TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Bahaya yang Mengintai akibat Kebanyakan Makan Telur 

Apakah salah satunya adalah kolesterol tinggi?

ilustrasi makan telur (pexels.com/Mikhail Nilov)

Telur, terutama telur ayam, merupakan makanan yang dikonsumsi sejuta umat. Ini karena telur mudah didapat, murah, bernutrisi, serta mudah diolah menjadi berbagai rupa makanan. Tak aneh bila telur ada dalam menu makan pagi, siang, dan malam. Meski menyehatkan, tetapi kebanyakan makan telur juga tidak disarankan karena bahaya yang mengintai.

Berikut ini adalah beberapa risiko kesehatan yang bisa kamu alami bila mengonsumsi telur terlalu banyak.

1. Memengaruhi kadar kolesterol

ilustrasi makan telur (pexels.com/Vlada Karpovich)

Bila dikonsumsi secara bijak dalam jumlah yang tidak berlebihan, telur terbukti mendatangkan banyak manfaat sehat, bahkan bisa membantu penanganan kolesterol. Akan tetapi, yang jadi masalah adalah konsumsinya yang terlalu banyak.

Ya, telur bisa bikin kolesterol naik bukanlah mitos. Sebutir telur berukuran besar mengandung 186 mg kolesterol, yang mana jumlah tersebut sudah lebih dari setengah rekomendasi, yaitu 300 mg. Kalau piring sarapanmu berisi dua telur, berarti asupan kolesterol harian sudah lebih dari batas rekomendasi.

Dilansir Mayo Clinic, bila ingin membatasi asupan kolesterol kamu bisa menggunakan putih telurnya saja. Putih telur tidak mengandung kolesterol, tetapi protein. Ingat, sumber tak cuma telur, tapi juga dari makanan lainnya seperti yoghurt, daging, keju, dan sebagainya.

Baca Juga: Makan Telur Setengah Matang, Apakah Sehat? Ini Penjelasannya!

2. Berisiko terhadap kesehatan jantung?

ilustrasi kesehatan jantung (freepik.com/pressfoto)

Kolesterol jahat sering menyebabkan risiko yang berkaitan dengan penyakit jantung, dan pada kasus telur tidak berbeda. Bicara tentang kesehatan jantung, konsumsi kuning telur memang perlu diperhatikan.

Dilansir Eat This Not That!, pasien dengan risiko penyakit kardiovaskular harus membatasi asupan kuning telur. Umumnya, dokter merekomendasikan untuk berhenti makan kuning telur setelah pasien mengalami stroke atau serangan jantung (infark miokardial).

Ada beberapa studi yang menemukan bahwa konsumsi telur dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Misalnya, satu studi dalam The American Journal of Clinical Nutrition tahun 2016, diet phosphatidylcholine, yang berasal dari telur, terbukti memberikan efek negatif pada jantung. Satu lagi, studi dalam jurnal JAMA tahun 2019, menyebut bahwa konsumsi kolesterol atau telur yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian yang lebih tinggi.

Akan tetapi, studi dalam jurnal BMJ tahun 2020 menemukan hal sebaliknya, bahwa orang yang makan telur sehari tidak lebih mungkin mengalami serangan jantung atau stroke daripada mereka yang menghindari telur.

“Konsumsi telur dalam jumlah sedang hingga satu butir telur per hari tidak terkait dengan risiko penyakit kardiovaskular secara keseluruhan,” kata pemimpin studi Jean-Philippe Drouin-Chartier dari Laval University, Kanada, dan Harvard TH Chan School of Public Health, Amerika Serikat (AS), mengutip Reuters.

Namun, peneliti memperkirakan, orang yang mengganti satu telur sehari dengan satu porsi daging merah akan 15 persen lebih mungkin mengalami kejadian seperti serangan jantung dan stroke. Mengganti telur dengan daging yang tidak diproses dikaitkan dengan risiko penyakit jantung 10 persen lebih tinggi, dan menukar telur dengan satu porsi susu full fat dikaitkan dengan risiko 11 persen lebih besar.

Mengganti telur dengan ikan, unggas, kacang-kacangan, keju, dan kacang-kacangan tampaknya tidak mengubah risiko penyakit jantung.

Ditekankan pula bahwa yang paling fundamental adalah pola diet secara keseluruhan, harus sehat dan bergizi seimbang. Beberapa pola makan yang disarankan adalah diet DASH atau diet Mediterania.

3. Perut kembung

ilustasi gangguan pencernaan (pexels.com/SoraShimazaki)

Bukan tak mungkin bila setelah makan banyak telur kamu mengalami masalah pencernaan, misalnya kembung, bergas, atau sakit perut. Akan tetapi, risiko ini nyata bila seseorang memiliki alergi makanan atau intoleransi yang tidak terdiagnosis.

Dilansir Healthline, gejala intoleransi telur bisa berupa sakit perut atau kembung, kram perut, diare, mual atau muntah, serta bisa juga sakit kepala. Gejala alergi biasanya akan dirasakan langsung setelah konsumsi telur, tetapi gejala intoleransi bisa muncul hingga beberapa jam atau hari setelah makan telur.

4. Lebih resistan terhadap insulin

ilustrasi telur rebus (pexels.com/JaneD)

Telur mengandung lemak alami, tetapi lemak alami tetaplah lemak. Terutama setelah dikonsumsi berlebihan, lemak pada telur bisa punya efek nyata pada gula darah. Mereka dapat meningkatkan resistansi insulin, yang berarti gula dalam darah tidak digunakan untuk energi seperti semestinya.

Sebagai akibatnya, pankreas akan memproduksi lebih banyak insulin dan kadar gula darah akan naik. Pada orang-orang dengan penyakit kardiovaskular atau diabetes tipe 2, sebaiknya kurangi dan batasi konsumsi telur.

Meski demikian, untuk telur bisa mengakibatkan efek merugikan tersebut, jumlah yang dikonsumsi harus signifikan dalam satu waktu. Dilansir Healthline, makan hingga tiga butir telur dalam sehari sudah cukup untuk mendapat efek sehat buat jantung (seperti omega-3 dan protein) tanpa mengalami efek samping buruk dari makan terlalu banyak telur.

Baca Juga: Telur Bebek vs Telur Ayam, Mana yang Lebih Baik untuk Kesehatan?

Verified Writer

Basri W Pakpahan

Menulis untuk Memperbaiki Diri

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya