TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Manfaat Penting Yoga untuk Faktor Risiko Penyakit Gagal Jantung

Yoga dapat membantu menurunkan faktor risiko gagal jantung

Olahraga yoga/ Pixabay

Menurut WHO, salah satu penyakit mematikan di dunia adalah penyakit gagal jantung. Dikutip dari catatan Yayasan Jantung Indonesia, penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia yang mengakibatkan 18,7 juta kematian per tahun.

Penyakit gagal jantung memiliki beberapa faktor risiko yang pada umumnya ditemukan, yaitu hipertensi, dislipidemia, obesitas, diabetes, merokok, dan stres psikologis. Berbagai faktor risiko yang muncul dari penyakit gagal jantung ini dapat diminimalisir dengan melakukan yoga.

Yoga merupakan jenis latihan yang mudah dan murah untuk dilakukan. Oleh karena itu, yoga menjadi salah satu latihan yang disarankan untuk menurunkan faktor risiko penyakit gagal jantung.

Penasaran dengan manfaat yoga untuk faktor risiko penyakit gagal jantung? Yuk, simak penjelasannya!

1. Yoga dan hipertensi

Gerakan yoga/ Pixabay

Berdasarkan studi Innes KE dan Vincent HK kepada responden dewasa maupun lansia penderita diabetes, hipertensi, atau penyakit jantung koroner, yoga yang dilakukan selama 40 hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 3,9-13,9% dan diastolik sebesar 5,8-15,8% dari nilai sistolik dan diastolik awal. 

Yoga sangat penting dilakukan bagi penderita hipertensi karena menunjukkan perbaikan pada tekanan darah sistolik dan diastolik dibandingkan dengan kelompok yang tidak melakukan olahraga sama sekali.

2. Yoga dan gula darah

Gerakan yoga/ Pixabay

Latihan yoga dapat mempengaruhi kadar gula darah, hemoglobin terglikasi (HbA1c), dan insulin. Berdasar pada penelitian oleh Singh, dkk., kombinasi yoga dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dapat memberi hasil yang baik jika dibandingkan dengan responden yang hanya mendapat OHO. Hasil dari kombinasi OHO dan latihan yoga dapat menurunkan rerata gula darah puasa (GDP) (38,23 vs 7 mg/dL), gula darah postprandial (GDPP) (61,6 vs 10,04 mg/dL), serta kadar insulin (9,05 vs 2,02 mU/L).

Dalam penelitian yang dilakukan Innes, dkk. ditemukan terdapat penurunan rerata yang bermakna dari gula darah puasa (GDP), gula darah postprandial (GDPP), kadar insulin, hemoglobin terglikasi (HbA1c), dan fruktosamin pada responden yang melakukan yoga selama 15 hari dibandingkan dengan kelompok responden yang tidak melakukan yoga, jalan cepat, diet vegetarian rendah lemak, ataupun terapi standar dengan olahraga ringan. 

3. Yoga dan gangguan psikologis

Gerakan yoga/ Pixabay

Menurut Bussing, dkk., latihan yoga dapat menurunkan kondisi stres dengan hasil yang bermakna, yaitu sama dengan terapi lain seperti relaksasi, menari, serta cognitive behavioural therapy. Stres pada responden yang dialami akibat setelah terjadinya bencana alam, aksi terorisme, atau peperanganan, dapat diminimalisir dengan yoga. Selain itu, yoga juga dapat mengurangi ansietas secara bermakna dibandingkan relaxation responseexamination anxiety, serta terapi medikamentosa.

4. Yoga dan kebiasaan merokok

Gerakan yoga/ Pixabay

Berdasarkan studi oleh Bock BC, dkk., latihan yoga selama 8 minggu dapat mengurangi kebiasaan merokok yang lebih bermakna dibandingkan cognitive behavioural therapy. Kemungkinan responden untuk berhenti merokok selama 24 jam atau 7 hari meningkat setelah melakukan yoga.

Selain itu, meta-analisis yang dilakukan oleh Todd, dkk., menyatakan bahwa latihan yoga mampu menurunkan keinginan merokok, meningkatkan kepatuhan untuk tidak merokok, dan meningkatkan keinginan untuk berhenti merokok.

Baca Juga: 5 Tempat Yoga di Sanur, Nyaman dan Terjangkau

Verified Writer

Lia Dee

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya