga di dalam rumah atau dalam ruangan saja. Kalau memaksakan diri berolahraga saat tingkat polusi udara sedang tinggi, yang ada risiko mengembangkan penyakit kardiovaskular meroket!

1. Dibuktikan oleh sebuah studi di Korea Selatan yang melibatkan hampir 1,5 juta orang

Olahraga saat Kualitas Udara Buruk Picu Penyakit Kardiovaskularilustrasi joging di area outdoor (timeout.com)

Dimuat dalam European Heart Journal pada Juli 2021, sebuah penelitian di Korea Selatan (Korsel) yang dipimpin oleh Seoul National University College of Medicine ingin mencari tahu dampak polusi udara terhadap aktivitas fisik serta risiko penyakit kardiovaskular.

Dengan National Health Insurance Service (NHIS) di Korsel, para peneliti mendapatkan 1.469.972 partisipan dewasa muda berusia 20-39 tahun. Untuk memantau kualitas udara, para peneliti Korsel menggunakan National Ambient Air Monitoring System dan membagi kualitas udara menjadi:

  • Rendah ke sedang (kurang dari 49,92 mikrogram per meter kubik [PM10] dan kurang dari 26,43 mikrogram per meter kubik [PM2.5])
  • Tinggi (lebih dari 49,92 mikrogram per meter kubik [PM10] dan lebih dari 26,43 mikrogram per meter kubik [PM2.5])

2. Pengukuran aktivitas fisik para partisipan

Olahraga saat Kualitas Udara Buruk Picu Penyakit Kardiovaskularilustrasi warga Korea Selatan bersepeda di Seoul (m.koreatimes.co.kr)

Para peneliti memantau hampir 1,5 juta partisipan tersebut dalam periode 9 tahun (2009-2018). Selama pemeriksaan kesehatan rutin, para partisipan juga diukur aktivitas fisiknya dua kali, pada 2009 dan 2012. Dikonversi ke metabolic exercise task (MET) menit per minggu (MET-min/week), para partisipan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:

  • 0 MET-minute/week (tidak aktif secara fisik)
  • 1-499 MET-min/week
  • 500-999 MET-min/week
  • 1000 atau lebih MET-min/week

Sebagai catatan, European Society of Cardiology merekomendasikan aktivitas fisik pada 500-999 MET-min/week. Tidak sulit, target ini bisa dicapai dengan berlari atau bersepeda selama 75-150 menit per minggu atau joging dan bersepeda santai selama 150-300 menit per minggu.

3. Hasil: terpapar polusi saat olahraga berisiko buat jantung dan pembuluh darah

Olahraga saat Kualitas Udara Buruk Picu Penyakit Kardiovaskularilustrasi warga Tiongkok olahraga di tengah kondisi polusi udara tinggi (runnersworld.com)

Para peneliti juga menyertakan faktor-faktor pemicu penyakit kardiovaskular seperti jenis kelamin, usia, pendapatan, indeks massa tubuh (BMI), kebiasaan merokok, hingga konsumsi alkohol. Para peneliti mencatat 8.706 kejadian penyakit kardiovaskular.

Pada partisipan yang terpapar pada PM2.5 tinggi, aktivitas fisik 0-1.000 MET-min/week justru meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 33 persen. Artinya, 108 dari 10.000 orang bisa mengembangkan penyakit kardiovaskular. Hal ini lebih buruk dibandingkan mereka yang tidak aktif secara fisik dan tidak meningkatkan intensitas aktivitas fisik.

"Tidak seperti kelompok paruh baya di atas 40 tahun, aktivitas fisik yang berlebihan tidak selalu bermanfaat bagi kesehatan kardiovaskular pada kaum dewasa muda, terutama saat terpapar polusi udara konsentrasi tinggi," ujar salah satu peneliti, Dr. Seong Rae Kim.

Baca Juga: Gambaran Kondisi Nyata Udara, yuk Pahami Apa Itu Indeks Kualitas Udara

4. Namun, tidak berolahraga juga tingkatkan risiko penyakit kardiovaskular

Olahraga saat Kualitas Udara Buruk Picu Penyakit Kardiovaskularilustrasi gaya hidup pasif dan kurang gerak (dnaindia.com)

Di sisi lain, di antara mereka yang terpapar PM2.5 tingkat rendah ke sedang, aktivitas fisik 0-1.000 MET-min/week meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 27 persen dibandingkan mereka yang bergaya hidup tidak aktif. Dengan kata lain, 49 dari 10.000 orang berisiko mengembangkan penyakit kardiovaskular.

Akan tetapi, Seong tetap mengingatkan bahwa risiko penyakit kardiovaskular juga mengintai para dewasa muda yang mencetak skor MET-min/week rendah. Pada kelompok polusi udara konsentrasi rendah, makin kurang aktivitas fisik, makin bertambah risiko penyakit kardiovaskular.

"Kami menemukan bahwa pada dewasa muda berusia 20-39 tahun di kelompok polusi udara konsentrasi rendah, risiko penyakit kardiovaskular (stroke dan serangan jantung) meningkat seiring menurunnya jumlah aktivitas fisik," papar Seong, dilansir Science Daily.

5. Kekurangan penelitian tersebut

Olahraga saat Kualitas Udara Buruk Picu Penyakit Kardiovaskularilustrasi polusi udara (unsplash.com/Amir Hosseini)

Ada beberapa kekurangan yang perlu disorot dari penelitian tersebut. Pertama, penelitian ini tidak menunjukkan kausalitas bahwa polusi udara yang meningkatkan risiko kardiovaskular. Para peneliti hanya menemukan hubungan asosiasi antara keduanya.

Kedua, tak ada keterangan konkret apakah olahraga yang dilakukan oleh partisipan dilaksanakan di dalam atau di luar ruangan. Meski kecil, para partisipan mungkin salah mengingat jumlah aktivitas fisik, sehingga dapat memengaruhi penelitian.

Kekurangan terakhir adalah pemantauan PM2.5 yang tidak merata. Dalam penelitian tersebut, para peneliti Korsel hanya memantau partikulat tersebut di tiga kota besar Korsel, yaitu Seoul, Busan, dan Incheon.

6. Perlu adanya peningkatan kualitas udara demi mendukung manfaat olahraga

Olahraga saat Kualitas Udara Buruk Picu Penyakit Kardiovaskularilustrasi kesehatan jantung (diabetes.co.uk)

Kepala penelitian tersebut, Sang Min Park, menyimpulkan bahwa penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas fisik sesuai dengan rekomendasi European Society of Cardiology dapat menekan risiko penyakit kardiovaskular pada dewasa muda.

"Akan tetapi, saat tingkat polusi sedang tinggi, berolahraga melebihi batas rekomendasi justru malah berdampak sebaliknya," kata Sang.

Seong menyarankan bahwa kondisi udara di perkotaan harus ditingkatkan untuk mendukung manfaat olahraga pada generasi dewasa muda. Hal ini dikarenakan mereka berolahraga lebih dari kelompok usia lain selagi kapasitas fisik mereka sedang berada di kondisi terbaik.

"Terlepas dari manfaat kesehatan olahraga, jika kualitas udara tidak diperbaiki, hal ini dapat meningkatkan kejadian penyakit kardiovaskular," tandas Seong.

Baca Juga: Hati-hati, Ini 10 Risiko Kesehatan akibat Paparan Polusi Udara

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya