Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow
WhatsApp Channel &
Google News
Ketika jatuh tenggelam, kebanyakan orang akan bereaksi panik dan menelan atau menghirup banyak air. Namun bukan berarti bahaya akan berakhir begitu orang tersebut diselamatkan. Ketika kita menghirup air dengan cepat dan banyak melalui hidung atau mulut, jalur pernapasan kita bisa tertutup sebagai reaksi tubuh untuk melindungi paru-paru.
Kondisi ini disebut dry drowning, atau tenggelam kering. Dalam bahasa medisnya, dikenal sebagai post-immersion syndrome. Kondisi ini bisa terjadi beberapa menit hingga berjam-jam setelah kejadian tenggelam. Dry drowning bersifat fatal, dan membutuhkan penanganan medis segera sebelum berlanjut menjadi gagal napas.
Istilah dry drowning atau tenggelam kering, masih jarang dikenal oleh kebanyakan orang. Padahal kejadian ini banyak terjadi di anak-anak, terutama balita. Hal itu karena anak masih tidak bisa memberitahu apa yang terjadi pada tubuhnya. Berikut fakta sensasi tenggelam kering yang perlu dipelajari orangtua.
1. Perbedaan dry drowning dan secondary drowning
ilustrasi tenggelam (pexels.com/Mariana Montrazi) Melansir berbagai sumber, ada dua macam tenggelam kering yang dikenal, yaitu dry drowning dan secondary drowning. Dalam istilah medis, keduanya sama-sama dikenal sebagai post-immersion syndrome. Karena itu, baik dry drowning dan secondary drowning dikenal sama meski ada perbedaannya tipis.
Dry drowning terjadi ketika air masuk ke hidung atau mulut dan menutup jalur pernapasan. Dry drowning bisa terjadi beberapa menit hingga satu jam setelah kejadian. Karena itu penting memastikan anak bisa bernapas dengan baik setelah keluar dari tenggelam.
Sedangkan secondary drowning, bisa terjadi sampai 24-48 jam setelah kejadian. Secondary drowning terjadi ketika air masuk sedikit ke paru-paru sehingga mengalami pembengkakan. Paru-paru tidak bisa melakukan fungsinya pertukaran karbon dioksida dan oksigen dengan baik. Sehingga tingkat oksigen rendah dan akhirnya membuat sesak. Kabar buruknya lagi, secondary drowning tidak menunjukkan tanda-tanda apapun sampai 24 jam setelah kejadian tenggelam.
2. Seberapa sering dry drowning terjadi pada anak
ilustrasi anak berenang (pexels.com/MarcTutorials) Meski terlihat menakutkan, namun dry drowning sangat jarang terjadi, apalagi secondary drowning. Tapi tidak menutup kemungkinan hal ini bisa dialami oleh setiap anak. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dikutip dari Very Well Family, anak usia satu hingga empat tahun memiliki kemungkinan tenggelam tertinggi. Selain itu, anak laki-laki dua kali lebih mungkin tenggelam daripada perempuan.
Tenggelam yang dimaksud di sini bukan cuma di kolam. WebMD menuliskan ada banyak faktor yang bisa menyebabkan anak tenggelam dan mengalami dry drowning. Selain pengawasan yang buruk terhadap anak kecil di kolam, terpeleset di kamar mandi bathub salah satunya. Bahkan mandi dan tidak sengaja diguyur air dalam posisi kepala menghadap atas sampai anak panik, bisa menyebabkan dry drowning juga.
Meski jarang, namun dry drowning sifatnya fatal dan mengancam jiwa. Dua macam tenggelam kering ini langsung menyerang organ pernapasan. Karena itu ketika anak baru mengalami kejadian tenggelam, tetap awasi kesehatannya hingga tiga hari ke depan.
Baca Juga: Mengenal Dry Brushing, Teknik Perawatan Tubuh yang Kaya Manfaat
3. Tanda anak mengalami dry drowning
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Editor’s picks
ilustrasi anak sakit (pexels.com/Gustavo Fring) Dry drowning atau tenggelam kering tidak terjadi tanpa ada tanda-tanda yang jelas. Karena itu penting bagi orangtua untuk tetap mengawasi kesehatan anak paling tidak sampai tiga hari ke depan setelah tenggelam. Melansir Parents, berikut tanda anak mengalami dry drowning:
- Anak kesulitan bernapas
Pernapasan anak menjadi cepat dan dangkal, serta lubang hidungnya jadi melebar. Selain itu, ada ruang di antara tulang rusuk atau tulang selangka saat anak bernapas. - Anak batuk
Bukan batuk yang biasa, namun batuk yang terus menerus sampai mengganggu. Bahkan beberapa kali anak menepuk dadanya untuk melancarkan batuk tersebut. - Anak mengantuk dan terlihat lelah
Anak yang mudah lelah dan pusing setelah tenggelam, merupakan tanda oksigen tidak mengalir dengan baik dalam darah. Lebih bahaya lagi jika anak tampak mengantuk. Jangan ditidurkan jika anak tampak mengantuk setelah tenggelam. Kamu perlu membawanya langsung ke dokter jika anak menunjukkan tanda ini. - Anak muntah
Batuk dan terus tersedak, dapat menyebabkan anak muntah. Selain itu, muntah juga merupakan tanda bagian dalam tubuh ada radang.
4. Apa yang harus dilakukan ketika anak mengalami dry drowning
ilustrasi anak berenang (pexels.com/roni onie) Ketika anak mengalami tanda-tanda awal dry drowning, jangan tunda lagi. Langsung bawa ke UGD tanpa penundaan. Pastikan dokter UGD tahu kalau dalam waktu kurang dari 24 jam, anak sempat tenggelam. Meski ada banyak kasus gejalanya akan hilang sendiri, lebih baik diperiksa terlebih dahulu.
Jangan tunggu sampai anak pingsan atau benar-benar susah bernapas. Jika sudah parah, anak kemungkinan besar membutuhkan infus, saluran oksigen, rontgen dada, atau mungkin bahkan rawat inap untuk observasi. Mengingat secondary drowning tetap bahaya dalam waktu 48 jam setelah tenggelam. Menunda lebih lama membawa anak ke UGD akan memperparah rusak paru-paru atau gagal napas.
Baca Juga: 5 Tips Menghentikan Kebiasaan Ngompol Anak, Hindari Marahi Anak!