9 Pola Makan Minim Jejak Karbon, Jangan Buang Makanan!

Menjaga lingkungan bisa dari cara makan, kok

Sebagai penduduk Bumi, sudah seharusnya kalau kita hidup berdamai dengan alam. Seiring perkembangan zaman, manusia makin sadar bahwa pilihannya menentukan keseimbangan lingkungan Bumi. Salah satu caranya adalah menurunkan jejak karbon.

Jejak karbon bukan cuma dari kendaraan atau listrik, melainkan berasal dari makanan juga. Faktanya, sebuah penelitian di Inggris pada 2016 menunjukkan bahwa pola makan yang lebih berkelanjutan (sustainable) bisa mengurangi emisi gas rumah kaca dan pemborosan air hingga masing-masing 70 dan 50 persen.

Jadi, tak ada lagi alasan tidak tahu cara menjaga lingkungan. Inilah 9 cara untuk mengurangi jejak karbon lewat pola makan. Go green!

1. Jangan buang makanan

Sering tidak menghabiskan makanan dan pada akhirnya membuangnya? Tahukah kamu kalau sampah makanan adalah salah satu pemicu emisi gas rumah kaca terbesar di dunia? Ini karena sisa makanan membusuk dan mengeluarkan gas metana, salah satu gas rumah kaca.

Dilansir Healthline, selama 100 tahun, gas metana berdampak 34 kali lebih parah dibanding karbon dioksida. Dalam sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Waste Management tahun 2018, setiap orang di Bumi umumnya membuang 194–389 kilogram (kg) makanan per tahun.

Jadi, kamu bisa mulai menjaga lingkungan dengan memahami mottainai (勿体無い), paham Jepang untuk tidak menyia-nyiakan makanan. Simpan makanan untuk esok hari dan rencanakan makanan sehari-hari agar tak ada yang terbuang.

2. Singkirkan kemasan plastik

9 Pola Makan Minim Jejak Karbon, Jangan Buang Makanan!ilustrasi menggunakan tas belanja sendiri (pexels.com/Sarah Chai)

Plastik jadi mimpi buruk manusia dalam menjaga alam. Masalahnya, sering kali makanan kita dibawa dengan kemasan plastik. Pemakaian plastik juga berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca.

Oleh karena itu, demi menjaga lingkungan, cobalah untuk mengurangi pemakaian plastik. Kamu bisa mulai mengurangi plastik dengan cara:

  • Tidak menggunakan kantong plastik saat membeli bahan makanan segar.
  • Bawa tas belanja sendiri.
  • Gunakan botol air minum yang bisa digunakan berulang kali.
  • Simpan makanan di wadah berbahan kaca.
  • Kurangi membungkus makanan dari rumah makan, karena sering kali menggunakan stirofoam atau plastik.

3. Kurangi konsumsi daging

Daging memang nikmat dan mengenyangkan. Namun, berbagai riset menemukan bahwa di balik itu, alam dirugikan karenanya. Lewat sebuah studi tahun 2019 di Amerika Serikat (AS) yang melibatkan 16.800 partisipan, bahan makanan yang menghasilkan gas rumah kaca tertinggi adalah daging.

Mengapa daging bisa merusak lingkungan? Produksi ternak, terutama daging sapi dan produk sapi perah, berkontribusi terhadap gas emisi dari umat manusia sebanyak 14,5 persen. Tak harus langsung jadi vegan, kurangi konsumsi daging jadi 1 hidangan per hari atau cobalah sehari tak makan daging dalam seminggu.

4. Konsumsi protein nabati

9 Pola Makan Minim Jejak Karbon, Jangan Buang Makanan!ilustrasi kacang-kacangan (pexels.com/Mike)

Tidak makan daging, lantas dari mana sumber protein? Masih ada opsi protein nabati, seperti tahu atau tempe. Dengan mengutamakan protein nabati, kamu juga mengurangi emisi gas rumah kaca, lo!

Dari 16.800 partisipan dalam studi sebelumnya, emisi gas rumah kaca terkecil tercatat dari mereka yang mengonsumsi protein nabati tertinggi, seperti dari kacang-kacangan dan biji-bijian. Selain itu, mereka juga mencatat konsumsi protein hewani terendah (paling sedikit mengonsumsi daging dan produk ternak lain).

Masih ingin makan daging? Tidak masalah. Penelitian di Inggris pada 2014 yang melibatkan lebih dari 55.000 orang menemukan bahwa konsumsi daging 50–100 gram menghasilkan jejak karbon yang lebih sedikit dibanding mereka yang mengonsumsi lebih dari 100 gram.

Baca Juga: Mengurangi Makan Daging Bisa Cegah Kanker? Ini Faktanya!

5. Kurangi konsumsi produk ternak

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, produk ternak bisa menghasilkan jejak karbon. Dari susu hingga keju, sebuah riset di Belanda yang dimuat dalam jurnal BMC Public Health tahun 2018 mencatat bahwa produk ternak jadi penyebab emisi gas rumah kaca tertinggi kedua, di bawah daging.

Selain itu, hewan ternak menghasilkan kotoran yang juga mengeluarkan gas metana, karbon dioksida, nitrogen monoksida, dan amonia. Karena keju butuh banyak susu, maka emisi gas rumah kaca yang dihasilkan jauh lebih besar.

Oleh karena itu, kamu bisa coba mengganti opsi susu ternak dengan susu nabati, seperti susu kedelai. Toh, susu nabati juga tak kalah bergizi dibanding susu ternak, dan tak lupa, kalorinya juga lebih rendah!

6. Konsumsi makanan padat serat

9 Pola Makan Minim Jejak Karbon, Jangan Buang Makanan!ilustrasi konsumsi makanan berserat (freepik.com/yanalya)

Selain mengurangi daging, kamu juga bisa mengonsumsi serat lebih banyak. Selain lebih sehat, konsumsi makanan yang padat serat juga efektif mengurangi jejak karbon.

Kembali ke riset oleh para peneliti AS yang melibatkan 16.800 partisipan, konsumsi makanan padat serat dan minim lemak serta sodium adalah yang paling rendah emisi gas rumah kacanya. Salah satu alasannya kemungkinan besar adalah kamu lebih lama kenyang, sehingga perilaku konsumsi yang rentan jejak karbon jadi berkurang.

7. Budi daya bahan makanan sendiri

Kamu benar-benar sadar kesehatan dan peduli lingkungan? Kombinasikan passion-mu dan coba tanam sayur-mayur serta buah sendiri. Selain kamu bisa menghilangkan stres dan menjaga kesehatan mental, bahan makan produksi sendiri pastinya lebih sehat.

Di sisi lain, membudidayakan lahan bisa mengurangi jejak karbon juga. Dengan mengusahakan sayur-mayur dan buah-buahan sendiri, kamu mengurangi pemakaian plastik dan membeli produk makanan yang butuh transportasi (faktor yang berkontribusi terhadap kerusakan lingkungan).

8. Kurangi jumlah kalori

9 Pola Makan Minim Jejak Karbon, Jangan Buang Makanan!ilustrasi menu diet (pexels.com/Alexander Mils)

Tubuh butuh kalori untuk berfungsi. Namun, jika asupan kalori terlalu banyak, berat badan bisa meroket dan gangguan kesehatan lainnya mengintai. Selain itu, pola makan tinggi kalori juga bisa menyebabkan emisi gas rumah kaca.

Sebuah studi di Belanda tahun 2015 melibatkan 3.818 partisipan meneliti hubungan diet dan emisi gas rumah kaca. Hasilnya, mereka yang mengonsumsi lebih banyak kalori menghasilkan emisi gas rumah kaca lebih tinggi. Mereka yang menghasilkan gas rumah kaca mengonsumsi kalori 2,5 kali lebih tinggi.

Bukannya melarang asupan kalori, tetapi konsumsinya sebaiknya didasarkan pada struktur tubuh, usia, dan aktivitas. Jika kamu tidak tahu seberapa banyak kalori yang diperlukan, cobalah konsultasi ke ahli gizi. Selain itu, hindari makanan tinggi kalori yang rendah gizi seperti makanan siap saji.

9. Beli produk pangan lokal

Membudidayakan lahan sendiri terlalu sulit? Kamu bisa membeli produk pangan dari pengusaha lokal. Selain lebih segar dan sehat, ini bisa mengurangi jejak karbon. Tentu saja, kamu bisa menunjukkan rasa cintamu pada produk Tanah Air.

Untuk menumbuhkan sayur-mayur di luar musimnya, sering kali bahan-bahan ini diimpor atau membutuhkan banyak sumber daya agar bisa tumbuh. Selain sayur-mayur atau buah, beralihlah ke produk hewani lokal, dari telur hingga daging, bisa mengurangi jejak karbon.

Itulah pola makan untuk mengurangi jejak karbon dan menjaga lingkungan. Siap menerapkannya untuk pola makan sehari-hari? Yuk, jaga lingkungan mulai dari meja makan kita!

Baca Juga: Stop Bakar Sampah! Ini 11 Dampaknya pada Kesehatan dan Lingkungan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya