TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Mitos Kesehatan seputar Kacang Kedelai, Masih Banyak yang Percaya

Benarkah bisa sebabkan kanker?

freepik.com/jcomp

Kacang kedelai dikonsumsi secara luas di masyarakat, merupakan salah satu komponen utama lauk sehari-hari. Misalnya tahu dan tempe, atau olahan lain seperti susu atau kecap. Kandungan gizi serta harganya yang relatif murah membuat produk kedelai banyak dikonsumsi.

Namun, tahukah kamu kalau ada beberapa mitos kesehatan seputar kacang kedelai yang beredar dan tak sedikit yang memercayainya? Ada yang bilang bisa bikin laki-laki jadi feminin hingga menyebabkan kanker, simak lima mitos kesehatan seputar kacang kedelai berikut ini beserta faktanya.

1. Mengganggu keseimbangan hormon

freepik.com/freepik

Mengonsumsi kacang kedelai dan produk olahannya diduga dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh. Pasalnya, kandungan isoflavon pada kacang kedelai disebut mirip hormon estrogen atau hormon reproduktif perempuan.

Sebuah studi analisis beberapa penelitian dalam jurnal Nutrients tahun 2016 memang mengungkapkan kalau isoflavon memiliki struktur kimia menyerupai hormon estrogen. Hanya saja, efeknya lebih lemah dan bertindak sedikit berbeda. Peneliti menyimpulkan kalau keduanya tidak bisa benar-benar disamakan. Kacang kedelai pun terdiri dari banyak molekul aktif lainnya, bukan hanya isoflavon saja.

Baca Juga: 5 Mitos seputar Penyuntikan Vaksin Sinovac, Tidak Harus Tegak Lurus

2. Mengurangi kejantanan laki-laki

freepik.com/drobotdean

Karena kandungan isoflavon mirip hormon estrogen, muncul dugaan kalau kedelai punya efek "feminin". Bahkan, ada beberapa kasus "perubahan" yang dilaporkan laki-laki usai mengonsumsi susu kedelai. Nyatanya, kasus-kasus ini terjadi akibat konsumsi isoflavon berlebihan.

Mengutip studi analisis dalam jurnal Nutrients, individu bersangkutan mengonsumsi 360 mg isoflavon per hari, yang mana dosis tersebut tergolong berlebihan. Studi pun menunjukkan kalau tidak ada perubahan tingkat estrogen pada laki-laki yang mengonsumsi 150 mg isoflavon per hari. 

3. Meningkatkan risiko kanker

freepik.com/jcomp

Kandungan isoflavon pada kacang kedelai lagi-lagi memunculkan dugaan kalau mengonsumsinya bisa meningkatkan risiko kanker, terutamanya kanker payudara dan kanker rahim. Dugaan ini pun dibantah oleh beberapa studi klinis. Baik kedelai maupun isoflavon itu sendiri tidak punya efek relevan pada hormon estrogen.

Justru, kacang kedelai dapat mengurangi risiko kanker hormonal seperti kanker payudara dan kanker prostat. Sebuah studi analisis tahun 2019 yang dikutip Medical News Today menemukan kalau isoflavon pada kedelai dapat mengurangi risiko kanker pada perempuan Asia baik sebelum maupun setelah menopause. Isoflavon diduga mampu mengurangi pertumbuhan sel kanker yang dipicu oleh hormon. 

4. Berbahaya bagi bayi

freepik.com/freepic.diller

Apakah susu kedelai berbahaya bagi bayi atau tidak sebenarnya masih menjadi perdebatan. Ada pemahaman kalau susu kedelai punya efek buruk, sementara beberapa studi, seperti melansir Healthline, menunjukkan kalau tidak ada risiko dan efek jangka panjang pada bayi yang sehat.

Seperti sebuah studi dalam jurnal Frontiers in Nutrition tahun 2018. Studi tersebut menyebutkan kalau hanya anak-anak yang mengalami gangguan hipotiroidisme saja yang bisa mengalami masalah dari mengonsumsi susu soya pada awal perkembangan hidupnya.

Biar bagaimanapun, ASI tetaplah makanan utama bayi. Bila memberikan ASI tidak memungkinkan, selalu konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum memutuskan memberikan susu soya atau apa pun yang bukan ASI pada bayi. 

Baca Juga: 10 Mitos seputar Demensia yang Banyak Beredar, Cek Kebenarannya!

Verified Writer

Ina Suraga

Business inquiries: suraga.ina@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya