TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Studi: Berada Dalam Hubungan Bahagia Bikin Orang Lebih Gemuk

Bisa jadi karena tak lagi memperhatikan penampilan

ilustrasi pasangan bahagia (pexels.com/Matheus Bertelli)

Ada banyak hal yang bisa membuat berat badan kita bertambah. Mulai dari genetika, pola makan, hingga tingkat kebahagiaan. Ya, hidup bahagia membuat kita lebih mungkin mengalami peningkatan berat badan.

Kamu mungkin pernah mengalami hal ini. Saat berada dalam hubungan yang sehat dan membahagiakan, kamu jadi lebih sulit mengontrol berat badan. Nah, ternyata hal ini bisa dijelaskan secara ilmiah, lo! Di sini, kamu akan diajak memahami bagaimana menjalani hidup bahagia dapat meningkatkan berat badan.

1. Studi

ilustrasi pasangan bahagia (freepik.com/our-team)

Sebuah penelitian melacak berat badan lebih dari 8.000 orang. Tim peneliti menemukan bahwa rata-rata berat badan perempuan yang sudah menikah bertambah 10 kg dalam lima tahun pertama pernikahan. Perempuan yang tinggal bersama pasangannya, tetapi tidak menikah, mengalami kenaikan berat badan sebanyak 8 kg. Sementara itu, perempuan yang menjalin long distance relationship bertambah berat badannya sebesar 7 kg. Laki-laki juga mengalami peningkatan berat badan, tetapi tidak signifikan. Sebagai informasi, penelitian ini hanya mengamati pasangan heteroseksual (Obesity, 2012).

Penelitian lainnya mencatat bahwa pengantin baru yang bahagia dengan pernikahannya cenderung mengalami peningkatan indeks masa tubuh (IMT). Sebaliknya, pasangan yang tidak bahagia cenderung mengalami penurunan IMT. Para peneliti menyimpulkan bahwa alasan pasangan bahagia mengalami kenaikan berat badan adalah karena mereka kurang termotivasi menjaga berat badan ketika tidak perlu menarik perhatian pasangan (Health Psychology, 2013).

Baca Juga: Mengapa Olahraga Bersepeda Aman bagi Penderita Obesitas?

2. Hormon pembuat bahagia juga membuat berat badan bertambah

ilustrasi orang menimbang berat badan (freepik.com/rawpixel.com)

Kelenjar berbeda dalam tubuh kita menghasilkan hormon yang memiliki peran dalam berbagai proses tubuh. Salah satu hormon tersebut adalah dopamin, yang juga dikenal sebagai hormon bahagia.

Diterangkan dalam laman HealthShots, dopamin membantu meningkatkan perasaan positif, termasuk kebahagiaan dan kesenangan. Tubuh memproduksi lebih banyak dopamin saat kita makan makanan yang berkalori tinggi.

Dilansir Food NDTV, serotonin juga telah diidentifikasi sebagai hormon yang berkontribusi terhadap obesitas dan diabetes dengan menghambat kemampuan tubuh untuk membakar kalori. Sebaliknya, menghambat produksi hormon serotonin mungkin sangat efektif untuk membalikkan obesitas dan penyakit metabolik terkait, termasuk diabetes.

3. Pertambahan berat badan itu menular

ilustrasi pasangan suami istri sedang makan bersama (pexels.com/cottonbro)

Dalam penelitian, para peneliti mencatat bahwa beralih dari status lajang atau berkencan, menjadi menikah, berhubungan lurus dengan obesitas (Obesity, 2012). Perempuan yang tinggal bersama pasangannya memiliki peluang lebih besar mengalami obesitas dalam waktu satu tahun, dan peluang laki-laki meningkat dalam dua tahun. Secara keseluruhan, pasangan suami istri kemungkinan besar akan mengalami kenaikan berat badan dalam waktu dua tahun.

Ini disebut konkordansi, yang mana jika salah satu pasangan suami istri mengalami obesitas, pasangannya mempunyai peluang 37 persen lebih tinggi untuk mengalami obesitas juga. Alasannya, perilaku itu menular. Saat kamu menghabiskan waktu bersama seseorang, kamu cenderung melakukan aktivitas yang sama, termasuk makan.

4. Orang yang memiliki hubungan bahagia cenderung kurang memperhatikan penampilan

ilustrasi pasangan bahagia (pexels.com/Jack Sparrow)

Metaanalisis dari sembilan penelitian yang mengamati perilaku orang-orang di Eropa menemukan bahwa orang yang belum pernah menikah cenderung memiliki IMT yang lebih rendah. Para peneliti berpendapat hal ini terjadi karena orang yang menikah kurang memperhatikan lemak makanan dan berat badan mereka (Social Science & Medicine, 2015).

Selain itu, laki-laki yang sudah menikah juga diketahui lebih jarang berolahraga daripada laki-laki yang masih lajang. Hal ini kemungkinan karena mereka kurang memedulikan penampilan.

Baca Juga: Studi: Fruktosa Jadi Penyebab Utama Meningkatnya Kasus Obesitas

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya