TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kebiasaan Pangku Laptop saat WFH? Hati-hati, Kamu Bisa Kena Ruam Kulit

Apa penyebabnya?

unsplash.com/Nelly Antoniadou

Situasi pandemik COVID-19 mendesak masyarakat untuk lebih banyak beraktivitas di rumah, seperti kebijakan kerja di rumah alias work from home (WFH). Perubahan ini menimbulkan berbagai dampak pada banyak aspek. Salah satunya adalah kesehatan kulit.

Tahukah kamu, ternyata kebiasaan memangku laptop di rumah saat WFH bisa menyebabkan timbulnya ruam kulit? Penjelasannya bisa dibaca di bawah ini ini.

1. Waspadai "hot water bottle rash"

unsplash.com/Mimi Thian

Eh, kondisi apa ini?

Dilansir Medscape, erythema ab igne (EAI) atau sering dijuluki "hot water bottle rash", sindrom "toasted skin", atau "fire stains" merupakan kondisi kulit yang mengalami eritema retikulasi dan hiperpigmentasi sebagai akibat dari paparan radiasi infra merah kronis.

Berdasarkan laporan dalam jurnal "NEJM Journal Watch" tahun 2011", dulunya kondisi ini dialami di kaki bagian bawah orang-orang yang terpapar panas kronis dari kebakaran atau kompor batu bara. Namun, ini menjadi kurang umum semenjak digunakannya pemanas sentral.

Laporan tersebut juga menyebut bahwa di zaman modern, orang tua atau orang dengan nyeri kronis dapat mengalami EAI akibat penggunaan bantalan pemanas berulang kali.

Selain itu, EAI akibat laptop pertama kali dilaporkan tahun 2004. Sejak itu, kondisi kulit tersebut dilaporkan terjadi pada 10 pengguna laptop, termasuk pada bocah usia 12 tahun.

Baca Juga: Ruam Kulit Setelah Olahraga? Mungkin Kamu Kena Cholinergic Urticaria

2. Bagian tubuh yang sering terdampak

unsplash.com/Windows

Saat bekerja dengan laptop di rumah, sering kali kita tidak melakukannya tidak sambil duduk di meja, melainkan sambil duduk di sofa, tempat tidur, pokoknya kerja sambil selonjoran.

Karena itu, bagian tubuh yang berpotensi mengalami ruam kulit EAI ini adalah yang sering terpapar panas dari laptop. Menurut laporan dalam "British Journal of General Practice" yang terbit tahun ini, bagian tubuh yang dimaksud adalah paha, perut, dan dada.

Jadi, kamu yang sering laptopan sambil duduk selonjoran hati-hati, ya!

3. Paparan sering kali tidak terdeteksi 

ecarf.org

Pada banyak kasus, paparan panas dari laptop tidak terdeteksi oleh orang yang menggunakannya. Hal ini disebabkan karena paparan panas tersebut masih berada di bawah batas nyeri panas atau kerusakan akut.

Orang-orang yang mengalami EAI hanya akan merasakan sensasi hangat saja di perut, paha, atau dada. Meski begitu, dalam beberapa kasus mereka akan mengalami gatal-gatal di kulitnya.

4. Perkiraan meningkatnya jumlah kasus EAI semenjak pandemik COVID-19

unsplash.com/Roberto Nickson

Kasus EAI sejauh ini tergolong jarang ditemui. Biasanya, kasus EAI ditemukan pada orang-orang yang bekerja di dekat kompor atau api.

Namun, seperti yang tertulis dalam " British Journal of General Practice", belakangan ini jumlah kasus EAI terus bertambah. Penyebabnya adalah penggunaan laptop di rumah yang intensitas dan frekuensinya meningkat selama pandemik COVID-19.

5. Ditandai dengan kulit memerah

Erythema ab igne. theoverheadpage.com

Dilansir DermNet NZ, paparan panas yang terbatas tidak akan sampai menyebabkan luka bakar secara langsung. Dampaknya adalah ruam merah ringan dan sementara, penampakannya menyerupai tali atau jaring ikan.

Paparan panas yang berkepanjangan di kulit dapat menyebabkan kemerahan dan pewarnaan pada kulit (hiperpigmentasi maupun hipopigmentasi). Kulit warna bisa berubah jadi biru, ungu, atau cokelat.

Kulit dan jaringan di bawahnya mungkin mulai menipis (atrofi) dan jarang timbul luka. Beberapa pasien mungkin mengeluhkan rasa gatal ringan dan sensasi terbakar.

Baca Juga: 8 Cara Mengatasi Ruam Kulit, Ampuh dan Bisa Dilakukan di Rumah

Writer

A L Hapsari

Loving words more than world.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya