TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengapa Stres Bisa Bikin Kita Sakit Perut?

Bisa memperparah gejala gangguan pencernaan apa pun

ilustrasi sakit perut (freepik.com/diana.grytsku)

Ketika mengalami stres, tubuh kita meresponsnya dengan melepaskan hormon yang meningkatkan detak jantung dan pernapasan, serta menyiapkan otot untuk merespons. Hormon stres ini sama dengan yang memicu respons "fight or flight" pada tubuh.

Saat stres, jantung kita akan berdebar kencang, napas menjadi lebih cepat, dan otot siap beraksi. Respons ini dirancang untuk melindungi tubuh dalam keadaan darurat dengan mempersiapkan kita untuk bereaksi dengan cepat.

Dilansir Health Shots, masalah perut merupakan salah satu gejala stres dan kecemasan yang paling umum. Bahkan, stres dan kecemasan merupakan penyebab umum sakit perut dan gejala pencernaan lainnya.

Kenapa stres bisa bikin kita sakit perut? Yuk, pahami bersama!

1. Kenapa stres bisa menyebabkan sakit perut dan gangguan pencernaan lainnya?

ilustrasi stres (freepik.com/cookie_studio)

Banyak orang melaporkan mengalami sakit perut, kram, atau ketidaknyamanan perut lainnya selama mengalami stres. Stres dan kecemasan memang bisa menyebabkan sakit perut jangka pendek dan masalah pencernaan lainnya. Bahkan, stres akut maupun kronis berpotensi memperburuk gejala kondisi pencernaan apa pun, seperti mag, gastroesophageal reflux disease (GERD), penyakit radang usus (IBD), atau sindrom iritasi usus besar (IBS).

Hal itu bisa terjadi karena otak dan usus memiliki hubungan langsung dan bisa saling memengaruhi. Akibatnya, jika pikiran sedang kacau, perut pun bisa demikian.

Menurut penelitian, ada hubungan yang kuat antara otak dan usus manusia melalui sistem saraf pusat. Sistem saraf enterik (ENS), yang kadang disebut juga "otak kedua", merupakan cabang luar dari sistem saraf pusat.

Dengan kumpulan sel saraf terbesar di tubuh di luar otak, ENS tidak hanya mengontrol fungsi pencernaan (GI) secara terpisah dari otak, tetapi juga memproduksi dan merespons hormon stres dan neurotransmiter yang sama seperti yang dilakukan otak. Nah, hubungan antara otak dan usus berasal dari sistem ini. Meskipun kedua sistem ini berfungsi secara independen, tetapi koneksi ini memungkinkan otak untuk memantau saluran pencernaan dan mengubah aktivitas di dalam usus.

Jadi, jika otak mengalami stres, maka hal itu bisa mengomunikasikan tekanan tersebut ke sistem pencernaan dan memicu gejala berbasis usus, seperti sakit perut, kembung, atau kram. Selain itu, stres juga bisa menyebabkan kita melakukan pola makan yang buruk, merokok, atau minum terlalu banyak alkohol atau kafein, yang semuanya bisa memicu sakit perut.

Stres juga bisa mengubah bakteri usus. Bakteri ini bisa memengaruhi kemampuan kita untuk berpikir dan mengatur emosi, sehingga perubahan yang berkelanjutan bisa memengaruhi suasana hati dan sebaliknya. 

Stres jangka panjang dan dampaknya pada usus bisa meningkatkan sensitivitas saluran pencernaan, yang pada gilirannya bisa mengakibatkan nyeri kronis atau nyeri yang makin parah seperti IBS.

Baca Juga: Berbagai Jenis dan Penyebab Sakit Perut yang Perlu Kamu Tahu

2. Gejala masalah usus yang berkaitan dengan stres

ilustrasi sakit perut (freepik.com/diana.grytsku)

Berikut gejala masalah usus yang berkaitan dengan stres:

  • Sakit perut, biasanya sesudah makan.
  • Kram atau kembung.
  • Sembelit atau diare.
  • Gangguan pencernaan.
  • Kehilangan selera makan.
  • Rasa lapar yang tidak wajar.
  • Maag.
  • Mual atau gas.

Baca Juga: 8 Penyebab Sakit Perut Sebelah Kanan yang Harus Diketahui

Verified Writer

Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya