TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Benarkah Menghirup Uap Panas Bisa Membunuh Virus Penyebab COVID-19?

Hingga kini masih belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya

ilustrasi uap panas (pexels.com/Artem Mizyuk)

Kasus COVID-19 masih meningkat hingga saat ini. Beberapa orang yang terkonfirmasi positif mungkin disarankan untuk menjalani isolasi mandiri atau isoman di rumah.

Saat menjalani isoman, terkadang keluarga atau teman memberi tips atau informasi agar lekas pulih. Salah satu kabar yang kerap beredar yaitu tentang terapi menghirup uap panas yang disebut-sebut bisa membunuh virus penyebab COVID-19. Benarkah faktanya demikian? Agar tidak salah kaprah, simak terus penjelasannya di bawah ini, ya!

1. Kabar mengenai menghirup uap panas dapat membunuh virus

ilustrasi uap panas (pexels.com/Pixabay)

Banyak informasi seputar kesehatan yang menyebar dengan cepat terutama di masa pandemik ini. Salah satu kabar yang beredar menyebutkan bahwa menghirup uap panas bisa diandalkan untuk menyembuhkan COVID-19.

Cara tersebut diklaim dapat membunuh virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang berada di saluran pernapasan. Faktanya, klaim ini tidak benar.

Baca Juga: Apakah Obat Herbal Bisa Tangani Batuk COVID-19 Varian Omicron?

2. Jadi, fakta atau mitos?

ilustrasi menghirup uap panas (pexels.com/Pixabay)

Kabar mengenai menghirup uap panas dapat menyembuhkan COVID-19 dibantah oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) dan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19). Dikatakan kalau klaim ini keliru.

Hingga saat ini, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa menghirup uap panas dapat menyembuhkan COVID-19. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr. dr. Eka Ginanjar, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, FICA, MARS, menjelaskan bahwa tindakan tersebut tidak memberi manfaat karena virus sudah berada di dalam sel tubuh, meskipun awalnya virus masuk melalui media droplet, mengutip laman resmi Kominfo.

Juga dijelaskan pada laman Satgas COVID-19, menambahkan minyak eukaliptus ke dalam air panas juga belum terbukti secara ilmiah dapat membunuh virus corona.

3. Masih belum ada penelitian

ilustrasi air mendidih (pexels.com/RODNAE Productions)

Laporan berjudul "Using heat to kill SARS‐CoV‐2" yang diterbitkan dalam jurnal Reviews in Medical Virology tahun 2020 menunjukkan bahwa suhu tinggi tertentu dapat membunuh virus penyebab COVID-19.

Akan tetapi, studi tersebut meneliti efek suhu tinggi pada virus yang berada di permukaan benda. Jadi, meskipun suhu tinggi bisa melemahkan virus corona di permukaan benda, tetapi metode ini belum tentu dapat diaplikasikan saat virus sudah masuk ke dalam tubuh manusia, seperti mengutip laman Satgas COVID-19.

Diterangkan pula pada laman resmi Universitas Gadjah Mada, eukaliptus memang memiliki kandungan yang berpotensi sebagai antivirus. Namun, penelitian terhadap virus penyebab COVID-19 masih terbatas pada penelitian in vitro dan penelitian melalui simulasi komputer, sehingga masih perlu penelitian lebih lanjut.

4.Menghirup uap panas tidak mengurangi keluhan pilek

ilustrasi anak mengalami selesma atau pilek (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Menurut penelitian berjudul "Steam inhalation and paediatric burns during the COVID-19 pandemic" dalam jurnal The Lancet tahun 2020, metode menghirup uap merupakan salah satu cara tradisional yang sering diandalkan untuk meringankan gejala pilek atau infeksi saluran pernapasan atas.

Secara teori, uap panas yang dihirup dapat mengencerkan mukus atau lendir, tetapi bukti ilmiah akan metode ini dianggap masih lemah. 

Penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengurangan gejala setelah menggunakan terapi menghirup uap untuk mengatasi pilek atau selesma. Bahkan, cara ini dianggap oleh para peneliti berbahaya karena dapat menyebabkan luka lepuh.

Baca Juga: Memahami Fenomena COVID Shame, saat Terkena COVID-19 Menjadi Aib

Verified Writer

Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya